Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menegaskan, pihaknya akan mendukung program Homestay Desa Wisata. Program ini hasil kolaborasi dengan Kementerian Pariwisata.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendes PDTT Anwar Sanusi mengatakan 2000 desa memiliki potensi desa wisata. Jika tiap desa rata-rata membangun lima
homestay, maka Kemendes sudah turut membangun lebih dari 5.000
homestay.
"Ini belum dari kementerian dan lembaga lainnya. Jadi target 20 ribu
homestay bukan sebuah ilusi, bukan target yang ambisius," papar Anwar Sanusi di Rakornas II Pariwisata membahas Homestay Desa Wisata di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (18/5/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sanusi melanjutkan, kategori desa wisata bahari mempunyai 787 desa. Kategori Desa Wisata Sungai mempunyai 576 desa. Desa Wisata Irigasi, angkanya menembus 165 desa. Sementara Desa Wisata Danau, jumlahnya mencapai 374 desa.
"Pendanaannya nanti bisa dari dana desa. Berapa anggarannya, itu nantinya desa yang akan menentukan. Karena dana desa itu memberikan kewenangan desa untuk menentukan sendiri anggarannya. Jadi kita bisa mengarahkan desa-desa yang memiliki potensi itu untuk menjadi desa wisata," ujar Anwar.
Anwar menambahkan, di tahun depan ada kemungkinan anggaran Kemendes PDTT tahun depan naik dua kali lipat menjadi Rp 120 triliun dari Rp 60 triliun. Dengan demikian, kemungkinan besar tahun depan pembangunan
homestay akan lebih banyak lagi.
"Namun dibutuhkan pengelolaan secara korporasi bisa melalui BUMDes atau lainnya agar pembangunan
homestay ini benar-benar memberikan dampak ekonomi pada desa-desa yang memiliki potensi tersebut," kata Anwar.
Anwar mengungkapkan, saat ini dana desa yang diberikan ke masing-masing desa sebesar Rp 800 juta. Pihaknya berharap Kemenpar turut memberikan pendampingan dan membantu penjualan untuk desa yang memliki potensi dalam sektor pariwisata.
"Jadi kita yang membangun
homestay-nya. Sedangkan Kementerian Pariwisata yang akan turut membantu pemasarannya. Ini adalah kolaborasi yang pas. Desa dan pariwisata bersinergi membangun desa wisata," kata Anwar.
Anwar mengakui, bahwa pariwisata adalah cara yang cepat, mudah, dan murah untuk menghidupkan usaha di desa dengan konsep Homestay Desa Wisata itu. Sementara Kemendes bertanggung jawab untuk menghidupkan ekonomi masyarakat desa.
"Prioritas penggunaan dana desa, ada semacam pergeseran, dua tahun pertama menyangkut kesiapan atau membangun infrastruktur. Namun bagi desa-desa yang memang memiliki potensi wisata, dana tersebut boleh digunakan untuk membangun infrastruktur untuk mendukung wisatanya, termasuk
homestay," kata Anwar.
Kemendes PDTT juga telah membentuk
taskforce dengan melibatkan Kemenpar dan kepala daerah di sejumlah kabupaten. Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, kolaborasi desa wisata itu bisa dengan cepat direalisasikan.
"Membangun hotel dan resor kelas dunia, itu butuh waktu lama, 5 tahun belum tentu jadi. Tapi membangun
homestay, 6 bulan sudah cukup karena itu secara paralel, program pemberdayaan desa menjadi desa wisata itu akan sangat cantik," kata Arief.
Arief menambahkan, desa wisata sangat bisa dikembangkan potensinya bisa diambil dari desa-desa yang berada di 10 Bali Baru atau 10 Top Destinasi.
10 Bali Baru itu adalah Danau Toba-Sumut, Tanjung Kelayang-Belitung, Tanjung Lesung-Banten, Kepulauan Seribu-Jakarta, Borobudur-Jateng, Bromo Tengger Semeru (BTS)-Jatim, Mandalika-Lombok NTB, Labuan Bajo Komodo-NTT, Wakatobi-Sultra, dan Morotai-Maltara.
"Bisa juga pada 10 Top Destinasi teraktif, seperti Sumatera Barat, NTB, Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Banyuwangi, Sulawesi Utara dan lainnya. Ini sedang kami godok. Dan bila sudah dipetakan dan dipilih, akan langsung dibangun menjadi desa wisata berstandar global," katanya.
Dia mengatakan, jika sudah siap akan langsung dipromosikan. Kemudian
selling platform-nya dimasukkan dalam DMP atau Digital Market Place.
"Maka desa wisata itu bisa berfungsi ganda. Bisa sebagai amenitas dengan
homestay, akomodasi di rumah penduduk yang sudah sadar wisata. Juga bisa sebagai atraksi karena berada dalam atmosfer kehidupan masyarakat desa, kaya dengan sentuhan budaya, dan nuansa kekeluargaan. Itu belum tentu bisa ditemukan di negara lain," ujar Arief.