Jakarta, CNN Indonesia -- Badan kesehatan dunia WHO melaporkan Rabu (19/04) jika kemajuan telah dibuat untuk menanggulangi penyakit yang dapat membuat jutaan orang di daerah tropis buta, lumpuh dan cacat. Namun, masih dibutuhkan banyak perusahaan obat yang mau menyumbangkan obat.
Setiap tahunnya, seperti yang dilansir Reuters, setidaknya satu miliar orang, terutama di Asia, Afrika dan Amerika Latin, berada dalam perawatan satu penyakit dari 18 penyakit daerah tropis yang terabaikan (Neglected Tropical Disease/NTD).
WHO menyebutkan jika demam berdarah, onchocerciasis (penyakit Robles), and penyakit tidur (African trypanosomiasis) adalah penyakit yang disebabkan karena nyamuk atau lalat yang berkembang biak di daerah pedesaan ke perkotaan kumuh.
“Tidak ada kelompok penyakit yang begitu dekat dikaitkan dengan kemiskinan seperti NTD. Memang jumlah perusahaan yang menyokong kami bertambah. Penyediaan obat pun bisa semakin terjangkau. Namun, apakah ini sudah cukup? Tidak, masih banyak penyakit yang diabaikan,” terang Dr. Dirk Engels, direktur WHO departemen pengawasan NTD dalam sebuah konferensi pers.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut dijelaskan oleh Engels jika pihak WHO masih menghadapi kesulitan untuk mengakses obat-obatan dasar.
Disebut oleh WHO jika GlaxoSmithKline, Novartis dan Sanofi adalah perusahaan obat yang melakukan donor terbesar.
Selain itu, Merck juga mengumumkan jika mereka sedang mengembangkan formula obat anak yang menderita schistosomiasis, penyakit yang ditularkan dari cacing parasit yang dalam setahun dapat membunuh 280 ribu anak di Afrika.
Setiap kehadiran produk-produk baru perlu dibuatkan rencana pengaksesan bagi pasien, “karena jika hanya mengandalkan mekanisme komersil, distribusi massal tidak akan berhasil,” ungkap Enders.
Yayasan Bill dan Melinda Gates telah menunjukkan dukungan pada penelitian dan pengembangan NTD. Bill Gates bertemu dengan para pemimpin perusahaan farmasi di Genewa Selasa kemarin.
“Progresnya bagus. Beberapa penyakit berada dalam pengerjaan untuk diberantas di tahun 2020, beberapa di 2025. Beberapa akan memakan waktu lebih lama dari itu,” terang Gates dalam sebuah konferensi pers, dimana ia juga menyebutkan jika tahun lalu hanya ada 3000 kasus penyakit tidur.
Harga Obat masih MahalDiungkapkan juga oleh WHO jika bantuan yang besar tetap dibutuhkan, terlepas dari perselihan yang kerap terjadi selama sepuluh tahun terakhir. Selain itu, pertemuan London 2012 harus bisa menarik perhatian dan mencapai target.
“Luka radang Cutaneous leishmaniasis, misalnya. Itu tidak membunuh sehingga kurang diperhatikan. Padahal, luka itu membuat cacat penampilan sehingga menyebabkan banyak stigma dan masalah mental,” jelas Engels tentang penyakit yang disebarkan oleh lalat betina itu.
“Obat-obatan ada. Namun, mereka terlalu mahal sehingga orang atau negara tak mampu menebus obat-obatan tersebut.”
“Ada banyak obat baru dan diagnosa yang sedang dikembangkan, yang mungkin dapat memberi perubahan dalam cara menyikapi penyakit NTD. Mudah-mudahan juga, memampukan kita lebih maju lagi dalam memberantas atau nyaris membasmi penyakit ini di tahun 2030,” terang Enders.
Hanya tinggal 25 kasus orang terkena penyakit cacing parasit yang dilaporkan tahun lalu, tambah Enders, yang artinya upaya pemberantasan penyakit ini dapat dicapai.
“Kita telah mengumuman negara Afrika pertama yang berhasil memberantas kaki gajah (lymphatic filariasis) sebagai masalah kesehatan nasional, di Togo, dan ini bisa dianggap sebagai permulaan penghitungan upaya pemberantasan,” ujar Enders.
Infeksi yang berawal dari nyamuk ini, atau dikenal dengan elephatiasis (kaki gajah), menyebabkan pembengkakan pada anggota tubuh dan alat kelamin dari cacing dewasa yang ada di dalam sistem limfa.
(sys)