Jakarta, CNN Indonesia -- Masa kehamilan biasanya jadi masa yang membahagiakan sekaligus menantang bagi para ibu. Bahagia karena akan ada anggota keluarga baru dan menantang sebab tak semua masa kehamilan terasa ringan. Ada masa di mana ibu harus berjuang untuk menyesuaikan diri dengan perjuangan fisik atau mood-nya.
Pengalaman masa kehamilan yang menantang ini juga dialami Chikita Rosemarie, seorang musisi sekaligus
womanpreneur. Pada 2014, ia tengah hamil anak pertamanya. Ia mengaku termasuk orang yang sangat menjaga kesehatan.
Check up rutin ia lakukan sejak masa kuliah apalagi sejak tahu dirinya hamil.
"Masuk bulan ke-8, saya harus opname. Saya mengalami
preeklamsia, tekanan darah sampai 169 dan itu termasuk tinggil sekali untuk ibu hamil," tuturnya saat ditemui di Flaser Place, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (21/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini membuat dirinya bertanya-tanya. Selain darah tinggi, ia juga mengalami gejala preeklamsia lain seperti adanya protein urine di mana urine mengandung protein sebab protein yang masuk ke tubuh tidak terserap dan terbuang lagi. Edema atau penumpukan cairan pada jaringan juga dialami Chikita, khususnya pada paru-paru sehingga ia kesulitan bernapas.
"Kenapa saya punya preeklamsia? Kenapa saya? Rupanya ini masalah herediter, keturunan. Sekeluarga punya darah yang kental. Ini mempengaruhi sehingga kalau hamil, risiko preeklamsia tinggi," jelasnya.
Masa kehamilan yang diwarnai stres ini mulai menemukan titik terang. Ia mengaku beruntung memiliki seorang dokter kandungan yang begitu informatif dan punya pengalaman serupa. Chikita menyadari, aspek kesehatan ada banyak termasuk faktor bawaan atau keturunan.
Ia pun baru menyadari pentingnya albumin saat mengalami preeklamsia. Rendahnya albumin dalam tubuh membuat ibu hamil rentan mengalami preeklamsia sehingga saat opname, ia pun mendapat asupan albumin. Meski lahir prematur pada Desember 2014 silam, sang buah hati dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat.
"Albumin ini membantu mengikat zat gizi dan disalurkan ke tubuh. Saya menyesal sebagai perempuan saya tidak teredukasi dengan baik tentang organ reproduksi dan baru paham soal albumin saat preeklamsia," tambahnya.
Albumin merupakan bagian penting dalam protein plasma darah. Ia punya peran seperti menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, pengangkut nutrisi dalam tubuh dan membantu memperbaiki kerusakan jaringan dalam sel. Albumin jadi salah satu komponen zat gizi yang penting untuk ibu hamil.
Pengalaman bersama preeklamsia membuat Chikita sadar bahwa penting untuk mempersiapkan mental dalam menyongsong masa kehamilan. Pasalnya, kata Chikita, wanita hidup di tengah masyarakat yang punya pandangan langkah berikutnya setelah menikah adalah punya anak, siap tidak siap. Padahal wanita harus siap dengan segala konsekuensi plus risiko selama masa kehamilan.
"Portal informasi semakin banyak dan mudah diakses, tapi kesadaran kurang. Hamil itu harus siap mental dan spiritual," tutupnya.
(rah)