Menpar: Keberagaman dan Perbedaan Justru Saling Menguatkan

adv | CNN Indonesia
Jumat, 18 Agu 2017 14:55 WIB
Menpar: Keberagaman dan Perbedaan Justru Saling Menguatkan
Menteri Pariwisata Arief Yahya saat menjalani upacara HUT RI ke-72 di Gedung Sapta Pesona, Kemenpar (Foto: Kemenpar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Suasana upacara detik-detik proklamasi di halaman Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menjadi terasa sangat Bhinneka Tunggal Ika. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dan seluruh jajarannya mengenakan busana adat Nusantara.

"Kita tidak seragam, kita beragam, sekaligus bersatu!" kata Arief dalam sambutannya sebagai Inspektur Upacara di halaman Kantor Kemenpar Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.

Keberagaman dan perbedaan dalam pariwisata itu justru saling menguatkan. Beda budaya, beda adat istiadat, beda kepercayaan, beda cara berpakaian, beda kebiasaan makanan, beda dialek, tetapi satu dalam komitmen bernegara, NKRI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hari ini, saya menggunakan pakaian adat Palembang dan saya merasa sangat Indonesia," sebut Arief didampingi istri yang sama-sama mengenakan busana Nusantara.

Pidato Menpar pada Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI yang ke-72 itu memang banyak mengungkapkan indahnya rasa ke-Bhineka-an itu.

"Sebelum membacakan sambutan, izinkanlah saya mengungkapkan perasaan saya. Rasa bangga dan rasa kebangsaan saya tergetar melihat rekan-rekan menggunakan pakaian tradisional, penuh warna dalam harmoni, karena inilah sesungguhnya kita, bangsa Indonesia, beragam sekaligus bersatu," kata Arief.

"Selanjutnya pakaian tradisional ini, saya sebut sebagai busana Nusantara dan saya minta Sesmen untuk menetapkan,setiap upacara kita gunakan Busana Nusantara," ujarnya.

Mengapa Arief tidak menyebutnya sebagai ‘pakaian nasional’? "Kalau disebut pakaian nasional, seolah semuanya harus seragam, harus sama. Padahal, kita hidup dalam atmosfer keberagaman," jelasnya. 

Arief juga meminta seluruh kompenen bangsa dapat memaknai HUT RI ke-72 lebih mendalam. Bukan hanya sebagai momentum untuk menggugah memori kolektif sebagai bangsa besar yang senantiasa menghormati jasa pahlawan. Tetapi juga siap bergotong royong membangun bangsa.

Bergotong royong, yang dalam kata lain adalah kerja sama merupakan wujud dari kata solid dalam corporate culture. Kata itulah yang selalu digaungkan Kemenpar.  Bersatu, bersama membawa Indonesia terbang tinggi. Mewujudkan pariwisata Indonesia sebagai arus utama dalam memajukan dan memakmurkan bangsa. 

Arief mengatakan bangsa ini harus menjadikan sejarah sebagai pondasi masa depan. Kemerdekaan bisa direbut karena semua anak bangsa mampu bersatu, bekerja sama.

“Dulu pahlawan kita berjuang untuk meraih kemerdekaan. Sekarang kita harus berjuang untuk memenangkan persaingan. Modal kokoh persatuan itu harus terus kita jaga, kita rawat, perkuat. Karena kita adalah bangsa petarung,” kata Arief.  

Presiden Jokowi juga menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan pembagunan nasional. Pariwisata dijadikan sebagai sektor prioritas selain pangan, energi, maritim serta kawasan ekonomi khusus.

“Ini terjadi sejak akhir tahun 2014. Tahun 2015 juga masuk, 2016 dan sekarang 2017 masuk. Dan di draft RKP (Rencana Kerja Pemerintah m,red) 2018 tinggal tiga industri yang masuk. Nomor satu adalah pertanian, kedua pariwisata, dan tiga perikanan,” ujar Arief.

Ini artinya pariwisata telah dijadikan leading sector negara ke depannya. Sebab, pariwisata merupakan industri yang paling sustainable, paling menyentuh ke level bawah masyarakat dan performanya tiap tahunnya selalu menanjak.

“Dengan komitmen presiden tersebut, maka seluruh kementerian dan lembaga (K/L) mendukung pengembangan infrastruktur pariwisata. Terutama di 10 destinasi prioroitas,” kata dia.

