Jakarta, CNN Indonesia -- Monosodium Glutamat (MSG) atau yang biasa disebut vetsin atau micin kerap identik dengan penyedap rasa makanan yang buruk buat kesehatan. Ada yang bilang berisiko penyakit, ada juga yang meyakini dapat merusak kinerja otak. Benarkah demikian?
Profesor Hardinsyah, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia menilai anggapan ini ditengarai muncul akibat publikasi penelitian John Olney pada media massa sekitar 1969. Pada penelitian Olney, micin memang bisa merusak otak tikus putih sebagai kelinci percobaan. Media, kata Hardinsyah, kemungkinan mengambil judul dengan micin sebagai penyebab kerusakan pada otak tikus sehingga publik memberikan cap buruk pada micin.
"Dugaan saya itu. Tapi media tidak menyebut dosisnya, padahal dosis micin yang dipakai itu besar," tambahnya, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Hardinsyah lalu memaparkan, Indonesia bukan negara dengan konsumsi micin yang tinggi. Dari sebuah riset, di DKI Jakarta dan Bogor, konsumsi micin hanya sebanyak 0,6 gram per hari. Angka ini lebih rendah dari China dan Taiwan sebanyak 1,8 gram per hari, Jepang sebanyak 1,4 gram per hari dan Amerika Serikat sebanyak 0,8 gram per hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dilihat secara sederhana, mereka lebih hebat dalam persaingan. Namun, bukan berarti mengonsumsi micin membuat cerdas. Bukan itu kesimpulannya," tambahnya.
Selanjutnya, jika mau melihat lebih jauh, MSG alias micin mengandung natrium (12 persen), glutamat (78 persen) dan air (10 persen). Natrium atau garam ini kadarnya lebih rendah dari garam dapur. Garam dapur mengandung nyaris 40 persen natrium. Hardinsyah menuturkan, kelebihan natrium bisa berisiko timbulnya berbagai macam penyakit termasuk stroke dan penyakit jantung.
Lebih jauh, ia menambahkan, glutamat sebenarnya juga terdapat pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari seperti tomat matang dan keju. Glutamat berguna untuk tubuh. Ia menjelaskan, glutamat berfungsi sebagai pembentuk protein, pembentuk asam amino seperti alanine, aspartat, arganine dan proline, menghasilkan energi dan glukosa, dan pembentuk sel imun.
"Glutamat juga berperan jadi aktivator neurotransmitter atau penyampaian pesan antar neuron," katanya.
(rah)