Jakarta, CNN Indonesia --
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata III yang digelar Kementerian Pariwisata di Hotel Bidakara, Jakarta pada 26-27 September 2017 menetapkan akan menggeber 100 event kelas dunia dalam Calendar of Events (CoE). Masing-masing daerah akan mengajukan tiga event untuk dikurasi menjadi event internasional.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mensyaratkan top-3
important message, yaitu gunakan standar
event internasional, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), agar persiapan harus benar-benar matang dilakukan dari jauh-jauh hari.
"Tetapkan kurator
event,
management, dan promosi terukur sehingga penetapan CoE yang tepat waktu itu menjadi hal yang wajib," kata Menpar Arief Yahya dalam keterangan tertulisnya, Kamis (28/9/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua,
event harus
sustainable, dengan menerapkan pengelolaan
pre-event,
on-event, dan
post-
event karena berkaitan dengan dukungan para sponsor agar
profitable dan menguntungkan bagi sponsor nantinya.
"Sehingga penyelenggaraan
event benar-benar berkualitas. Tidak asal-asalan sehingga tidak memberikan efek apa pun pada ekonomi masyarakat," kata Menpar Arief Yahya.
Kemudian ketiga, lanjut Menpar Arief Yahya, yang terpenting adalah CEO Commitment di daerah. Bila sudah menetapkan pariwisata sebagai
core economy daerah, maka keseriusan kepala daerah dalam mendukung sangat dituntut.
"Seringkali penyelenggaraan
event di daerah bisa berubah, karena gubernurnya, wali kota atau bupatinya kebetulan akan berhalangan pada hari-H. Ini salah satu kelemahan yang tidak boleh lagi dilakukan," ungkap Arief.
Premier Event CoE 2018 nanti merupakan 100
Event daerah yang telah melalui seleksi oleh tim kurator yang terdiri dari Taufik Rahzen (Praktisi di bidang Budaya), Don Kardono (Praktisi di bidang Komunikasi dan Media), dan Dynand Fariz (Praktisi di bidang Festival dan Carnaval).
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti menjelaskan, dalam menentukan kriteria pemilihan
event besar, harus yang sudah dikenal secara umum dan melampaui daerahnya. Selain itu, sudah diselenggaralan secara kontinu (3-4 tahun berturut-turut) dan memiliki sebaran daerah (proporsional).
"Contohnya beberapa festival yang diselenggarakan secara independen oleh masyarakat seperti Festival 5 Gunung, Bakar Tongkang, Art Jog, Ubud Writer. Inj sudah menjadi tradisi yang dimiliki bersama, berhubungan dengan Pariwisata (usaha dan dampak terhadap kunjungan wisatawan), serta telah dilakukan kurasi oleh Tim Kurator Kemenpar," papar Esthy.
Sementara, Promising Event merupakan Top 3 Event prioritas yang diusulkan oleh Gurbernur dari tiap Provinsi di Indonesia.
Event harus sudah memiliki segmentasi, target, maupun pasar yang jelas, serta sudah memiliki produk atau atraksi.
"Sedangkan C-Event merupakan event yang memiliki potensi untuk dapat dikembangkan menjadi
event prioritas di tiap Provinsi. C-Event merupakan event diluar premiere events dan promising events dan sama juga, harus sudah memiliki segmentasi, target, maupun pasar yang jelas serta sudah memiliki produk atraksi," jelas Esthy.
Indikator pemilihan
event, Esthy menjelaskan, harus memiliki ketersediaan informasi
online diukur dengan keberadaan
website,
update content, dan
design website. Kemudian konsistensi pelaksanaan, diukur dengan jumlah penyelenggaraan, merupakan jumlah total penyelenggaraan event yang sama sejak tahun pertama dilaksanakan hingga saat ini.
Lalu bagaimana dengan jumlah peserta dari luar negeri? Jumlah total peserta dari dalam negeri? Jumlah total pengunjung atau orang yang datang dan menyaksikan event dari luar negeri dan dalam negeri?
"Ini harus diperhatikan dalam dari penyelenggaraan tahun sebelumnya.
Event juga harus memiliki pengaruh langsung kepada sosial ekonomi masyarakat dan dapat meningkatkan
media value terhadap
image daerah," pungkas Esthy.
(odh/odh)