Jakarta, CNN Indonesia -- Tingkat kejahatan dunia maya atau cybercrime di Bangladesh ditengarai cukup tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Remaja perempuan kerap menjadi korban pemerasan dan pelecehan seksual.
Sharifa Oishee, siswi salah satu sekolah di Dhaka, ibukota Bangladesh mengatakan siapa mengira kalau ada kejahatan yang mengincar mereka melalui internet.
Seperti dilansir dari
The Guardian, Selasa (30/5), sebuah penelitian menunjukkan cybercrime melonjak di Bangladesh, seiring dengan meningkatnya penggunaan smartphone dan media sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait hal itu, pihak kepolisian setempat sejak bulan lalu menggelar pelatihan bagi remaja perempuan untuk menghadapi para predator online yang melakukan pemerasan ataupun pelecehan seksual. Remaja perempuan dan wanita ditengarai kerap menjadi korban cyber-harrasment.
Lebih dari 10.000 remaja perempuan dikabarkan mengikuti pelatihan pada April hingga Mei ini, dengan fokus utama pembahasan Facebook.
Mishuk Chakma, bagian pengamanan cyber kepolisian Dhaka mengatakan para pelaku kejahatan menggunakan beragam cara terhadap para korbannya. Mereka ada yang menempatkan wajah korbannya pada tubuh model telanjang atau majalah dewasa lalu memeras mereka.
Baru-baru ini, kepolisian setempat juga menahan sejumlah peretas dari kawasan Naogaon yang meretas sejumlah akun Facebook remaja perempuan. Para pelaku kemudian meminta uang jika ingin akun mereka kembali.
Terkait pelatihan ini, Oishee menuturkan ia diajarkan bagaimana menyikapi jika ada undangan pertemanan dari orang tak dikenal.
"Kita diajarkan untuk mengidentifikasi akun Facebook palsu dan menjaga jarak dari mereka, kita juga dilatih untuk tidak mudah memberi banyak informasi yang sifatnya pribadi di media sosial," kata dia.
Banyak korban bungkam Harumur Rashid, pejabat kementrian bagian IT Bangladesh mengatakan pelatihan lebih dari sekitar transfer ilmu, tapi juga mendorong keterbukaan.
"Banyak remaja perempuan dan wanita yang bungkam ketika mereka jadi korban, dan tidak tahu mau mencari pertolongan pada siapa ketika mendapat pemerasan atau pelecehan," ujarnya.
Bangladesh ditengarai tidak hanya satu-satunya yang menaruh perhatian khusus pada kejahatan dunia maya dan memberi pelatihan pada remaja peempuan.
Di Delhi, India, sejumlah sekolah juga memberi pelatihan buat siswa khususnya dalam berinteraksi via WhatsApp dan Facebook. Google dilaporkan juga dalam pembicaraan dalam pelatihan anak-anak di sejumlah negara. Sementara program aman menggunakan media sosial juga disebutkan akan dimasukkan dalam kurikulum sekolah di AS, Australia dan Inggris.
(rah)