PESONA SUMBA

Derap Kuda Sandelwood di Sepanjang Hayat Masyarakat Sumba

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Jumat, 14 Jul 2017 13:26 WIB
Kuda Sandelwood menjadi simbol kelas bagi masyarakat Sumba, dari lahir sampai meninggal dunia. Kelestariannya penting untuk dilanjutkan.
Kuda Sandelwood menjadi simbol kelas bagi masyarakat Sumba, dari lahir sampai meninggal dunia. Kelestariannya penting untuk dilanjutkan. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)
Jakarta, CNN Indonesia -- “Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh, sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua, dan bola api merah padam membenam di ufuk teduh."

Itulah sepenggal puisi karya sastrawan Indonesia, Taufik Ismail, yang menggambarkan keindahan Pulau Sumba melalui Kuda Sandelwood dan kain tenun.


Pulau yang berada di Nusa Tenggara Timur (NTT) ini baru saja menyelenggarakan Festival 1001 Kuda Sandelwood dan Festival Tenun Ikat Sumba. Presiden Joko Widodo turut hadir dalam acara tahunan perdana itu, demi mempromosikan kampanye Pesona Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kuda Sandelwood juga merupakan ikon kebanggaan Pulau Sumba. Hanya saja namanya tak sepopuler kain tenun.

Presiden Jokowi dalam Festival 1001 Kuda Sandelwood 2017. (Biro Pers Setpres/Kris)

Nama Sandelwood mengandung arti Kayu Cendana, salah satu komoditas unggulan Pulau Sumba. Dengan nama itu, peternak berharap agar peruntungan Kuda Sandelwood “seharum” Kayu Cendana.

Dikembangbiakkan di Pulau Sumba sejak 1840, kuda yang merupakan percampuran dari kuda asal arab dan kuda poni lokal ini memiliki postur yang lebih pendek dari kuda asal Amerika dan Australia.

Meski demikian, tetap lincah dan tangguh, sehingga sering digunakan sebagai kuda pacu, kuda tarik dan kuda tunggang.

Aktor Brad Pitt dikabarkan sampai membeli enam ekor Kuda Sandelwood sebagai hadiah untuk anak-anaknya.

Kuda Sandelwood juga digunakan dalam Tradisi Pasola, atraksi perang dua kelompok untuk memohon kesuburan alam. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Budayawan dan pengelola Rumah Budaya Sumba, Pater Robert Ramone CSsR, mengatakan kalau Kuda Sandelwood berperan besar dari pemiliknya lahir hingga meninggal dunia.

Layaknya kendaraan bermotor, pada zaman dulu Kuda Sandelwood menjadi simbol kelas bagi masyarakat Sumba. Sangat penting untuk memiliki kuda yang apik. 

Robert menjelaskan, masyarakat Sumba juga membutuhkan kuda karena medan alam daerahnya yang menantang, naik turun bukit terjal. Kuda dianggap sebagai alat transportasi yang bisa memudahkan kehidupan mereka. 

“Kuda jenis terbaik biasanya dimiliki oleh keluarga kerajaan, menjadi simbol kewibawaan. Digunakan pula sebagai mahar pernikahan sampai Tradisi Pasola,” kata Robert, seperti yang dilansir dari Antara pada Jumat (14/7).

“Hingga di nisan makam, keluarga akan menggambar sosok almarhum yang sedang berkuda. Kuda dianggap menjadi alat tunggang almarhum ke kehidupan abadi,” lanjutnya.

Kuda Sandelwood diharapkan dapat lestari, layaknya kain tenun. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Sampai saat ini, Kuda Sandelwood masih dianggap istimewa di hati masyarakat Sumba. Umbu Kadebu Tagobori, salah satu warga Desa Dewajara, Kabupaten Sumba Tengah, mengaku memiliki 10 ekor kuda jantan dan betina.

Kuda-kudanya datang dan pergi, karena dijual atau faktor usia. Tapi selalu beranakpinak.

“Kalau ada orang asli yang tidak memiliki kuda rasanya bisa jadi bahan pembicaraan masyarakat,” ujar Umbu.


Penyakit hewan menular sempat membuat populasi Kuda Sandelwood menurun pada beberapa tahun yang lalu. Pemerintah kemudian melakukan antisipasi dengan menyilangkan Kuda Sandelwood dengan kuda asal Australia.

Hasilnya, populasi Kuda Sandelwood perlahan meningkat, bahkan disebut lebih bertenaga.


Robert berharap, Festival 1001 Kuda Sandelwood dapat kembali menggerakan hati masyarakat di dalam dan di luar Sumba untuk kembali mengembangbiakkan Kuda Sandelwood. Hal itu dimaksudkan agar tradisi tidak punah. 

“Jangan hanya dijual, tetapi juga harus dilestarikan agar generasi di masa datang masih bisa meneruskannya,” kata Robert.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER