Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu alasan merebaknya wabah campak di Kabupaten Asmat diduga karena adanya imunisasi yang tak optimal.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua mengungkapkan bahwa cakupan imunisasi campak di Kabupaten Asmat menurun drastis dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinkes Papua, dokter Aaron Rumainum di Jayapura menjelaskan bahwa cakupan imunisasi campak di Asmat sebanyak 110 persen pada 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Targetnya 100 persen, tapi Asmat melebihi jumlahnya yakni 110 persen," ucapnya, dikutip dari
Antara.
Di tahun 2015 cakupan imunisasi campak mencapai 48,8 persen, dan di tahun 2016 cakupan imunisasi menjadi 62,6 persen.
Sedangkan di tahun 2017 pada Januari-Juni, cakupan imunisasi campak di Asmat menurun drastis menjadi 17,3 persen.
Dia menambahkan bahwa laporan pelaksanaan campak Juli-Desember 2017 belum diserahkan.
Imunisasi campak ini harus diterapkan saat anak berusia sembilan bulan dan diaplikasikan kembali saat usia 1,5 tahun. Namun sampai saat ini cakupannya hanya 8,2 persen.
"Penyakit yang rutin dilaporkan setiap minggu di antaranya adalah campak, difteri, tetanus, dan malaria," ucapnya.
Hanya saja dalam setiap laporan penyakit yang disampaikan melalui SMS dari setiap puskesmas, tak ada kejadian luar biasa (KLB) campak yang dilaporkan.
"Itu aplikasi yang dikasih dari pusat ke puskesmas dan laporan yang disampaikan langsung masuk Dinkes Kabupaten, Dinkes Provinsi dan langsung masuk ke pusat yakni Kementerian Kesehatan," ujarnya.
Dia menambahkan, sepanjang 2017 petugas puskesmas tidak lagi memberikan pelaporan terkait perkembangan 23 penyakit.
(chs)