Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika gaya hidup sehat berupa olahraga dan pola makan seimbang serta pengobatan tak lagi bisa menurunkan berat badan, operasi dinilai sebagai salah satu opsi tepat untuk menghilangkan lemak pada tubuh.
Sesuai dengan kebutuhan, terdapat tiga tingkatan intervensi atau tindakan yang terbukti ampuh menurunkan berat badan. Intervensi pertama yaitu perubahan gaya hidup dengan berolahraga dan pola makan. Sementara tingkatan kedua yakni melalui pengobatan dan yang ketiga dengan pembedahan atau dikenal dengan operasi bariatrik.
Diberitakan CNN, opsi yang terakhir dapat menjadi pilihan saat sudah kelebihan berat badan dan tak bisa diturunkan dengan perubahan gaya hidup, penggunaan obat-obatan atau terdapat penyakit yang serius terkait dengan obesitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anda dapat mempertimbangkan untuk melakukan operasi saat terapi obesitas lainnya gagal. Orang itu telah mencoba segalanya, dan mereka memiliki diabetes, hipertensi, gangguan tidur, radang sendi. Saat itulah Anda dapat benar-benar berpikir tentang operasi," kata ahli diet dari Massachusetts General Hospital Sue Cummings, seperti dikutip dari
CNN.Operasi bariatrik atau operasi penurunan berat badan ini merupakan pembedahan yang membuat bypass dari bagian atas lambung langsung ke usus halus, tanpa melewati lambung bagian bawah dan usus 12 jari.
Operasi bariatrik terdiri dari beberapa pilihan seperti membuat bypass lambung, lengan lambung, penyesuaian band lambung dan prosedur pengalihan biliopancreatic dengan saklar duodenum. Menurut Cummings, prosedur yang terakhir memiliki hasil yang terbaik, tapi juga membawa risiko yang paling besar.
Kriteria untuk dapat melakukan operasi penurunan berat badan ini diantaranya memiliki massa indeks tubuh (BMI) sebesar 40 atau lebih atau kelebihan berat badan sebesar 45 kg. Operasi ini juga dapat dilakukan pada pemilik BMI lebih dari 35 dengan memiliki masalah diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, penyakit jantung atau sleep apnea.
Pembedahan ini dapat menurunkan berat badan karena mengurangi jumlah makanan yang dapat dimakan dan menyebabkan perubahan hormon yang dapat mengurangi rasa lapar, meningkatkan kekenyangan dan mengatur gula darah.
"Pembedahan benar-benar mengubah cara tubuh Anda mengatur berat badan," kata Cummings yang merupakan koordinator program klinis di Pusat Berat Badan Massachusetts General Hospital.
Keuntungan dan RisikoSetiap individu bakal mendapatkan hasil yang berbeda setelah operasi penurunan berat badan. Rata-rata orang yang menjalani operasi bariatrik ini kehilangan 15-35 persen berat badan mereka. Penurunan berat badan ini otomatis meningkatkan kondisi kesehatan yang berkaitan dengan obesitas termasuk diabetes tipe 2, sleep apnea, kolesterol, dan hipertensi.
Akan tetapi, operasi ini juga menimbulkan risiko jangka panjang.
"Sekitar 10-20 persen pasien gagal menurunkan berat badan dalam jumlah yang signifikan dan yang lainnya mengalami peningkatan berat badan prematur yang signifikan," kata Cummings.
Saat operasi juga mungkin terjadi komplikasi seperti infeksi, pendarahan, penyerapan nutrisi yang buruk, bisul, dan hernia. Efek samping setelah melakukan operasi juga dapat dirasakan setelah makan dengan munculnya rasa mual, pusing, lemas, berkeringat dingin, kram dan diare.
Hasil jangka panjang juga bervariasi. Menurut sebuah studi yang berlangsung selama 12 tahun terhadap orang-orang yang menjalani operasi band lambung, satu dari tiga orang mengalami erosi band dan hampir setengah pasien harus melepas band mereka.
Agar tetap aman setelah operasi, perubahan gaya hidup dinilai sangat penting untuk menjaga kesehatan. Perubahan itu termasuk menghindari makanan cepat saji serta olahan dan meningkatkan aktivitas fisik setiap hari.
"Pembedahan tidak akan mengubah apapun karena itu tetap memerlukan perubahan gaya hidup untuk mendapatkan menghasilkan hasil terbaik," kata Cummings.
(rah)