Jakarta, CNN Indonesia -- Kualitas tidur berpengaruh pada kelanggengan pernikahan. Sebuah studi terhadap 29 pasangan heteroseksual menemukan, pria yang tidur cukup di malam hari dilaporkan memperlakukan istrinya dengan baik. Perlakuan yang baik ini membuat wanitanya bisa tidur lebih nyenyak.
Tidur berhubungan dengan
mood dan tingkah laku. Kurang tidur bisa membuat orang tak bertenaga dan bahkan 'rewel' seharian. Salah satu faktor yang mendukung kualitas tidur adalah kebiasaan di tempat tidur. Misalnya, ngorok atau berpelukan. Tanpa disadari, hal itu juga berdampak pada keintiman dengan pasangan.
Ada sejumlah kebiasaan saat tidur lainnya yang tanpa diduga berpengaruh signifikan pada kualitas tidur dan kemesraan pasangan. Berikut ini, seperti dikutip dari Prevention, setidaknya ada enam hal yang perlu diperhatikan pasangan dan dampaknya terhadap kemesraan mereka:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Berpelukan bisa menurunkan kecemasanTidur sambil memeluk pasangan atau berada di bawah selimut yang sama bisa membawa kebahagiaan. Sebuah studi yang dilakukan pada 2010 menemukan bahwa pasangan yang berpelukan saat tidur, kecemasannya menurun dan kewaspadaannya meningkat. Efek positif lainnya ialah pasangan jadi lebih merasa intim sepanjang hari.
2. Tidur 7 jam bisa redakan konflikTak semua pasangan bisa membicarakan suatu masalah dengan mudah. Namun, menurut hasil studi Stephanie Wilson, peneliti dari Wexner Medical Center, Ohio State University, tidur cukup selama 7 jam bisa membantu untuk mengatur emosi dengan lebih baik.
Jika salah satunya saja memiliki waktu tidur cukup, ini akan tetap bisa meningkatkan kemampuan komunikasi dengan pasangannya yang tengah mengalami tekanan atau masa sulit.
"Pasangan lebih mudah bertengkar jika tidur kurang dari durasi yang direkomendasikan, yakni 7 jam. Tidur yang cukup membantu pasangan untuk mentralisasi konflik dari (pasangan) mereka yang kurang tidur," katanya.
3. Nonton televisi sampai larut menurunkan ketertarikan pada pasanganSebuah studi menemukan bahwa ada hubungan antara begadang karena menonton televisi dengan menurunnya ketertarikan pada pasangan. Jocelyn Cheng, ahli saraf dan tidur dari New York University Medical Center berkata, berkurangnya ketertarikan ini juga bagian dari gejala umum depresi. Jika mengalaminya, pasangan perlu mematikan televisi lebih dini, menghindari begadang, dan bergegas tidur.
4. Tidur bersama menyehatkanTidur bersebelahan dengan pasangan di satu ranjang tak hanya membuat perasaan menjadi lebih baik. Rasa ingin melindungi dan peduli satu sama lain pun terpicu. Dalam studi yang sama, berpelukan dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan keintiman.
Selain itu, tidur bersama bisa membuat pasangan saling peduli kondisi kesehatannya. Contoh kasusnya, penliti menemukan bahwa pasangan yang menderita gangguan tidur Sleep Apnea akan memakai mesin CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) karena desakan pasangannya. Hal itu mencegah terjadinya gangguan saat tidur.
5. Kurang tidur picu pertengkaranTidur bersama pasangan memang menyehatkan. Namun, ini tak berlaku untuk semua. Pasangan yang tidur bersama punya peluang 50 persen lebih tinggi untuk terbangun di tengah malam. Hal ini akan membuat perasaan tak nyaman keesokan harinya. Sebuah studi pada 2013 menemuka, tidur yang kurang nyenyak membuat pasangan kurang menghargai pasangannya esok harinya dan memicu pertengkaran. Meskipun itu disebabkan oleh hal kecil seperti lupa membersihkan lantai.
6. Tidur dengan ‘pink noise’ bisa menurunkan tensiSebuah studi pada 2017 menemukan bahwa tidur yang terganggu bisa jadi penyebab gangguan memori. Mereka yang tidur dengan alat stimulasi bunyi ‘pink noise’ terbukti memiliki memori tiga kali lebih baik daripada mereka yang tidak. Dengan kemampuan memori yang lebih baik, seseorang akan lebih mengingat yang dibicarakan pasangannya dan bisa berpengaruh pada penurunan jumlah pertengkaran.
(arh)