Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 21 ekor Penyu Hijau dan Sisik ditemukan mati sepanjang bulan Februari hingga April 2018 di kawasan perairan Pantai Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta, mengatakan puluhan penyu itu mati karena keracunan tar aspal. Jasad penyu-penyu itu ditemukan di sepanjang pantai pendaratan penyu di luar kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Tanjung Belimbing.
"Berdasarkan hasil nekropsi yang dilakukan pada empat Penyu Hijau, dan satu Penyu Sisik, terdapat empat penyu positif memiliki endapan tar aspal pada organ tubuhnya. Sehingga kuat indikasi kematian penyu disebabkan karena menelan tar aspal itu," ujar Sadtata, seperti yang dikutip dari
Antara, Senin (9/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sadtata lanjut mengatakan kejadian penyu mati di sepanjang pesisir Pantai Paloh sebelumnya sudah pernah terjadi.
BKSDA Kalbar mengaku akan mengambil tindakan lebih lanjut, antara lain mengumpulkan data dan informasi terkait asal-usul tar aspal dan sampah yang mencemari perairan sekitar pesisir Paloh serta aksi bersih-bersih pantai bersama para pihak.
Bahkan jika dipandang perlu akan dilakukan penelitian lebih lanjut terkait kualitas air laut.
[Gambas:Instagram]Dalam kesempatan itu, Kepala BKSDA Kalbar juga menyampaikan pesan kepada masyarakat Kalbar untuk lebih peduli terhadap kelestarian penyu dan satwa-satwa liar lainnya.
Pantai sepanjang 63 kilometer di Pesisir Paloh merupakan habitat pendaratan penyu di Kalbar yang terbesar.
Sayangnya, aktivitas pembukaan lahan membuat habitat dan populasi penyu di sana jadi menurun setiap tahunnya..
"Kami harapkan dengan kepedulian kita akan konservasi penyu, kelestarian penyu akan terwujud. Hal ini mengingat penyu saat ini berstatus Apenddix I CITES yang berarti keberadaannya di alam terancam punah, dan juga masuk ke dalam daftar satwa dilindungi berdasarkan PP 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Pemberian status perlindungan saja tidak cukup, jika tidak diiringi dengan tindakan nyata dalam melakukan upaya-upaya konservasi," ujarnya.
[Gambas:Instagram]Salah satu upaya nyata yang pihaknya lakukan adalah adanya program pelestarian penyu melalui "Suaka Penyu".
Diharapkan dengan adanya Suaka Penyu tersebut kegiatan-kegiatan pelestarian penyu baik yang berada di dalam kawasan konservasi (TWA Tanjung Belimbing) maupun di luar kawasan konservasi dapat saling bersinergi.
"Terkait pengelolaan suaka penyu tersebut, dalam waktu dekat Balai KSDA Kalbar, akan mengundang berbagai pihak diantaranya Pemerintah Kabupaten Sambas, perguruan tinggi, instansi terkait, mitra konservasi serta masyarakat Kecamatan Paloh untuk "ngobrol membahas pelaksanaan program suaka penyu ke depan," pungkas Sadtata.
(agr/ard)