Jakarta, CNN Indonesia -- Kehadiran aplikasi Tik Tok membuat geger masyarakat. Terlepas dari kelucuan dan hiburan yang ditawarkan, aplikasi ini dianggap memiliki banyak konten negatif yang berbahaya bagi generasi muda bahkan anak-anak.
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika langsung mengambil langkah untuk memblokir Tik Tok setelah mendapat 2.853 laporan negatif dari masyarakat.
Menurut pengamat sosial budaya Devie Rahmawati, pemerintah punya andil besar membuat anak-anak tak memiliki kesadaran dalam literasi media sehingga menggunakan Tik Tok secara negatif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada dasarnya kehadiran teknologi itu untuk menyelesaikan persoalan. Menurut hemat saya anak-anak punya persoalan cukup besar terkait sarana aktualisasi diri. Pemerintah tidak menyediakan itu," kata Devie saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Rabu (4/7).
Devie menjelaskan generasi muda terutama anak-anak sangat memerlukan sarana aktualisasi diri di berbagai bidang seperti seni dan olahraga. Salah satu cara aktualisasi diri itu adalah dengan tampil di muka umum, seperti melalui aplikasi Tik Tok.
Dengan tampil di Tik Tok, kata Devie, anak-anak mendapatkan perhatian dan pengakuan dari orang sekitar melalui like atau jempol yang diberikan. Apalagi sampai menjadi viral. Menurut Devie, menjadi viral bukan perkara gampang karena membutuhkan kreativitas dan strategi komunikasi yang baik.
"Teknologi ini (Tik Tok) memberikan panggung yang murah dan mudah bagi generasi muda untuk aktualisasi diri dan menentukan jati diri," tutur Devie.
Namun, ketika tidak memiliki pengetahuan soal literasi media, pada titik tertentu teknologi itu justru dapat membuat penggunanya kecanduan. Debie menyebut kecanduan ini berdampak negatif karena dapat mengurangi produktivitas. Sebaliknya, jika ditopang dengan literasi media yang baik, penggunaan teknologi itu dapat menghasilkan karya yang positif, bermanfaat dan memberikan pemasukan.
Oleh karena itu, Devie menyarankan pemerintah untuk segera mengambil langkah lebih dari sekadar pemblokiran.
"Saya apresiasi pemerintah memblokir Tik Tok untuk solusi jangka pendek. Tapi, perlu diingat akan muncul aplikasi serupa lainnya di kemudian hari jika akar masalahnya tidak dibenahi," ucap Devie.
Devie meminta pemerintah untuk segera memasukkan literasi media dalam kurikulum di sekolah. Pemahaman penggunaan media dinilai sangat penting di tengah gempuran perkembangan teknologi dan dunia digital. Literasi media ini berfungsi untuk memilih dan menggunakan informasi serta media dengan tepat.
"Dengan literasi media, seharusnya kita tidak lagi menjadi pengguna saja. Tapi, mampu menjadi produsen yang menghasilkan konten kreatif dan bahkan mendatangkan devisa," kata Devie.
Dalam jangka panjang, ia menginginkan pemerintah membangun sarana untuk anak muda seperti memperbanyak taman dan co-working space untuk mengembangkan karya yang kreatif. Aneka
workshop di bidang industri kreatif juga dinilai perlu untuk meningkat kemampuan generasi muda.
Devie memberikan contoh Korea Selatan dan Thailand sebagai negara mampu mengembangkan kreativitas anak muda ke arah yang positif.
(chs)