Jakarta, CNN Indonesia -- Identik dengan sosok Kartini, kebaya menjadi busana tradisional yang seolah tak lekang oleh waktu. Ia melintas zaman dan juga generasi. Sejumlah desainer pun melakukan beragam modifikasi kebaya yang terus mengikuti perubahan zaman.
Seiring dengan peringatan Hari Kartini, sejumlah desainer yang tergabung dalam asosiasi perancang busana Indonesian Fashion Chamber (IFC) menggelar peragaan busana yang beberapa di antaranya menampikan modifikasi kebaya.
"Kebaya memang identik dengan Kartini, tapi mestinya tidak hanya sekadar simbol saja, lebih dari itu mengambil spirit atau semangat inspirasinya," ujar Taruna K Kusmayadi, penasehat IFC, dalam talkshow bertajuk 'Wanita Kreatif dan Mandiri' yang berlangsung di Alun Alun Indonesia, Grand Indonesia, Jakarta, pada Kamis (20/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Delapan perancang yang memamerkan koleksi rancangannya yakni Wignyo Rahadi, Fitri Aulia, Hannie Hananto, Najua Yanti, Priscilla Saputro, Inge Chu, Ina Priyono dan Saffana.
Wignyo yang juga pengurus Dewan kerajinan Nasional menghadirkan modifikasi kebaya yang sederhana dari bahan tenun. Beberapa koleksi rancangannya hadir dalam warna-warna kuat dengan motif batik di bagian depan busana.
"Saya menghindari ornamen berlebihan yang dapat menutupi keindahan tekstur dan motif bahan tenun," ujar desainer yang juga merilis label Tenun Gaya itu.
Beberapa rancangan kebaya Wignyo mengadopsi desain klasik yang menjadi karakter rancangannya, dengan menempatkan ornamen sederhana, seperti aksen bordir, sulam, lipit, maupun anyaman buatan tangan.
Koleksi kebaya rancangannya terbuat dari bahan tenun ATBM yang dipadupadankan dengan kain tenun ATBM motif songket.
 Salah satu rancangan kebaya Wignyo Rahadi dalam peragaan busana di Alun Alun Indonesia, Jakarta, pada Kamis (20/4). (Foto: CNN Indonesia/Rahman Indra) |
"Saya memadukan siluet klasik dengan desain serta ornamen modern ini dengan pertimbangan tidak membatasi gerak wanita, sehingga masih dapat menunjang aktivitas sehari-harinya," ujarnya.
Selain Wignyo, Inge Chu melalui labelnya Egni mengangkat tema
The Legacy of Love dengan kebaya bernuansa chic-feminin. Warna
dusty, champagne dan
beige ia padupadan dengan bawahan bergaya sarung dan celana. Untuk koleksi modifikasi kebayanya ini, Inge Chu menggunakan batik tulis Semarang dengan warna alam.
Perpaduan kebaya dan sarung Batik Semarang yang dihadirkan Inge menciptakan gaya berkebaya yang tampak modern, tetapi tidak meninggalkan ciri khas atau pakem berkebaya.
(rah)