Jakarta, CNN Indonesia -- Dari 148.066 peserta yang dinyatakan lolos
SBMPTN 2017, ada 34.098 orang yang dapat kuliah dengan bantuan Bidikmisi dimana calon mahasiswa akan kuliah dengan bantuan biaya pendidikan dari pemerintah.
Kriteria mereka untuk mendapatkan Bidikmisi adalah mereka yang dianggap tidak mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik baik untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi pada program studi unggulan sampai lulus tepat waktu.
Cara penentuan calon siswa untuk mendapatkan Bidikmisi pun beragam. Ada yang melalui Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMTPN), atau seleksi mandiri PTN dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
“Selama ini proses bea siswa Bidikmisi tidak ada masalah. Di setiap tempat pasti ada, tetapi jumlahnya tidak terlalu signifikan. Contohnya saja, di tempat saya (Universitas Sebelas Maret), ada 20 orang yang dianggap tidak eligible dari total keseluruhan 1300 peserta. Tapi, keduapuluh orang ini tidak mendapat beasiswa penuh, tetapi dialihkan grade-nya saja. Ada pengurangan dari keringan-keringan. Jadi, tetap tidak bisa kita tolak,” terang Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, Ketua Panitia SNMPTN-SBMPTN 2017 yang juga Rektor dari Universitas Sebelas Maret itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilanjutkan Prof. Ravik jika ada calon siswa yang ketahuan memanipulasi data tentu diberlakukan ‘sanksi.’
“Kita lihat juga sampai dimana ketidakakuratan aplikasi. Jika, ada juga yang ketahuan memanipulasi data para, misalnya orang tuanya ternyata mampu membayar uang kuliah, ya, itu kita akan minta pernyataan maaf tertulis,” ujarnya pada
CNNIndonesia.com, di gedung D kementrian pendidikan dan kebudayaan, Senin (12/6).
Proses seleksi Bidikmisi ini sendiri berlangsung tiga bulan dan dibagi dalam dua macam tes, tertulis melalui Paper Based Test (PBT) atau Computer Base Test (CBT), dan ketrampilan. Yang terakhir ini, tergantung jurusan yang akan diambil calon mahasiswa (olahraga, kemampuan teknik atau seni).
Ditambahkan bagi calon siswa yang gagal juga tidak perlu berkecil hati. Prof. Ravik menjelaskan masih banyak jalan untuk bisa kuliah di PTN. Salah satunya adalah mengikuti beasiswa yang diadakan dengan cara seleksi mandiri yang diselenggarakan berbagai PTN maupun Perguruan Tinggi Swasta.
“Biasanya universitas juga melakukan Bidikmisi mandiri yang dananya melalui ikatan alumni universitas masing-masing. IPB mengadakan sendiri, UN juga mengadakan masing-masing. Sistem mandirinya biasanya berbeda-beda. Itu ada 24 universitas yang mengadakan. Ada juga semacam pola panduan dari daerah-daerah. Ini biasanya terselenggara berkat bekerja sama dengan pemerintah daerah.”
Sebagai panitia pusat, Prof. Ravik menjelaskan lebih lanjut jika pihaknya telah meminta untuk tahun depan menambah jumlah calon mahasiswa yang menerima Bidikmisi ini karena memang angkanya dari tahun ke tahun, angka calon mahasiswa yang mendaftar semakin banyak.
“Total peserta yang mendaftar Bidikmisi dan dinyatakan eligible melalui SNMPTN maupun SBMPTN tahun ini ada 65 ribu. Dan, itu diluar yang mandiri seperti yang dari swasta. Itu sebabnya tahun depan layak ditambah,” terangnya.
(sys/sys)