Alternatif Masker untuk Hadapi Abu Vulkanik Gunung Agung

Rahman Indra | CNN Indonesia
Selasa, 28 Nov 2017 09:09 WIB
Hujan abu vulkanik Gunung Agung, Bali berbahaya buat kesehatan. Publik dianjurkan memakai masker N95 yang ideal, tapi bisa juga mencari alternatifnya.
Hujan abu vulkanik Gunung Agung, Bali berbahaya buat kesehatan. Publik dianjurkan memakai masker N95 yang ideal, tapi bisa juga mencari alternatifnya. (Foto: REUTERS/Johannes P. Christo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hujan abu vulkanik keluar dari erupsi gunung, termasuk Gunung Agung di Bali yang saat ini sedang dalam status 'Awas'. Publik dianjurkan mengenakan masker untuk menghindari risiko terkena penyakit berbahaya.

Di antara masker tersebut, masker N95 cukup populer dan kerap digunakan karena diyakini efektif mencegah partikel buruk akibat kebakaran dan atau abu vulkanik masuk ke dalam saluran pernafasan. Masker tersebut juga dianjurkan badan kesehatan Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) sebagai masker ideal untuk menghindari polusi udara.

Menurut Ketua Umum Permimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto, jika mengaplikasikan masker tersebut secara benar dan sesuai dengan instruksi maka akan sangat efektif dalam menyaring partikel abu vulkanik dan mencegahnya masuk ke dalam saluran pernafasan. Namun, bagaimana jika kehabisan dan butuh masker buat hadapi abu vulkanik? 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Sebenarnya masker ada macam-macam jenisnya, tapi semua berguna sebagai pelindung saluran pernafasan. Masing-masing kemampuan masker juga berbeda, masker N95 sendiri memiliki 95 persen kemampuan dalam memfiltrasi partikel debu sehingga masker ini paling ideal," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (27/11).

Meskipun begitu, akibat status Gunung Agung yang dinaikkan dari level III (siaga) menjadi level IV (awas) masker N95 semakin sulit ditemukan. Alih-alih menggunakan kain basah sebagai alternatif, Agus lebih menyarankan untuk menggunakan masker standar.

"Kain basah mungkin bagus untuk menutupi ventilasi di rumah karena bisa menangkap partikel debu. Namun, sebagai masker tidak disarankan karena kain basah bisa menjadi lembab dan menimbulkan kuman," ujarnya.

Agus menyarankan untuk menggunakan masker standar, seperti surgery mask untuk melindungi saluran pernafasan dari abu vulkanik berukuran 10 mikron yang berbahaya bagi organ pernafasan.


"Sebenarnya di luar negeri ada surgery mask dengan kemampuan memfiltrasi debu berukuran 2,5 hingga 5 mikron, tapi belum ada di Indonesia. Sebagai pengganti bisa menggunakan masker biasa," ujarnya.

Lebih lanjut Agus menganjurkan agar masker N95 tidak digunakan oleh anak, ibu hamil, seseorang dengan riwayat penyakit paru atau jantung, dan penduduk lanjut usia karena masker tersebut mampu memperketat daerah pernafasan sehingga seseorang akan mengalami kesulitan dalam bernafas akibat memiliki kemampuan menyaring debu yang kuat.

Oleh karena alasan tersebut juga Agus kembali mengungkapkan agar tidak menggunakan masker N95 dalam jangka waktu yang panjang.

Ia kembali mengingatkan bahwa upaya perlindungan tersebut juga harus dibarengi dengan langkah preventif lainnya seperti menggunakan pakaian dengan lengan panjang dan kacamata agar terhindar dari dampak iritasi akibat partikel abu vulkanik ketika keluar rumah. (tab/rah)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER