Laos, CNN Indonesia -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus berusaha membuka penerbangan untuk membawa wisatawan mancanegara (wisman) ke destinasi-destinasi di Indonesia. Akses menjadi bagian penting untuk menaikkan jumlah wisman ke Tanah Air.
Oleh karena itu, Kementerian di bawah komando Arief Yahya ini bertemu dengan maskapai Singapore Airlines Group, Silk Air di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), Viantiane, Laos pada Rabu (12/7/2017).
Pertemuan tersebut dilakukan oleh Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pasar Asia Tenggara Rizki Handayani. Rizki bertemu dengan Manager Silk Air Laos Caleb Sim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
”Terima kasih, kami sangat antusias untuk menjajaki kerja sama dengan pemerintah Indonesia. Kami suka dengan Famtrip, kami juga suka dengan festival-festival sehingga kami bisa membuka penerbangan yang baru ke Indonesia. Terutama membawa pasar Laos yang punya kemiripan dengan Indonesia. Mari kita laksanakan,” ujar Caleb usai pertemuan.
Caleb menambahkan, ke depannya, pihak Silk Air akan mendata berapa jumlah
tour and travels yang ada di Laos. Selanjutnya seluruh industri yang ada di Laos dibawa untuk Familirazation Trip atau wisata pengenalan di Indonesia.
”Bali sudah sangat populer di Laos dan juga dunia, namun kami juga sudah tahu bahwa pemerintah Indonesia mendorong destinasi-destinasi yang indah yang lainnya, kami akan coba membuka penerbangan dari Laos ke Bangkok, maupun Singapura dan langsung menuju tempat-tempat destinasi lainnya selain Bali,” kata Caleb.
Dalam pertemuan tersebut, Kiki memaparkan banyak peluang untuk membuka penerbangan. Dia mengatakan ada peluang membuka penerbangan ke 10 destinasi prioritas yang telah ditetapkan oleh Kemenpar.
Soal
air connectivity atau akses udara, Menpar Arief Yahya berusaha terus memperbesar daya angkut atau
seats capacity. Untuk urusan
airline, airport dan
authority Kemenpar membutuhkan total collaboration dengan Kemenhub, Airlines, Airnav, dan Angkasa Pura.
Seperti melakukan
roadshow ke industri
airlines, Angkasa Pura I-II dan Authority, dalam hal ini Kemenhub.
“Karena 75% wisatawan itu masuk ke Tanah Air dengan
airlines. Lalu 24% dengan penyeberangan, dan 1% di perbatasan. Sentuh yang terbesar dulu untuk
quick win,” katanya.
Untuk mengatasi
problem air connectivity perlu mendorong
airlines terbang ke destinasi wisata di Tanah Air. Kemudian mendorong
airport beroperasi lebih panjang hingga 24 jam.
Kemudian deregulasi serta kemudahan penambahan slot bagi pesawat yang hendak masuk ke Indonesia. “Lakukan
joint promo dan paket
hard selling,” tandas Mantan Dirut Telkom itu.
(odh/odh)