Jakarta, CNN Indonesia -- Layanan terapi sel atau Cell Cure mungkin memang masih menimbulkan beragam kontroversi di bidang medis. Namun, kontroversi tersebut tak menyurutkan niat pihak Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto untuk mengembangkan layanan cell cure di Indonesia.
Laboratorium cell cure di RSPAD bahkan diklaim sebagai laboratorium kedua di dunia, setelah laboratorium yang ada di Jerman.
Lokasi laboratorium Cell Cure sendiri terletak di Cell Cure Center yang berada di sebelah gedung Cerebro Vasculer Center (CVC) RSPAD Gatot Subroto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gedung empat lantai tersebut, saat ini memang tengah dalam tahap renovasi. Namun, bukan berarti laboratorium itu tidak beroperasi. Laboratorium cell cure sendiri telah beroperasi sejak bulan Mei 2017 dan telah melayani setidaknya 30 pasien.
Kamis (14/9) lalu,
CNNIndonesia.com mendapat kesempatan untuk bisa melihat secara langsung laboratorium Cell Cure milik RSPAD tersebut dengan didampingi Kepala Laboratorium Cell Cure, dr. Nurhadiyanta.
Gedung Cell Cure Centre menempatkan bagian administrasi di lantai satu. Sementara, di lantai duanya, terdapat ruang quality control dan ruang untuk staf atau petugas laboratorium. Ruang
quality control sendiri, memiliki dua fungsi. Pertama, untuk melihat jumlah monosit dari darah yang telah diambil dari pasien.
"Sampel darah diambil kami cek berapa persen monositnya, (jumlah) monosit seolah berlebih tapi ternyata paslu, itu bisa kami deteksi dari ini," ujar Nurhadiyanta.
Fungsi kedua, untuk melihat hasil perkembangan sel apakah sudah sesuai dengan spesifikasi sebelum nantinya disuntikkan kembali ke pasien.
"Apakah
dendritic cell atau
regenerative, apakah sudah sesusai dengan spesifikasinya," katanya.
Sementara, lantai tiga menjadi tempat paling vital karena merupakan lokasi dari laboratorium
Cell Cure. Ruang laboratorium tersebut, kata Nurhadiyanta sangat dijaga kebersihannya.Untuk masuk ke dalam laboratorium tersebut, petugas harus mengenakan jubah khusus seperti pada di laboratorium pada umumnya, sandal khusus, dan juga penutup kepala.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian |
Laboratorium tersebut terbagi menjadi dua ruangan, yaitu
preparation room dan
clean room.
Preparation room digunakan untuk membawa barang-barang masuk ke dalam laboratorium. Untuk menjaga agar barang tetap steril, sebelum masuk ke laboratorium, barang harus dibersihkan dengan cairan dan tisu khusus.
Petugas yang masuk pun harus melalui pintu khusus. Pintu masuk itu juga dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Alasannya, kata Nurhadiyanta di pintu masuk tersebut, petugas harus membuka seluruh pakaiannya dan berganti dengan pakaian khusus selama berada di laboratorium.
Lebih lanjut, Nurhadiyanta menjelaskan setelah barang masuk ke dalam laboratorium, lagi-lagi barang tersebut harus dibersihkan kembali guna menjadi kesterilan barang tersebut.
"Kami selalu mainnya semprot lap semprot lap, karena harus benar-benar steril, produk harus steril karena masuk ke dalam darah kita, apa jadinya kalau produknya enggak steril," tutur Nurhadiyanta.
 Suasana lab lantai tiga gedung Cell Cure Centre, RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. (Foto: Dok. Cell Cure Centre) |
Barang-barang tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang disebut sebagai pass box untuk dipindahkan ke ruang lainnya.
Di bagian belakang laboratorium tersebut, menjadi tempat yang digunakan untuk melakukan proses perkembangan sel. Menurut Nurhadiyanta, petugas yang boleh berada di dalam ruangan tersebut tidak boleh lebih dari empat orang.
Dari pengamatan
CNNIndonesia.com, ada berbagai alat yang digunakan dalam proses pengembangan sel tersebut. Di antaranya
bio safety cabinet, inkubator, kulkas,
cassy, dan lainnya.
Nurhadiyanta menceritakan sampel darah yang dibawa ke laboratorium tersebut menggunakan tabung steril.
"Dari sembilan tabung dijadikan enam, kemudian dijadikan tiga, baru dijadikan satu, dipisahkan bagiannya, diambil monositnya," ujarnya.
Setelah diambil, monosit kemudian ditanam atau ditaruh dalam
flask.Nurhadiyanta mengatakan monosit yang telah diambil itu kemudian ditambah dengan sitkoin atau molekul protein. Penambahan sitokin tersebut bervariasi sesuai dengan tujuan dari pembentukan sel itu.
"Mengembangkannya jadi apa, apa
dendritic, apa REM, apa TOM, sitokinnya beda-beda," ucapnya.
Setelah selesai,
flask berisi monosit itu kemudian dimasukkan ke dalam inkubator selama tujuh hari. Selama proses inkubasi tersebut, petugas setiap hari rutin melihat proses perkembangan sel tersebut.
"Hari pertama dicek bagaimana pertumbuhannya, sudahkan berubah selnya, kalau masih tetap jangan-jangan mati, hari kedua, ketiga, dan seterusnya, sampai hari ketujuh," tutur Nurhadiyanta.
Sementara di lantai empat gedung tersebut, terdapat ruang kontrol untuk laboratorium. Ruang kontrol tersebut fungsinya untuk mengontrol suhu, kelembaban udara, tekanan, dan lainnya dari laboratorium Cell Cure tersebut.
(rah)