Target 20 juta wisman dan 270 juta wisnus di tahun 2019 ditekankan mantan Dirut Telkom ini bukan merupakan target Menpar. Melainkan target langsung dari Presiden Jokowi.

“Konsekuensinya kalau itu target Presiden Republik Indonesia, maka seluruh kementerian atau lembaga wajib mendukung. Apa saja yang diputuskan oleh presiden langsung ditindaklanjuti di tingkat kementerian secara incorporated. Atau yang sering saya sebut sebagai Indonesia Incorporated,” ujar Arief.

Inilah yang seharusnya terjadi di daerah. Terutama yang mempunyai potensi pariwisata dan sudah menempatkan diri sebagai destinasi pariwisata. Arief bersama presiden merupakan orang-orang yang yakin bahwa ekonomi kreatif termasuk pariwisata di dalamnya akan menjadi core ekonomi bangsa.

“Jadi beruntunglah, Pak Presiden kita commited terhadap pariwisata. Kita harus gunakan momentum yang sangat baik ini untuk membangun pariwisata,” kata dia.

Kata Arief, Presiden Jokowi sebelumnya telah dua kali mengapresiasi kinerja Kemenpar. Hingga Juni 2017, pertumbuhan wisatawan mancanegara mencapai 22,4 %.

Dibanding dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang 5,01 %, maka terbilang pertumbuhan wisman yang identik dengan penerimaan devisa naik empat kali lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi nasional.

“Saya sering katakan kenali musuhmu, kenali dunia. Kenali dirimu maka kamu akan memenangi peperangan. Kita tumbuh 22%, ASEAN tumbuh 6% dan dunia tumbuh 5%. Kita jauh lebih cepat dari regional dan global,” kata Menpar.

Namun ia mengingatkan untuk tetap mengenali ‘musuh’ dalam arti pesaing. Negara itu tidak lain adalah Vietnam yang bersama Indonesia masuk ke dalam ‘Top 20 the Fastest Growing Destination in the World’.

“Vietnam tumbuh 24 % dan kita 22 % dan itu kita harus akui. Rahasia suksesnya Vietnam, mereka melakukan deregulasi,” ujarnya.

Untuk branding, pada 2017 Wonderful Indonesia meraih ranking 47 dan masuk cluster 1. Amazing Thailand ada di rangking 68 dan Truly Asia Malaysia di rangking 85.

Namun untuk mencapai tingkatan itu tentunya tidak mudah. Harus membawa tatanan bekerja untuk bangsa dan negara. 
Arief telah berkali-kali mengatakan bahwa spirit lebih hebat dari strategi. Spirit terkait dengan ruh dan karakter sedangkan strategi terkait dengan rasio dan kompetensi. Kenyataanya, ruh dan karakter akan membawa pengaruh besar pada kesuksesan. 

Arief juga telah mengimplementasikan budaya kerja yang disebut Win Way, Corporate Culture di lingkungan Kemenpar. Salah satu budaya kerjanya menyangkut gotong royong, yakni solid ditambah speed dan smart.

“Kerja bersama itu solid. Yang memenangkan peperangan bukan pasukan yang banyak, bukan senjatanya yang tajam tetapi kesatuan. Jadi jika tidak ada kesatuan, tidak ada unity, tidak ada soliditas, tidak ada kerja bersama, tidak akan ada speed dan tidak akan pernah ada smart. Karena itu adalah modal dasar,” ujarnya.

Presiden juga telah mengingatkan sebelumnya bahwa hanya bangsa yang cepat bergerak yang akan memenangkan persaingan.

“Dalam bahasa saya, bukan yang besar akan makan yang kecil. Tetapi yang cepat akan makan yang lambat. Jadi selain kita bersatu, juga harus dapat bergerak cepat,” ujarnya.

Untuk bergerak dengan sangat cepat, lakukanlah deregulasi. Jangan buat birokrasi-birokasi baru yang akan membuat kita makin tidak bisa berkompetisi.

“Kuncinya sangat mudah,buatlah orang masuk ke Indonesia lebih mudah. Buatlah orang berinvestasi di Indonesia lebih mudah, sesederhana itu,” ujarnya.

“Dengan semangat persatuan Indonesia saya yakin akan mampu menjalankan tugas konstitusional kita menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang mandiri, berdaulat dan berkpribadian,” ujar Areif.

Dirgahayu Republik Indonesia, Dirgahayu Negeri Pancasila, Salam Pesona Indonesia.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER