Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa anak-anak yang kerap menyaksikan pertengkaran orang tuanya berisiko tinggi mengalami gangguan mental.
Kondisi mental anak bisa terganggu lebih parah jika ‘perang dingin’ antara kedua orang tua berlangsung dalam kurun waktu lama.
Sebuah studi yang pernah dilakukan University of York terhadap 19.000-an anak di Inggris pun menyebutkan, anak-anak yang sangat sering melihat pertengkaran orang tuanya jauh lebih 'tersiksa' ketimbang anak-anak korban perceraian. Studi tersebut pernah dimuat di laman
Daily Mail, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani menilai pertengkaran yang terjadi di depan anak, tidak hanya punya pengaruh buruk terhadap perkembangan kondisi mental anak. Namun juga, pada hubungan kedua orang tua.
Saat ada pihak ketiga yang menyaksikan pertengkaran, kata Anna, maka biasanya salah satu maupun kedua belah pihak yang berseteru cenderung menahan diri.
"Mereka yang tidak suka 'ditonton' pasti akan sedikit jaim (jaga image). Sementara yang lainnya berusaha mencari dukungan dari mereka yang menonton," ujar Anna saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com, melalui sambungan telepon, pada Kamis (7/9).
Pada akhirnya, pasangan yang terlibat cekcok tidak dapat menemukan penyelesaian atas permasalahan mereka.
Pertama, saat bertengkar Anda sudah barang pasti tidak dapat berpikir jernih. Kedua, salah satu pihak yang tidak merasa nyaman saat pertengkarannya ditonton pihak lain jadi tidak lagi mengutarakan apa yang benar-benar ia rasakan.
Sudah difilter sana-sini. Sehingga masalah sebenarnya tidak pernah terungkap.
"Jadi, dari segala sisi, percuma sih bertengkar di depan anak," kata dia.
Regulasi emosi, menurut Anna, adalah salah satu hal yang perlu dipelajari oleh orang tua yang saat ini sering terlibat konflik bersama pasangan.
(rah)