Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyiapkan Konsorsium Dosen Vokasi Pariwisata. Konsorsium itu terdiri dari representasi Pentahelix (ABGCM), yaitu Akademisi, Bisnis, Government, Community, dan Media.
Deputi Bidang Kelembagaan Kemenpar Ahman Sya mengatakan, tim dosen vokasi yang beranggotakan 21 orang ini akan menyeleksi Sumber Daya Manusia (SDM) dari pelaku industri pariwisata untuk disetarakan setingkat S2 atau level 8 kompetensinya. Hasilnya akan diserahkan ke Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristek Dikti) untuk disahkan.
"Dosen vokasi pariwisata nantinya akan berpedoman pada panduan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) yang dikeluarkan Kemristek Dikti. Akademisi tersebut direkomendasi oleh Kemenpar. Bentuknya Akademi Komunitas Pariwisata (D-1 dan D-2). Kita akan bantu menyiapkan kurikulum dan dosen vokasi yang berasal dari industri melalui proses RPL," jelas Ahman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahman memaparkan, tugas dari tim ini untuk menyeleksi, menilai, dan memilih para lulusan pendidikan tinggi pariwisata di bawah S2 (D3 atau D4). Juga yang sudah bekerja cukup lama sebagai praktisi di industri pariwisata atau sudah memiliki pengalaman yang memadai.
"Penyeleksian dosen vokasi pariwisata ini berpedoman pada RPL. Nanti disetarakan dengan level 8 kompetensinya, dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) atau setara S2," ujarnya.
Adapun tahapan pembentukan tim dosen vokasi, terlebih dahulu para calon diminta kesediaan dan menyerahkan biodata, beserta berbagai penghargaan dan bukti-bukti pernah menduduki jabatan tertentu di industri pariwisata.
"Hasil seleksi ditindaklanjuti untuk diserahkan ke Kemristek Dikti, yang nantinya ditetapkan sebagai dosen vokasi pariwisata," tutur Ahman.
Ahman menjelaskan, calon dosen bisa berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. Dengan langkah ini, dirinya menilai kekurangan dosen vokasi di perguruan tinggi pariwisata akan teratasi.
"Terkait insentif, apabila mereka sudah ditetapkan sebagai dosen vokasi oleh Kemristek Dikti, akan langsung diserahkan pada perguruan tinggi masing-masing sebagai pengguna," jelas Ahman.
Sementara, dosen-dosen pengajar sekolah vokasi pariwisata ini akan menerapkan metode pembelajaran 30% teori dan 70% praktik. "Sedangkan lulusan dari sekolah pariwisata tersebut dicetak untuk siap bekerja di bidang industri pariwisata," tukas Ahman.
Menpar mengapresiasi dibentuknya Konsorsium Dosen Vokasi Pariwisata ini. Dirinya menyebut investasi di SDM ini paling tidak kelihatan wujudnya, tapi sangat terasa
impact-nya.
"Sejak di PT Telkom saya paling komit, bahwa investasi SDM itu sangat penting untuk
win the future customers. Karenanya sekolah perguruan tinggi pariwisata sudah sangat relevan," ujarnya.
Menteri asal Banyuwangi ini berpesan, dosen vokasi pariwisata nantinya harus menggunakan standar global. "Di kita saat ini, menggunakan regional standar yang sering disebut ASEAN MRA,
Mutual Recognition Arrangement. Kompetensi selevel ASEAN. Kalau mau bersaing di
level global, gunakan global standar juga," kata Menpar.