Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pria di Paris menjadi pasien dua kali transplantasi wajah pertama di dunia.
"Ini transplantasi keduanya tapi ini wajah ketiga," kata dokter bedah dari Georges Pompidou European Hospital AP-HP Laurent Lantieri dikutip dari
CNN.
Pria bernama Jerome Hamon ini sukses menjalankan prosedur transplantasi wajah karena penyakit. Transplantasi pertamanya dilakukan pada 2010 lalu karena neurofibromatosis, kelainan genetik yang ditandai dengan pertumbuhan tumor di sepanjang saraf kulit, otak, dan bagian tubuh lainnya. Hanya saja saat itu, tubuh Hamon menolak transplantasinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2016, Hamon mulai menunjukkan tanda-tanda klinik penolakan kronis dari transplantasi wajahnya. Ketidakcocokan ini ditandai dengan adanya respons imun yang menyerang kembali organ atau jaringan tisu yang ditransplantasikan.
Pada Oktober 2017, Hamon kembali didaftarkan di French Agency of Biomedicine nasional untuk menunggu 'wajah ketiganya.'
"Ini menunjukkan bahwa wajah adalah organ, sama seperti organ lainnya yang bisa ditransplantasi dan retransplantasi," kata Lantieri.
Sebelumnya, wajah transplantasi sebelumnya dilepas terlebih dulu. Setelah tiga bulan, dia pun mendapatkan transplantasi kedua. Selama ini Hamon hidup tanpa wajah di kamar rumah sakit. Tak bisa bicara, mendengar, atau melihat.
"Bahkan ketika dia di dalam kegelapan tanpa wajah selama tiga bulan, dia tak pernah mengeluh. Dia punya semangat kuat."
Pada Januari, tim bedah dan paramedik dari Georges Pompidou European Hospital AP-HP yang dipimpin oleh Dr Laurent Lantieri melakukan prosedur transplantasi wajah kedua.
Operasi ini berlangsung cukup lama. Operasinya berakhir di pagi hari keesokan harinya.
"Saya 43 tahun dan donor saya 22 tahun. Jadi saya berusia 22 tahun," kata Hamon kepada BFMTV.
Tak cuma mendapat transplantasi wajah ketiga, Hamon juga menjalani terapi imun untuk mengurangi risiko penolakan transplantasi. Dia juga mendapat dukungan secara psikologi dan juga terapi bicara selama beberapa bulan.
Lantieri mengungkapkan bahwa setelah delapan bulan di rumah sakit, Hamon akhirnya keluar dari rumah sakit dan akan menghabiskan waktu bersama keluarganya.
Maria Siemionow, profesor bedah ortopedi di University of IIinois at Chicago College of Medicine mengungkapkan bahwa transplantasi wajah kedua Hamon memberikan perkembangan di dunia kedokteran.
"Beberapa pasien mendapatkan ginjal kedual, ada juga yang mendapat jantung atau hati kedua. Jadi sebenarnya retransplantasi atau transplantasi ulang dalam tubuh pasien dengan organ padat bukanlah hal baru," katanya.
"Tapi ini baru dalam bidang transplantasi wajah."
(chs)