Nias, CNN Indonesia --
Peringatan hari jadi Kabupaten Nias Selatan (Nisel) ke-14 dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) setempat untuk menarik kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Pemda Nisel pun berencana menggelar event Nias Selatan Open Surfing Contest 2017 (NSOSC 2017), serta Festival Lagu Daerah, Budaya, dan Tradisi Kabupaten Nias Selatan.
Dua
event itu terselenggara berkat kerja sama pemda melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Nias Selatan dengan Asosiasi Peselancar Nias Selatan (APNS).
Event yang juga didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar) itu akan digelar di Pantai Sorake. Uniknya, ada total hadiah Rp 87 juta yang siap dibagikan untuk para peserta lomba
surfing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Karena memang ombak lagi tinggi-tingginya, khususnya di Pantai Sorake, kami akan melaksanakan lomba selancar atau
surfing yang terbuka bagi peselancar lokal dan mancanegara. Tentu, tujuan besarnya untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisata, baik lokal maupun mancanegara ke Nias Selatan,” ujar Plt Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Nias Selatan Anggreani dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/7/2017).
Anggreani mengungkapkan bahwa kegiatan yang akan digelar pada 25-28 Juli 2017 ini akan diadakan secara rutin setiap tahun sehingga para pencinta selancar serta wisatawan dari seluruh dunia bisa menikmati keindahan alam di Nias Selatan. Sebab, lomba sejenis terakhir dilakukan tahun lalu pada pelaksanaan Pesta Ya’ahowu 2016.
Selain untuk memeriahkan peringatan hari jadi, NSOSC 2017 juga digelar untuk menjaring bakat-bakat generasi muda Nias di bidang olahraga selancar. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan mereka mampu berkompetisi di tingkat nasional dan internasional pada masa mendatang.
"NSOSC 2017 akan dibagi dalam tiga divisi, yaitu Man Division (pria 16 tahun ke atas), Woman Division, dan Grommet (pria dan wanita)," sebut Anggreani.
Selain kegiatan NSOSC 2017, Pemkab Nias Selatan juga menggelar festival budaya dan tradisi, festival lagu daerah, serta adat istiadat Nias Selatan, seperti faluaya, famadaya harimao, lompat batu, tari moyo, dan fataelesa. Tradisi dan budaya itu merupakan warisan leluhur Nias Selatan yang perlu terus dilestarikan.
Sekadar informasi, Pantai Sorake merupakan surganya pecinta
surfing. Pantai ini juga masuk dalam 10 besar tempat
surfing terbaik di dunia bahkan disebut-sebut nomor 2 di dunia setelah Hawai. Pada periode Juni hingga Juli, Pantai Sorake sangat ramai dikunjungi turis asing untuk berselancar karena ketinggian ombaknya bisa mencapai 10-12 meter.
Selain tempat favorit untuk berselancar, Pantai Sorake ini sangat unik karena tidak ditemukan pasir yang melandai seperti pantai pada umumnya, yang ada hanyalah batu karang yang bertebaran.
Terumbu karang yang ada di pantai ini juga sangat indah untuk dipandang. Di sekitar pantai juga sudah terdapat penginapan dan hotel sehingga tidak perlu repot lagi.
Untuk menuju Pulau Nias melalui jalan laut, jarak yang harus di tempuh kurang lebih 85 mil perjalanan laut atau 12 jam perjalanan laut dengan mengunakan kapal feri dari Kota Sibolga, Sumatera Utara menuju dermaga kapal Gunung Sitoli. Gunung Sitoli merupakan satu-satunya kota terbesar di Pulau Nias.
Dari Gunung Sitoli menuju Kota Teluk Dalam diperlukan waktu 4 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda empat. Sedangkan perjalanan ke Pulau Nias menggunakan pesawat udara bisa ditempuh dari Bandara Kuala Namu, Kota Medan, Sumatera Utara.
Seperti diketahui, Kemenpar gencar memperkenalkan
spot surfing baru yang terhitung
world class di Indonesia. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, Kemenpar menyodorkan hal strategis dalam mendukung kegiatan ini.
Pertama, penggemar
surfing ini merupakan wisman yang kebanyakan berasal dari Australia. Mereka sudah menjadikan Bali sebagai
the second home karena surfing. Mereka sudah familiar berselancar di ombak Kuta Bali.
“Marketnya sudah jelas, mereka sudah ke Bali. Sekarang tinggal diperkenalkan
spot baru itu ke negaranya,” kata Arief.
Kedua, prinsip dalam
sport tourism juga harus dipakai. Di kegiatannya sendiri, mungkin tidak besar
direct impact-nya, tetapi
indirect-nya, atau
media value-nya pasti jauh lebih tinggi.
“Dari
media value itulah
opportunity baru terbangun. Kalau wisman sudah jatuh cinta, mereka akan datang lagi bersama keluarga dan rombongannya. Rata-rata
sport tourism itu 60 persen menjadi
repeater,” ujar Arief.