Jakarta, CNN Indonesia -- Seluruh pengelola hotel di kawasan Pantai Selatan Bali diminta untuk ikut melindungi dan membantu Nusa Dua Reef Foundation (NDRF) dalam melestarikan penyu yang berkembang biak di area pantai tempatnya beroperasi.
Pariama Hutasoit, anggota NDRF, menuturkan kawasan Pantai Selatan Bali memang menjadi lokasi bertelur alami penyu, terutama jenis penyu Lekang (
Lepidochelys Olivacea). Namun, banyaknya hotel dan ramainya wisatawan di daerah tersebut, membuat proses bertelur penyu sampai penetasan tukik alias anak penyu terganggu.
"Pantai Selatan Bali itu memanjang dari kawasan Kuta sampai Nusa Dua. NDRF secara terbuka meminta dukungan dari seluruh pengelola hotel di kawasan tersebut untuk membantu menjaga sarang-sarang penyu tersebut," kata Pariama dikutip dari Antara, Senin (22/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pariama mencatat, sepanjang 2016 lalu di Nusa Dua ditemukan sebanyak 33 sarang penyu. Sementara sampai Mei 2017, NDRF sudah menemukan ada tujuh sarang yang tersebar di beberapa lokasi, yaitu lima sarang di Pantai Mengiat, satu sarang di depan Hotel Clubmed dan satu sarang di depan Hotel Conrad.
NDRF meminta pengelola hotel untuk bersedia memasang tanda atau kurungan yang akan melindungi sarang penyu, jika ada yang melihat penyu bertelur di malam hari.
"Kami mengimbau kepada pengelola hotel agar memasang tanda berisi jenis penyu, tanggal bertelur dan perkiraan menetas. Biasanya, sekitar 45 sampai 55 hari sudah menetas," kata Pariama.
Jangan DipeliharaSelain itu untuk menjaga kelestarian penyu, NDRF juga meminta pengelola hotel untuk tidak menyimpan dan memelihara tukik yang baru menetas.
"Jangan dipelihara. Setelah menetas, paling lambat tiga hari sudah harus dilepas ke laut. Kami sudah melakukan sosialisasi pelepasan tukik dengan melibatkan wisatawan. Sehingga kegiatan ini bisa menjadi salah satu daya tarik wisata," pungkasnya.
(ard)