Jakarta, CNN Indonesia -- Di tangan perancang busana muda ekspresif seperti Patrick Owen (27), baju kerja atau busana kantoran menjadi sangat begitu edgy, sensual dan jauh dari kesan resmi. Kasual? Bisa juga lebih dari itu.
Blazer yang diberi sematan pin merah jambu di bagian dada, rok span yang di bagian bawahnya dibikin bergelombang, potongan baju asimetris, kemeja yang di bagian depannya tidak kancing tapi berganti risleting adalah beberapa dari sodoran baru Patrick saat menggelar peragaan busana yang ia beri tajuk 'Little Stabs', pada 23/5 lalu.
Bertempat di restoran-bar The Pallas, di bilangan SCBD Jakarta, satu persatu model berjalan cepat dengan model baju yang tak biasa. Ini menandai peragaan busana solo perdana Patrick yang mestinya menjanjikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada bagian pertama, koleksi yang diusung Patrick menampilkan busana motif garis-garis, untuk kemeja lengan panjang yang dipadu dengan celana atau rok warna senada. Sentuhan dekonstruksi pada busana ini disematkan pada pemakaian risleting pada bagian depan baju, baik separoh atau penuh dari kerah sampai bawah baju. Begitu juga dengan celana dan ataupun roknya yang menonjolkan risleting sebagai pelengkap.
Tak lama setelahnya, dominasi busana kerja warna hitam baik dress, blazer, rok span muncul dengan potongan dada rendah dan bahan transparan untuk sentuhan sensual.
Siluet busana kantoran lainnya dengan motif kotak-kotak dari atasan hingga bawahan diberi potongan yang beraksen lipit, kerut dan pita di bagian leher.
Jika busana wanita yang berjumlah 30 tampak lebih edgy dan sensual, 10 busana pria yang turut disajikan Patrick melengkapi model yang sama di hampir setiap busana wanita, dari mulai motif garis, hitam, atau juga lebih kasual lagi dengan perpaduan celana pendek.
Yang tak kalah menonjol adalah pada bagian terakhir ketika busana velvet pink untuk wanita dan pria tampil sebagai penutup. Dua busana ini menjadi penegas betapa Patrick ingin menyampaikan bahwa tak masalah jika harus bermain-main dengan fesyen, termasuk busana untuk ke kantor sekalipun.
 Peragaan koleksi 'Little Stabs'. (Foto: Dok. PatrickOwen) |
Sashiko dan Minnie MouseGagasan mendekonstruksi baju kantoran hanya satu gagasan besar yang diusung Patrick Owen kali ini. Di antara gagasan ini ia menyelipkan gagasan-gagasan pendamping atau pelengkap lainnya, seperti pemanfaatan teknik sashiko dan bocoran koleksi kolaborasi dengan Disney.
Sashiko sendiri adalah bentuk dekoratif busana yang menggunakna teknik tradisional dalam memperbaiki bagian yang robek atau rusak dan menguatkannya kembali.
Teknik yang diaplikasikannya ini muncul sesekali di beberapa item busana, seperti jaket dan bagian belakang jas dengan ilustrasi yang dibuat oleh pasangan kolaborasinya Tatiana Romanova Surya.
Beberapa ilustrasi, yang sekilas tampak motif burung ini dengan sengaja menampilkan benang jahitan menjuntai seperti rumbai-rumbai yang makin menegaskan pesan yang ingin disampaikan Patrick.
Sementara, gagasan lain selain teknik asal Jepang itu adalah bocoran akan koleksi kerjasamanya dengan Disney. Dalam hal ini inspirasinya adalah sosok ikonik Minnie Mouse, yang dijadwalkan baru akan rilis penuh pada Agustus mendatang.
Dalam koleksi kali ini, penampakan gagasan 'Minnie Mouse' itu muncul dalam dua busana hitam untuk wanita yang dipadu dengan sepatu warna kuning menyala.
 Peragaan koleksi 'Little Stabs'. (Foto: Dok. PatrickOwen) |
Presentasi peragaanDengan banyaknya gagasan yang diusungnya itu, Patrick membuat peragaan menjadi tak biasa. Khususnya lewat set panggung.
Jika biasanya model jalan di runway di satu jalur, kali ini Pallas yang menjadi lokasi peragaan digubah sedemikian rupa menjadi seperti labirin yang berkelok-kelok. Penonton duduk di barisan yang dilalui model dengan cepat. Jika tidak sigap, busana yang dikenakan model tidak akan jelas siluetnya ataupun aksen dan detail yang dikenakan.
Tak hanya dari segi bentuk, Patrick juga bersusah payah lewat properti. Di panggung utama, misalnya, ada tiga pintu yang di bagian paling kiri dan kanan digunakan untuk model keluar dari balik panggung dan kembali masuk. Di atas panggung tersebut tampak mesin fotokopi, meja kerja, dan komputer. Usai mengitari penonton, para model keluar di pintu bertanda exit, dengan terlebih dahulu mereka cek absensi persis seperti sedang beraktivitas sebagai karyawan 'kantoran'.
Secara keseluruhan, konsep peragaan dengan nuansa kantoran, dan koleksi baju kerja yang dihadirkan Patrick Owen kali ini cukup mengesankan.
Kreativitas di hampir setiap rancangannya cukup asik diminati dan beberapa di antaranya cukup
wearable. Hanya saja, untuk busana yang terlalu kasual, bisa jadi mengerutkan dahi karena tidak mungkin dibawa ke kantor. Sebagai contoh, busana velvet pink dan celana pendek motif garis? Sepertinya Patrick mesti memperluas koleksinya menjadi beberapa tema berbeda.
(rah)