Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Kabupaten Kulon Progo di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Ende di Nusa Tenggara Timur (NTT) kompak memperbanyak penyediaan
homestay alias rumah singgah di kawasan wisata.
Akses yang lebih dekat ke objek wisata, serta tarif sewa kamar yang lebih terjangkau diyakini bakal menggerakkan ekonomi masyarakat setempat.
Krissutanto, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo mengakui di wilayahnya tidak ada satu pun hotel berbintang seperti halnya yang banyak berdiri di Yogyakarta. Sehingga, wisatawan yang datang ke objek wisata alam di Kulon Progo banyak yang mengeluhkan jauhnya jarak yang harus ditempuh karena menginap di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini, wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di Kulon Progo, tinggal dan menginapnya di Sleman atau Yogyakarta. Hal ini sangat disayangkan," kata Krissutanto dikutip dari Antara, Rabu (7/6).
Ia mencatat, sampai saat ini di Kulon Progo baru terdapat 400 unit
homestay yang dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat. Jumlah ini sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang berkunjung.
Kawasan wisata alam Kalibiru, Hargowilis, Kokap, Kulonprogo. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atrmoko) |
"
Homestay pada dasarnya mampu menggerakkan ekonomi masyarakat, khususnya di dekat objek wisata. Namun peluang ini belum dimanfaatkan," katanya.
Imam Panuwun, salah satu pemilik
homestay di Kebun Teh Samigaluh mengaku memiliki 11 unit
homestay. Objek wisata di kampungnya tersebut setiap Sabtu dan Minggu dipenuhi tamu atau wisatawan dari luar daerah.
"Sabtu dan Minggu,
homestay pasti penuh. Mereka sudah jauh-jauh hari pesan
homestay sebelum ditempati. Tarif yang kami tetapkan sangat murah yakni Rp200 ribu sampai Rp250 ribu tergantung lokasi," katanya.
Selain menyewakan
homestay, Imam berinisiatif membuat paket liburan bagi wisatawan. Mulai dari paket membuat kopi, membuat teh, membuat gula aren, belajar tari lokal hingga menjelajah perbukitan dengan kendaraan roda empat.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Ardu Jelamu bahkan siap memberi bantuan perlengkapan kamar tidur, perabot dapur, dan toilet untuk merangsang warga Ende membangun puluhan
homestay di daerahnya.
"Saat ini baru ada 15
homestay khususnya di Desa Waturaka yang mendapatkan
award sebagai desa wisata terbaik di Indonesia," katanya.
Bahkan Pemerintah Provinsi juga mengadakan workshop kepada pengelola
homestay dan kepala desa di daerah wisata yang dipusatkan di Hotel Mentar, Kota Ende.
"Kami juga berikan pencerahan melalui workshop supaya mereka bisa mengetahui bagaimana mengelola
homestay yang baik dan indah sesuai kebutuhan wisatawan nasional dan internasional," katanya.
Wisatawan mengunjungi obyek wisata Danau Kelimutu di Ende, NTT. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga) |
Menurut Marius, pariwisata di Ende sudah terkenal sebagai destinasi unggulan setelah Labuan Bajo dengan mengandalkan destinasi utama seperti situs Bung Karno, dan danau tiga warna Kelimutu.
"Dua destinasi ini selalu menjadi sasaran utama wisatawan yang melakukan overland setelah mengunjungi Labuan Bajo dan sekitarnya maupun yang datang dengan penerbangan langsung ke daerah itu," katanya.
Dinas Pariwisata mencatat jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Ende pada 2016 mencapai 73.809 orang, teridiri dari 13.839 wisatawan mancanegara dan 59.970 wisatawan domestik.