Jakarta, CNN Indonesia -- Seiring dengan menanjaknya popularitas kopi, sekolah barista atau pembuat kopi pun kemudian ramai dan diminati.
Beberapa sekolah barista dikabarkan menerima banyak pendaftar. Ini tak lain disebabkan makin ramainya kedai kopi, dan di setiapnya membutuhkan setidaknya satu barista andalan yang mampu meracik kopi.
"Asal mulanya karena lagi ramai kopi, jadi konsumen mendatangi coffee shop. Setiap kedai kopi, pasti membutuhkan pekerja." Demikian disampaikan Borie, Coffee Chief, kedai kopi Jakarta Coffee House (JCH) saat ditemui di JCH, kawasan Cipete, Jumat (29/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
JCH sendiri memiliki sekolah barista bernama Barista and Coffee Institute di kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan. Sejak berdiri pada 2016 silam, animo publik untuk belajar mengenai barista dan dunia kopi cukup besar. Mereka begitu antusias dengan beragam motivasi.
"Ada yang hanya ingin tahu dan (ada juga) yang benar-benar ingin jadi barista," katanya.
Ragam motivasi mengikuti sekolah atau kursus juga ditemui Head Trainer ABCD School of Coffee, Willyanto. Sekolah yang berdiri sejak 2013 ini telah melahirkan banyak pemilik coffee shop bahkan jawara nasional untuk kompetisi mencicip kopi atau cupping.
" (Motivasinya) ada yang cuman disuruh oleh orang tuanya. Suruh ikut, tapi abis itu gak buka coffee shop. Ada yang karena penasaran mau buat kopi kayak gimana karena sekarang kopi berkembang," katanya.
Apapun motivasinya, mereka tetap diterima dan belajar tentang kopi, baik dari segi pengetahuan maupun praktek langsung. Sekolah atau tempat kursus menyediakan beragam 'menu' materi sesuai kebutuhan.
Lalu, apa syarat mengikuti kelas?Siapapun dan dari latar belakang apapun bisa mengikuti kelas. Bahkan, ABCD School of Coffee pernah menerima murid berusia 12 tahun.
Di sisi lain, Borie mengatakan semua orang bisa belajar membuat kopi, tapi seorang barista harus punya passion terhadap apa yang ia kerjakan. Tak hanya meracik kopi, tapi juga ada perasaan yang tertuang dalam profesinya. Hal ini tak dibangun dalam hitungan hari.
"Dasar yang harus diketahui adalah syaratnya ialah suka minum kopi. Kalau saya analogikan barista itu adalah penghulu, mengawinkan antar kopi dan mesin kopi. Dia mengerti," paparnya.
Sekolah atau tempat kursus menyediakan kelas-kelas dengan materi sesuai kebutuhan calon murid. Di ABCD School of Coffee menyediakan empat modul yakni A untuk Appreciation, B untuk Brewing, C untuk Cupping dan D untuk Definitive Espresso. Willy menjelaskan murid tidak dapat langsung mengambil modul B,C dan D jika belum melalui A.
"Sebelum ambil brewing, cuping, sama expresso harus ambil A dulu. Kalau sudah ambil A, boleh ambil yang lain," jelasnya.
Modul A menjadi dasar pengambilan modul lain. Pada modul Appreciation, murid-murid akan diberi pengetahuan mengenai kopi. Modul Brewing mengajarkan murid cara penyeduhan dengan cara manual (manual brewing). Modul Cupping berisi tentang cara menilai kopi atau coffee testing sesuai dengan Coffee Quality Institute (CQI). Sedangkan modul Definitive Espresso akan lebih mempelajari seluk beluk espreso beserta mesinnya.
Sementara itu, JCH atau lebih tepatnya Barista and Coffee Institute menyediakan empat kelas, yakni
Basic essentials coffee class, Intermediate essential coffee training, Advance coffee training for trainers dan Master class speciality coffee program. Dalam masing-masing kelas, murid akan belajar soal kopi baik sejarah maupun dari segi bisnis, espreso dan mesinnya serta praktek meracik kopi.
Peminat kelas kopi ternyata tak hanya berasal dari sekitar Jakarta, tapi juga luar Jakarta. Murid asal Medan, Susanto berkata ia ingin membuka coffee shop di kota asalnya.
"Saya tertarik lebih tepatnya ingin belajar tentang kopi dan ingin buka coffee shop di Medan," ujarnya.
Ia mengikuti semua modul yang ada, sehingga ia tahu tentang definisi kopi, cara pembuatan serta membedakan biji kopi. Senada dengan Santoso, murid asal Jakarta, Yermi juga berkeinginan untuk membuka kedai kopi.
"Pokoknya semua tentang kopi saya ingin tahu, makanya saya belajar di sini," ucapnya.
Kendati sudah mengikuti kelas dan lulus, bukan berarti seseorang sudah bisa disebut sebagai barista profesional. Menurut founder ABCD School of Coffee, Hendri Kurniawan, jadi barista profesional itu tergantung dari kemauan murid.
"Sama seperti kelas kopi di mana pun di seluruh dunia, kelas kopi hanya berlangsung dalam hitungan hari. Untuk dapat disebut barista profesional, tergantung dari kemauan orang itu sendiri," paparnya.
Hendri bercerita, sekolahnya pernah memiliki murid yang sama sekali belum mengerti soal kopi. Enam bulan belajar, ia mampu mengikuti kompetisi mencicip kopi dan maju ke arena internasional. Ada pula, lanjutnya, yang telah belajar lama tapi masih bingung dengan apa yang ia lakukan.
"Sekali lagi semua tergantung dari kemauan mereka untuk belajar dan praktek," katanya.
(rah)