Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak dipercaya memimpin Kementerian Pariwisata, Arief Yahya pun gencar menyusun strategi untuk mendatangkan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Berbagai strategi yang diterapkan Arief Yahya dalam membenahi pariwisata di Indonesia pun banyak didapat dengan belajar dari negara lainnya, termasuk Jepang.
Berkat kerja keras Arief Yahya, sektor pariwisata pun mampu menjadi penghasil devisa, menjadi PDB, dan menciptakan lapangan kerja yang cepat dengan harga murah. Hal itu pun diakui oleh Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut Menteri Pariwisata Arief Yahya itu dengan istilah "Paten!".
Pada Kamis (30/3/2017) lalu, Menko Luhut mengikuti Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata di Hotel Borobudur dan mengakui bahwa presentasi Menpar Arief di Rakornas triwulan I tahun 2017 ini sangat sistematik, komprehensif, dan punya alur logika yang masuk nalar. "Dan yang paling cepat
rebound dalam investasi dan ekonomi," papar Luhut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luhut juga memuji ide "Indonesia Incorporated” Arief Yahya yang merupakan bentuk kerja sama antarkementerian dan lembaga terkait. Di samping pujian dari Menko Luhut, Sekitar 500
audience di Rakornas juga terbelalak adalah adanya
benchmarking dengan Jepang dan ilmu yang di-
download dari UNWTO, lembaga PBB di bidang pariwisata.
"Kenaikan wisman ke Jepang itu eksponensial, nyaris
double! Dari 10 juta turis tahun 2013, melonjak hampir 20 juta di 2017, padahal proyeksi mereka di angka itu baru akan tercapai tahun 2023 atau sepuluh tahun. Mereka sangat cepat! Pertanyaannya, mengapa bisa cepat, melompat double seperti itu?" tanya Arief Yahya.
Arief Yahya pun langsung menjelaskan alasannya. Pertama, menurut menurut Menpar, Jepang melakukan deregulasi, dengan istilah "Relaxation of Visa Rule!". Mereka membebaskan Visa Kunjungan dari originasi China dan ASEAN sejak 2013. "Mereka tahu,
customers-nya ada di daerah-daerah terdekat. Kita juga sudah membuat kebijakan yang sama, bebas Visa Kunjungan dari 15 negara menjadi 169 negara," papar Arief Yahya.
Kedua, mereka melakukan depresiasi mata uang Yen tahun 2013. "Artinya, mereka menaikkan
price competitiveness! Harga dibuat murah dan membangun
affordibility untuk bisa berkunjung ke Jepang. "Kita juga sudah melakukan dan
price competitiveness kita di
top five dunia. Kita juga sudah melakukan dengan baik," tandasnya.
Ketiga, membangun LCC (low cost carrier) yang mendorong
travellers lebih banyak ke Tokyo. Menurut Japan National Tourism Organization (JNTO), jumlah wisman ke Jepang naik 47% tahun 2015. "Ini rekor juara terbesar dalam 45 tahun terakhir," ungkap dia.
Menurut Menpar, ada satu faktor lagi yang membuat percepatan
inbound ke Japang meningkat drastis. Di Jepang, tidak perlu "Incorporated" lagi, bahkan tidak perlu rakornas seperti yang sedang dijalani Kemenpar di Hotel Borobudur selama dua hari, sejak 30-31 Maret 2017 ini.
"Karena menteri yang mengurusi
incorporated itu hanya satu. Namanya Minister of Land, Infrastructure, transport and tourism yang sekarang dijabat Keichii Ishii. Semua urusan sudah berada dalam satu atap kementerian sehingga bisa diputuskan dengan cepat tanpa banyak birokrasi," ungkap Arief Yahya.
Di Indonesia sendiri, peran itu sejatinya bisa dijalankan oleh Kemenko Bidang Kemaritiman yang secara koordinatif bisa mengurusi Pariwisata, PUPR, Perhubungan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BUMN dan Agraria, serta Energi dan Sumber Daya Mineral. Dengan satu komando, maka pekerjaan rumah soal "incorporated" itu bisa dilalui lebih mudah, cepat, dan terintegrasi dalam satu misi.
"Jepang ternyata bisa! Target jumlah wisatawan masuk
double yang dipatok 10 tahun, tercapai 4 tahun. (Semua) karena itu,
benchmark dari Negeri Matahari Terbit itu, target
double inbound tourism yang dicanangkan Presiden Jokowi dengan 20 juta di 2019 itu sebenarnya masuk nalar. Ada contoh yang konkret di Jepang," kata Arief yang Mantan Dirut PT Telkom itu.
"Paten! dia!" lagi-lagi sebut Luhut saat berpidato di depan audience yang semuanya
stakeholder kepariwisataan dari seluruh Indonesia itu. Pujian itu kembali terucap setelah Menko Luhut mendengarkan paparan Menpar Arief Yahya yang sulit terbantahkan.
Rakornas di Hotel Borobudur itu juga diikuti oleh beberapa pejabat. Ada Menkes Nila F Moeloek dan Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman yang sedang getol membangun infrastruktur agar akses menuju destinasi wisatanya makin maju. "Kami ini lokasinya juga berdekatan dengan Malaysia dan Singapore, di Selat Malaka," kata Gubernur Arsyad.
Para bupati yang memiliki destinasi pun turut hadir dalam Rakornas itu. Mulai dari Bupati Humbang, Hasindutan Dosmar Banjar Nahar; Bupati Samosir, Rapidin Simbolon; Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan; Bupati Tobasa, Darwin Siagian; Bupati Lombok Tengah, M.Suhaili; Bupati Wakatobi, H.Arhawi; Wabup Buton, La Bakny; Bupati Pulau Murotai, Samsuddin A.Kadir; Wakil Bupati Karang Asem Bali, I Wayan Artha Dipa; Bupati Tana Toraja, M.Biringkanae; Bupati Toraja Utara, Kolatiku Paembonan dan Bupati Pandeglang Irna Narulita.
Untuk semakin memajukan sektor pariwisata, Menpar Aief Yahya pun terus mengikuti studi dan saran-saran dari UNWTO, lembaga internasional PBB yang bisa dijadikan referensi aktual. UNWTO itu sudah kenyang dengan puluhan, bahkan ratusan contoh dari negara-negara di dunia yang sudah menjalankan dengan sukses.