Potensi Wisata di Balik Jalur Rempah

agr | CNN Indonesia
Jumat, 02 Mar 2018 19:51 WIB
Jalur rempah tersebar di sejumlah daerah Indonesia. Potensi wisatanya bisa dikembangkan, sehingga masyarakat sekitar bisa merasakan keuntungan ekonominya.
Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jika mendengar kata rempah, tak bisa dipungkiri bahwa dokumenter berjudul 'Banda: The Dark Forgotten Trail' karya sutradara Jay Subiyakto memberikan cukup banyak informasi mengenai habitat tumbuhan beraroma dan rasa yang kuat ini di Indonesia.

Secara garis besar, dokumenter tersebut mencoba membangunkan kesadaran masyarakat Indonesia akan potensi dari tanaman rempah seperti pala, cengkeh, jahe, sampai kapulaga ini.

Atas dasar menggugah kesadaran itulah, Yayasan Negeri Rempah bekerjasama dengan Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), memperkenalkan jejak sejarah perdagangan rempah di Nusantara dengan menyelenggarakan pameran dan diskusi berjudul 'Rempah & Kita'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Acara yang diselenggarakan di Lobby Utama The Bellezza Permata Hijau, Jakarta, mulai dari 1-16 Maret 2018 ini menjadi mengingat kembali garis nasib rempah di kawasan Indonesia Timur saat era kolonial.

"Sebenarnya (yang ada di pameran) ini hanya bagian kecil saja. Mungkin sekarang orang-orang taunya rempah itu hanya di dapur, padahal ceritanya jauh lebih seru. Bahkan asal mula kolonialisme di Indonesia itu juga berasal dari rempah," ujar Dian Sulityowati, kurator acara 'Rempah & Kita'.

Ketua Yayasan Negeri Rempah Bram Kushardjanto, mengatakan ada beragam potensi untuk dikembangkan dari jejak rempah di Indonesia, salah satunya dari sisi pariwisata.

Kepada CNNIndonesia.com ia mengatakan, saat ini Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mulai menyusun jalur wisata rempah lewat aspek kuliner, yang rencananya bakal diresmikan pada tahun 2020.

"Kalau Kemenpar itu lokomotifnya kuliner. Ada beberapa daerah di Indonesia yang akan difokuskan untuk wisata rempah seperti Ternate, Gorontalo, Maluku, Aceh, Banajarmasin, Bali, Banten, dan Jakarta," ujar Bram.

Sementara itu, Ketua Departemen Arkeologi FIB UI Ninie Susanti, memandang bahwa daerah-daerah yang terkenal akan rempahnya bisa dibuatkan paket wisata sejarah, budaya, hingga religi. Tentunya hal itu harus dibuat sekreatif mungkin, agar bisa anak muda bisa tertarik.

Masyakat di daerah yang kaya rempah juga akan mendapat keuntungan ekonomi dari banyaknya turis yang datang untuk berwisata jalur rempah.

[Gambas:Youtube]

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER