Jakarta, CNN Indonesia -- Angka penderita kanker di seluruh dunia meningkat dari tahun ke tahun. Sekitar 70 persennya menyerang negara berkembang.
Peringatan Hari Kanker Sedunia yang digelar sejak satu dekade lalu menjadi momen untuk menumbuhkan kesadaran agar jumlah penderita dan angka kematian menurun. Publik diminta lebih waspada dan melakukan upaya deteksi dini dalam mencegah kanker.
Persoalannya, Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu menyebutkan keinginan deteksi dini kanker publik masih rendah. Ada beberapa hal yang patut diketahui dan diharapkan mampu mendorong publik lebih sadar akan gejala dan penyakit kanker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Hari Kanker SeduniaDiperingati setiap 4 Februari untuk menumbuhkan kesadaran, mendorong upaya deteksi dini dan pencegahan, serta pengobatan. HKS awalnya dibentuk Union for International Cancer Control (UICC) untuk mendukung Deklarasi Kanker Dunia yang dibuat pada 2008. Peringatan HKS diharapkan dapat menurunkan angka penderita dan kematian akibat kanker secara signifikan pada 2020.
2. "Kita Bisa. Aku Bisa"Tahun ini, pemerintah memeringati Hari Kanker Sedunia dengan tema "Kita Bisa. Aku Bisa' dan sub tema 'Aku Bisa Melakukan Deteksi Dini. Kita Bisa mengerti Kanker'. Tema tahun ini menekankan akan pentingnya deteksi dini kanker, baik individu maupun kelompok dalam mengurangi beban dan masalah kanker saat ini.
3. 1 per 1.000 penduduk Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1.000 penduduk atau sekitar 347.000 orang, dan yang paling banyak dialami oleh perempuan, yakni kanker payudara dan kanker leher rahim. Menurut situs Hari Kanker Sedunia, kanker membunuh lebih banyak daripada Aids, Malaria, dan TBC.
4. Nomor dua setelah jantungBerdasarkan data Januari hingga September 2017 lalu, pembiayaan kanker menempati urutan kedua setelah penyakit jantung sebagai penyakit yang 'menguras' BPJS Kesehatan, sebesar Rp2,1 triliun.
5. Cara deteksi diniDeteksi dini dapat dilakukan dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk kanker leher rahim (serviks), dan pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis) untuk kanker payudara. Sadanis dapat dilakukan dengan metode ultrasonografi atau USG, mammografi, dan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI). Dalam catatan pemerintah, hingga 2017, cakupan deteksi dini IVA dan Sadanis mencapai 1,9 juta atau 5,2%.
6. Deteksi dini di YKIMenurut Dr Yurni Satria, Ketua Bidang Pendidikan dan Penyuluhan Yayasan Kanker Indonesia, publik dapat melakukan deteksi dini kanker di dua klinik YKI, yakni di kantor pusat Jalan Sam Ratulangi No. 35 Menteng, dan di Jalan Lebak Bulus Tengah No. 9 Jakarta Selatan. Menurut Yurni, di Lebak Bulus alat-alat lebih lengkap. Selain di klinik YKI, tes IVA bisa dilakukan di semua RS dan puskesmas.
7. Cegah kankerDikutip dari laman
Hari Kanker Sedunia, Komite Penanggulangan Kanker Nasional mengungkapkan 43 persen kanker dapat dicegah dengan mengurangi konsumsi tembakau dan alkohol, paparan bahan pemicu kanker, mengikuti program vaksinasi, dan menjalani perilaku hidup bersih dan sehat.
(rah)