Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam sebuah pernikahan tak jarang suami dan istri memilih tetap melanjutkan kariernya dan terus mengejar kesuksesan yang mereka inginkan. Namun, kesuksesan suami atau istri dalam pernikahan tidak melulu berjalan beriringan, kadangkala istri justru dapat lebih sukses dibandingkan suami atau sebaliknya.
Lantas bagaimana jika seorang istri ternyata lebih sukses dibandingkan suaminya? Apakah hal tersebut dapat menimbulkan perceraian?
Psikolog Mira Anin menilai, fenomena perceraian yang dipengaruhi oleh kesuksesan seorang istri tak jauh dari budaya ketimuran yang masih dipegang oleh masyarakat Indonesia. Biasanya, seorang suami yang merupakan laki-laki lebih ditekankan untuk lebih berhasil dibandingkan sang istri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya (bisa jadi pemicu perceraian) apalagi kita masyarakat Timur, di mana suami lebih ditekankan untuk bisa berhasil atau diharapkan suami yang lebih berhasil bukan istri," ujarnya saat dihubungi oleh
CNNIndonesia.com, Senin (7/8).
Dalam pernikahan yang baik, seorang suami atau istri harus mau menerima peluang saat salah satu diantara mereka mencapai kesuksesannya.
Menurut Mira, tidak semua suami tidak bisa menerima kesuksesan istrinya. Biasanya rasa tidak suka suami terhadap kesuksesan istrinya dipengaruhi oleh lingkungan seperti keluarga hingga rekan kerja yang menjadikan kesuksesan istri sebagai bahan bercandaan.
"Secara signifikan masyarakat kita masih penilaiannya pada kesuksesan pria. Bisa saja
nih suaminya tidak ada masalah tapi dari teman terdekat, adik, ipar, hingga teman-teman
nongkrong menjadikan itu suatu bahan bercandaan yang akhirnya semakin lama semakin termakan oleh suami, dia pun jadi merasa tersisihkan," ucapnya.
Saat suami merasa tersisihkan itulah, Mira mengatakan, seorang suami bisa melampiaskan pada hal yang tidak benar seperti perselingkuhan dan perubahan sikap menjadi tertutup.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempertahankan pernikahan adalah dengan keterbukaan. Mira mengatakan, istri harus dapat menerima masukan dari sang suami meskipun dia merasa sudah mencapai kesuksesannya.
Sang suami, kata Mira, juga harus mengatakan ketidaksukaannya pada hal-hal yang terjadi akibat istrinya yang terlalu sibuk mengejar karier.
"Yang diperlukan adalah keterbukaan dari kedua belah pihak sebagai keberhasilan dalam pernikahan. Keterbukaan itu sang istri mau menerima pandangan dari suaminya dan suami mau terbuka. Egonya pria kan mereka merasa tidak nyaman tapi mereka tidak mau mengungkapkannya," tuturnya.
Meski demikian, Mira mengatakan, perceraian tidak hanya terjadi akibat seorang istri yang mencapai kesuksesan. Hal itu juga dapat terjadi pada pria yang mencapai kesuksesannya. Faktornya adalah komunikasi yang tidak berjalan dengan baik.
"Tidak hanya terpaku pada soal jenis kelamin siapa yang lebih sukses. Jika seorang pria sukses juga dapat mempengaruhi karena kurangnya komunikasi yang baik sehingga sang istri pun menjadi kesepian dan hampa dalam menjalani rumah tangga," tuturnya.
(rah)