
Laporan dari Sydney
Menjelajah Sydney dari Circular Quay hingga Taronga Zoo
Feri Agus, CNN Indonesia | Rabu, 30/05/2018 13:06 WIB

Sydney, CNN Indonesia -- Pria itu terus memainkan gitar kecil yang dipangku persis di paha kanannya. Jemarinya lincah seakan menari di atas gitar berwarna cokelat tersebut. Di depan mulutnya terdapat harmonika yang dikaitkan dengan alat yang melingkar di pundaknya.
Sesekali bunyi khas alat musik tiup itu keluar mengimbangi petikan gitar.
Rambutnya yang telah memutih tertutup oleh topi bermotif bendera Australia. Kacamata hitam menempel di atas hidungnya, membuat penampilan pria itu tetap muda.
Perangkat tata suara berukuran kecil yang ada di depan matanya membantu permainan musik pria paruh baya itu didengar pelancong yang melintas di kawasan Circural Quay, Sydney, Minggu (27/5).
Koper hitam yang robek di sejumlah bagiannya diletakkan tak jauh dari dirinya duduk.
Koper tersebut berfungsi untuk menampung uang receh dari wisatawan yang hilir mudik di tepi pelabuhan. Kehadiran pengamen itu menjadi daya tarik para pelancong di tengah acara tahunan, Vivid Sydney.
Festival seni cahaya yang telah berlangsung satu dekade di ibu kota New South Wales itu, dimulai sejak 25 Mei sampai 16 Juni 2018. Pertunjukan baru dibuka pukul 18.00 dan selesai pukul 23.00 waktu setempat.
Sejak siang hari, salah satu destinasi wisata Negeri Kanguru itu berangsur dipenuhi turis asing maupun lokal. Mereka datang berjalan kaki, mulai muda-mudi sampai para keluarga yang ingin menghabiskan waktu akhir pekannya.
Para pelancong, khususnya yang berasal dari luar Australia tak perlu khawatir bila berkunjung ke pusat kota Sydney tersebut.
Mulai dari kawasan Stasiun Kereta dan Pelabuhan Feri Circular Quay terdapat banyak pertokoan, mulai toko pernak-pernik, makanan cepat saji, minimarket, money changers, restoran, dan bar yang membentang sampai kawasan Sydney Operah House.
Saya bersama rombongan Tourism Australia dan Garuda Indonesia berkeliling di kawasan yang tengah menggelar pesta tahunan, Vivid Sydney itu. Hotel kami bermalam tak jauh dari kawasan Circular Quay.
Musim dingin tengah menyelimuti wilayah timur Australia. Suhu udara rata-rata pada siang hari sekitar 12 derajat Celsius. Bagi pelancong yang akan datang dalam waktu dekat disarankan menyiapkan jaket yang tebal.
Kemegahan Opera House
Mengunjungi Sydney Opera House merupakan hal wajib saat berkunjung ke salah satu kota tersibuk di Australia itu. Wisatawan dapat mengikuti tur keliling melihat isi bangunan yang berdiri sejak 20 Oktober 1959 itu.
Tur keliling dibuka setiap hari, sejak pukul 09.00 sampai 17.00 waktu setempat. Namun, tur ditutup saat Hari Raya Natal dan Paskah Jumat Agung.
Harga tiket masuk ke bangunan yang ditetapkan sebagai warisan dunia itu bervariasi, untuk dewasa AUS$40 (sekitar Rp420 ribu) , anak-anak AUS$22 (sekitar Rp231 ribu), hingga keluarga AUS$105 (sekitar Rp1,1 juta). Pemandu akan menemani setiap rombongan pengunjung.
Disiapkan pemandu dengan berbahasa Inggris, serta Prancis, Jerman, Spanyol, Mandarin, Jepang, dan Korea. Durasi tur keliling Opera House dilakukan selama 1 jam.
Pengunjung akan diajak melihat beberapa ruangan teater yang ada di dalam gedung berwarna putih gading tersebut. Pengunjung juga akan diperlihatkan video sejarah pembangunan gedung yang dirancang Jorn Utzon.
Dari pelataran Opera House, Sydney Harbour Bridge tampak terlihat jelas membentang dari arah utara ke selatan menghubungkan daratan yang dipisahkan sungai. Di atas jembatan lengkung tersebut terdapat ruas jalan mobil, jalur kereta api, dan pejalan kaki.
Saat malam tiba, Opera House dan Harbour Bridge disiram cahaya warna-warni selama Vivid Sydney berlangsung.
Selain dua lokasi itu, ada beberapa tempat di sekitar Circular Quay yang bisa dikunjungi, di antaranya Museum of Contemporary Art, The Rocks Markets, The Rocks', dan Argyle Gallery.
Bersantai di ikon sejarah
Bagi yang tak berkunjung ke Sydney Opera House, bersantai menikmati udara dingin dengan siraman sinar matahari bisa dilakukan di sepanjang jalan menuju bangunan yang telah diakui sebagai salah satu warisan dunia itu.
Pilihan tempat bersantai bisa dilakukan di Sydney Cove Oyster Bar, Portobelo Caffe, Opera Bar, dan Opera Kitchen. Bangku dan meja disediakan di luar ruangan yang langsung menghadap ke kawasan pelabuhan.
Siang itu hampir seluruh meja tempat makan di sepanjang jalan kawasan Opera House terisi penuh.
Pemandu kami selama di Sydney, Margot Cuthill menyebut wisatawan yang berkunjung saat festival Vivid Sydney berlangsung mencapai jutaan orang. Kebanyakan berasal dari China, Singapura, dan negara bagian Australia lainnya.
Kawanan burung camar ikut menemani yang kongko di tempat ini. Burung-burung yang terbang dan menghampiri meja makan menjadi daya tarik tersendiri.
Burung berwarna putih, dengan sayap abu-abu dan paruh oranye itu tak takut dengan keberadaan manusia. Burung-burung itu seakan menjadi 'teman makan' wisatawan yang menghabiskan waktu di sana.
Kawanan burung camar ini akan langsung terbang ke meja yang telah kosong dan masih terdapat sisa makanan. Kawanan burung lahap menghabisi makanan yang tersisa di atas piring.
Bermain ke Taronga Zoo
Saat Vivid Sydney berlangsung, sejumlah tempat wisata di Sydney ikut mendukung, salah satunya Taronga Zoo.
Untuk menuju ke kebun binatang tersebut bisa menggunakan kapal Feri dengan tiket seharga AUS$7,1 (sekitar Rp745 ribu) per orang.
Feri tersebut berangkat dari Pelabuhan Circular Quay ke Taronga Zoo. Kapal melintasi sungai, antara Harbour Bridge dan Opera House. Perjalanan menggunakan Feri tersebut memakan waktu sekitar 20 menit.
Setelah sampai di pelabuhan, perjalanan dilanjutkan naik bus sekitar 5 menit. Di pintu masuk Taronga Zoo pengunjung langsung disambut lampu hias warna biru. Wahana yang langsung bisa dicoba adalah kereta gantung atau gandola.
Kereta gantung tersebut hanya bisa diisi maksimal enam orang. Kereta akan meluncur ke bawah melintas pepohonan dan kembali lagi ke tempat semula. Dari atas sana kita dapat melihat Sydney Harbour Bridge dan Operasi House.
Pengunjung kemudian dapat menyaksikan hewan-hewan yang dibuat seperti lampion. Hewan tersebut menyala dan seakan hidup di malam hari. Terdapat gorila, harimau, beruang madu, lebah, katak, buaya, hingga ikan pari.
Malam itu, Taronga Zoo hanya memperlihatkan hewan-hewan buatan yang menyala seperti lampu lampion. Bila tak ada pertunjukan Vivid Sydney, kebun binatang tersebut sudah tutup pukul 17.00 waktu setempat.
(ard)
Sesekali bunyi khas alat musik tiup itu keluar mengimbangi petikan gitar.
Perangkat tata suara berukuran kecil yang ada di depan matanya membantu permainan musik pria paruh baya itu didengar pelancong yang melintas di kawasan Circural Quay, Sydney, Minggu (27/5).
Koper hitam yang robek di sejumlah bagiannya diletakkan tak jauh dari dirinya duduk.
Koper tersebut berfungsi untuk menampung uang receh dari wisatawan yang hilir mudik di tepi pelabuhan. Kehadiran pengamen itu menjadi daya tarik para pelancong di tengah acara tahunan, Vivid Sydney.
Festival seni cahaya yang telah berlangsung satu dekade di ibu kota New South Wales itu, dimulai sejak 25 Mei sampai 16 Juni 2018. Pertunjukan baru dibuka pukul 18.00 dan selesai pukul 23.00 waktu setempat.
Sejak siang hari, salah satu destinasi wisata Negeri Kanguru itu berangsur dipenuhi turis asing maupun lokal. Mereka datang berjalan kaki, mulai muda-mudi sampai para keluarga yang ingin menghabiskan waktu akhir pekannya.
Para pelancong, khususnya yang berasal dari luar Australia tak perlu khawatir bila berkunjung ke pusat kota Sydney tersebut.
![]() |
Mulai dari kawasan Stasiun Kereta dan Pelabuhan Feri Circular Quay terdapat banyak pertokoan, mulai toko pernak-pernik, makanan cepat saji, minimarket, money changers, restoran, dan bar yang membentang sampai kawasan Sydney Operah House.
Saya bersama rombongan Tourism Australia dan Garuda Indonesia berkeliling di kawasan yang tengah menggelar pesta tahunan, Vivid Sydney itu. Hotel kami bermalam tak jauh dari kawasan Circular Quay.
Musim dingin tengah menyelimuti wilayah timur Australia. Suhu udara rata-rata pada siang hari sekitar 12 derajat Celsius. Bagi pelancong yang akan datang dalam waktu dekat disarankan menyiapkan jaket yang tebal.
Kemegahan Opera House
Mengunjungi Sydney Opera House merupakan hal wajib saat berkunjung ke salah satu kota tersibuk di Australia itu. Wisatawan dapat mengikuti tur keliling melihat isi bangunan yang berdiri sejak 20 Oktober 1959 itu.
Tur keliling dibuka setiap hari, sejak pukul 09.00 sampai 17.00 waktu setempat. Namun, tur ditutup saat Hari Raya Natal dan Paskah Jumat Agung.
Harga tiket masuk ke bangunan yang ditetapkan sebagai warisan dunia itu bervariasi, untuk dewasa AUS$40 (sekitar Rp420 ribu) , anak-anak AUS$22 (sekitar Rp231 ribu), hingga keluarga AUS$105 (sekitar Rp1,1 juta). Pemandu akan menemani setiap rombongan pengunjung.
![]() |
Disiapkan pemandu dengan berbahasa Inggris, serta Prancis, Jerman, Spanyol, Mandarin, Jepang, dan Korea. Durasi tur keliling Opera House dilakukan selama 1 jam.
Pengunjung akan diajak melihat beberapa ruangan teater yang ada di dalam gedung berwarna putih gading tersebut. Pengunjung juga akan diperlihatkan video sejarah pembangunan gedung yang dirancang Jorn Utzon.
Dari pelataran Opera House, Sydney Harbour Bridge tampak terlihat jelas membentang dari arah utara ke selatan menghubungkan daratan yang dipisahkan sungai. Di atas jembatan lengkung tersebut terdapat ruas jalan mobil, jalur kereta api, dan pejalan kaki.
Saat malam tiba, Opera House dan Harbour Bridge disiram cahaya warna-warni selama Vivid Sydney berlangsung.
Selain dua lokasi itu, ada beberapa tempat di sekitar Circular Quay yang bisa dikunjungi, di antaranya Museum of Contemporary Art, The Rocks Markets, The Rocks', dan Argyle Gallery.
Bersantai di ikon sejarah
Bagi yang tak berkunjung ke Sydney Opera House, bersantai menikmati udara dingin dengan siraman sinar matahari bisa dilakukan di sepanjang jalan menuju bangunan yang telah diakui sebagai salah satu warisan dunia itu.
Pilihan tempat bersantai bisa dilakukan di Sydney Cove Oyster Bar, Portobelo Caffe, Opera Bar, dan Opera Kitchen. Bangku dan meja disediakan di luar ruangan yang langsung menghadap ke kawasan pelabuhan.
Siang itu hampir seluruh meja tempat makan di sepanjang jalan kawasan Opera House terisi penuh.
![]() |
Pemandu kami selama di Sydney, Margot Cuthill menyebut wisatawan yang berkunjung saat festival Vivid Sydney berlangsung mencapai jutaan orang. Kebanyakan berasal dari China, Singapura, dan negara bagian Australia lainnya.
Kawanan burung camar ikut menemani yang kongko di tempat ini. Burung-burung yang terbang dan menghampiri meja makan menjadi daya tarik tersendiri.
Burung berwarna putih, dengan sayap abu-abu dan paruh oranye itu tak takut dengan keberadaan manusia. Burung-burung itu seakan menjadi 'teman makan' wisatawan yang menghabiskan waktu di sana.
Kawanan burung camar ini akan langsung terbang ke meja yang telah kosong dan masih terdapat sisa makanan. Kawanan burung lahap menghabisi makanan yang tersisa di atas piring.
Bermain ke Taronga Zoo
Saat Vivid Sydney berlangsung, sejumlah tempat wisata di Sydney ikut mendukung, salah satunya Taronga Zoo.
Untuk menuju ke kebun binatang tersebut bisa menggunakan kapal Feri dengan tiket seharga AUS$7,1 (sekitar Rp745 ribu) per orang.
Feri tersebut berangkat dari Pelabuhan Circular Quay ke Taronga Zoo. Kapal melintasi sungai, antara Harbour Bridge dan Opera House. Perjalanan menggunakan Feri tersebut memakan waktu sekitar 20 menit.
![]() |
Setelah sampai di pelabuhan, perjalanan dilanjutkan naik bus sekitar 5 menit. Di pintu masuk Taronga Zoo pengunjung langsung disambut lampu hias warna biru. Wahana yang langsung bisa dicoba adalah kereta gantung atau gandola.
Kereta gantung tersebut hanya bisa diisi maksimal enam orang. Kereta akan meluncur ke bawah melintas pepohonan dan kembali lagi ke tempat semula. Dari atas sana kita dapat melihat Sydney Harbour Bridge dan Operasi House.
Pengunjung kemudian dapat menyaksikan hewan-hewan yang dibuat seperti lampion. Hewan tersebut menyala dan seakan hidup di malam hari. Terdapat gorila, harimau, beruang madu, lebah, katak, buaya, hingga ikan pari.
Malam itu, Taronga Zoo hanya memperlihatkan hewan-hewan buatan yang menyala seperti lampu lampion. Bila tak ada pertunjukan Vivid Sydney, kebun binatang tersebut sudah tutup pukul 17.00 waktu setempat.
(ard)
ARTIKEL TERKAIT

Tips Terbang Nyaman ke Australia
Gaya Hidup 8 bulan yang lalu
6 Alasan Berwisata ke Australia Barat
Gaya Hidup 8 bulan yang lalu
Belasan Destinasi Wisata di Palembang untuk Asian Games
Gaya Hidup 8 bulan yang lalu
Tips Bugar Berwisata Selama Ramadan
Gaya Hidup 8 bulan yang lalu
Jadwal dan Tarif Kereta Api Bandara Minangkabau
Gaya Hidup 9 bulan yang lalu
VIDEO: Wisatawan Muda Lebih Pilih Menginap di Hotel Murah
Gaya Hidup 9 bulan yang lalu
BACA JUGA

Laba 2018 Merosot, GMF Gencar Cari Klien Tahun Ini
Ekonomi • 20 February 2019 12:36
Menhub Minta Maskapai Lain Turunkan harga Tiket
Ekonomi • 15 February 2019 16:12
'Bau' Politik Jokowi di Penurunan Harga Tiket Pesawat
Ekonomi • 15 February 2019 13:24
Harga Tiket Garuda dan Sriwijaya di Situs Online Mulai Turun
Ekonomi • 14 February 2019 19:35
TERPOPULER

Terapi Laser, Cara Atasi Katarak Tanpa Bedah
Gaya Hidup • 2 jam yang lalu
INFOGRAFIS: Kendala dan Solusi saat Wisata di Jepang
Gaya Hidup 2 jam yang lalu
Selebriti 'Berbaju Renang' di Brit Awards 2019
Gaya Hidup 9 jam yang lalu