Mengenal Preeklamsia,Sakit yang Diduga Renggut Nyawa Kartini

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Jumat, 21 Apr 2017 08:20 WIB
RA. Kartini diduga meninggal karena preeklamsia, empat hari setelah melahirkan putranya. Apa sebenarnya preeklamsia?
Preeklamsia adalah kondisi medis yang dialami ibu hamil karena naiknya tekanan darah tinggi(Pexels/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Raden Ajeng Kartini atau RA. Kartini diduga meninggal dunia akibat preeklamsia. Dia meninggal dunia empat hari setelah melahirkan anak tunggalnya Raden mas Soesalit Djojoadhiningrat. Dia meninggal pada 13 September 1904.

Preeklamsia sendiri sebenarnya merupakan komplikasi yang rentan terjadi pada ibu-ibu hamil. Preeklamsia sendiri ditandai dengan adanya tekanan darah tinggi, pembengkakan tungkai atau wajah, dan tanda-tanda kerusakan organ lainnya. Beberapa keruskan organ yang bisa menunjukkan adanya kasus preeklamsia adalah kerusakan ginjal. Kerusakan ginjal ditandai dengan adanya protein dalam urin.

Selain ginjal, adanya masalah tekanan darah tinggi akan memengaruhi otak, hati, dan paru-paru. Mengutip berbagai sumber, preeklamsia sendiri merupakan kondisi 'pendahuluan' eklamsia yang ditandai dengan kejang. Di saat ini, dokter tak lagi menggunakan istilah preeklamsia melainkan gestosis atau penyakit yang hanya terjadi saat kehamilan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Preeklamsia sendiri jika tak ditangani bisa menyebabkan berbagai dampak buruk bagi ibu dan bayi. Bayi bisa lahir cacat, atau bahkan meninggal. Ibu penderita preeklamsia juga bisa terancam jiwanya.

Saat terjadi komplikasi preeklamsia, plasenta tidak akan mendapat dan mengalirkan darah yang cukup kepada janin. Kondisi tersebut menyebabkan janin tak mendapat nutrisi yang cukup.

Berdasarkan tingkat kronisnya, preeklamsia sendiri dibagi menjadi dua tipe, ringan dan berat.

Preeklamsia ringan terjadi saat tekanan darah tetap di bawah angka sistolik 160 dan diastolik 110. Sedangkan kondisi berat terjadi saat sistolik melebihi 160 dan diastolik 110.

Preeklamsia berat juga ditandai dengan gejala lain seperti penglihatan kabur, sakit kepala, susah napas, trombosit turun drastis, sampai disfungsi hati.

Orang yang berpotensi terkena preeklamsia

Preeklamsia bisa menyerang ibu hamil manapun. Hanya saja, ada beberapa orang yang memiliki faktor risiko serangan yang lebih tinggi dibanding yang lain. Genetik dan riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami preeklamsia dianggap jadi pencetus. Namun selain itu masih ada banyak hal lain yang menyebabkan preeklamsia.

Beberapa orang yang lebih berisiko terkena preeklamsia adalah ibu hamil yang berusia lebih muda dari 18 tahun atau lebih tua dari 40 tahun.

Selain itu, ibu hamil yang mengandung bayi kembar atau kembar tiga dan lebih. Ibu hamil dengan riwayat kesehatan memiliki tekanan darah tinggi kronis, diabetes, gangguan ginjal, migrain, dan rheumatoid arthritis lebih mungkin terkena preeklamsia saat hamil.

Ibu hamil dengan lemak tubuh yang lebih banyak dibanding jumlah rata-rata yang 'diperbolehkan' juga berpotensi mengalami preeklamsia.

(chs/chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER