Begini Strategi Pariwisata Kemenpar di Labuan Bajo

advertorial | CNN Indonesia
Rabu, 24 Mei 2017 14:45 WIB
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus menggeber Labuan Bajo yang masuk 10 destinasi prioritas.
Manggarai Barat, CNN Indonesia -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus menggeber Labuan Bajo yang masuk 10 destinasi prioritas. Untuk menyusun strategi, Kemenpar menggelar Workshop Indeks Daya Saing 10 Destinasi Prioritas Labuan Bajo di Hotel Prima, Labuan Bajo pada 22-24 Mei 2017 lalu.

Dalam merumuskan strategi pariwisata, konsultan marketing Markplus langsung menghadapkan peserta kepada persoalan di lapangan.

"Semua diajak melihat benchmark (tolak ukur) top kelas dunia.  Semuanya langsung diajak berdiskusi mencari solusi dan jalan keluar," tutur Kadis Pariwisata Ngada, Todis Reo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peserta terdiri dari pelaku industri pariwisata daerah, dinas pariwisata dan akademisi. Mereka diberi kesempatan untuk mencari solusi masalah akses pariwisata  Selain itu, peserta juga diminta menciptakan cara kreatif menggiring wisatawan agar mau berkunjung berulang-ulang.

"Yang penting bisa meng-create hal baru yang memberikan persepsi positif. Hal baru yang mencerminkan keunggulan kompetitif. Bikin yang unik juga kreatif," tutur Executive Director MarkPlus Center Setya Riyanto.

Awalnya banyak peserta yang kesulitan. Namun, dengan adanya tolak ukur bisa dijadikan dorongan berinovasi.

"Coba lihat penginapan di Karangasem Bali. Di sana ada suatu desa yang tidak ada pantai. Yang ada hanya hamparan sawah. Kamar mandinya juga  beratapkan langit. Tapi harga sewa per malamnya bisa Rp 5 juta. Yang mereka jual di sana experience menginap di tengah hamparan sawah," urainya.

Setya juga memaparkan tolak ukur destinasi diving di Pantai Amet Bali. Dia mengatakan, di sana infrastruktur sangat jauh tertinggal dari Kuta dan Denpasar. Wilayahnya sepi namun setelah ada ide kreatif underwater post office, yaitu berwisata sambil mengeposkan surat dari bawah laut, membuat destinasi itu sangat ramai.

Wisatawan Eropa dan Jepang banyak yang rela antre meski harus membayar tarif selangit. Mereka hanya ingin merekam sensasi mengeposkan surat dari bawah laut, merekamnya dan membagikan ke dunia maya.

"Semua bisa begitu lantaran wisatawan diajak merasakan experience. Menyaksikan langsung kearifan lokal. Hasilnya ya seperti itu," tegasnya.

Sementara di luar negeri seperti Korea, wisatawan penyuka K Pop bisa menikmati idolanya via virtual. Dengan begitu, lama tinggal wisatawan jadi makin panjang dan pengeluarannya pun makin besar.

"Labuan Bajo tak kalah hebat dari Bali dan Korea. Destinasinya pernah dikunjungi aktris peraih Oscar Gwyneth Paltrow dan juara dunia MotoGP tujuh kali Valentino Rossi," tambahnya.

Kendati demikian, menurutnya  Labuan Bajo kurang memunculkan keunggulan kompetitif serta sesuatu yang unik. "Kita harus bikin Labuan Bajo lebih hebat dari Korea," kata Setya.

Pembicara juga mengajak peserta untuk mencontoh destinasi Gili Trawangan di Lombok NTB. Di suatu spot di Gili Trawangan diletakkan ayunan di tengah laut. Semua wisatawan yang ke sana, dipastikan akan selfie dan memajangnya di akun medsos masing-masing.

"Gara-gara itu banyak wisman yang khusus datang ke Gili Trawangan hanya untuk foto dan mem-viral-kannya ke dunia maya. Yang seperti ini bisa diadopsi juga oleh Labuan Bajo. Tapi jangan mengekor. Ciptakan hal baru yang unik dan tidak biasa," ucap pria berwajah oriental itu.

Pelajaran mengenai benchmark ini langsung direspons Tenaga Ahli Bidang Kebijakan Publik Kemenpar Riant Nugroho. Menurutnya, trik seperti ini sangat efektif karena langsung mengena ke sasaran.

"Ini namanya teknologi. Membumikan bahasa langit dengan user friendly. Siapapun yang ikut berdiskusi langsung bisa menyalurkan ide kreatifnya dalam membangun pariwisata Labuan Bajo," ungkapnya.

Menpar Arief Yahya juga ikut bersuara sama. Menurutnya hasil luar biasa hanya bisa dicapai dengan cara yang tidak biasa.

"Ini sudah tepat sekali. Caranya bisa bermacam-macam. Bisa saja bikin paket yang mengajak tamu untuk ikut interaksi membuat makanan tradisional. Bikin website informatif dan menarik seperti great barrier reef, atau hal lain yang mengedepankan local wisdom," kata Arief.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER