Jakarta, CNN Indonesia -- Selama ini Kepulauan Raja Ampat 'didapuk' sebagai ikon pariwisata Provinsi Papua Barat, meskipun sebenarnya masih cukup banyak destinasi lain yang bisa dieksplorasi. Salah satu metode mengeksplorasinya adalah dengan konsep wisata minat khusus.
Wisata minat khusus ditujukan untuk wisatawan yang mempunyai tujuan tententu dalam berwisata. Sehingga wisatawan diharuskan memiliki keahlian tertentu, sesuai dengan obyek wisata yang dikunjungi.
Terkait kontur alam di Provinsi Papua Barat, Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) melihat beberapa daerah yang bisa dijadikan sebagai destinasi wisata minat khusus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daerah itu antara lain adalah kawasan karst di Kabupaten Teluk Bintuni, Sungai Wariori, dan site jump paralayang di Kabupaten Pegunungan Arfak.
Ketua Pelaksana Ekspedisi Bumi Cenderawasih (EBC) Mapala UI, Fathan Qorib, mengatakan kawasan karst di Kabupaten Teluk Bintuni kerap disebut sebagai yang terbesar di Indonesia.
"Ada banyak gua yang telah ditelusuri oleh peneliti dari Perancis dan Italia. Sedangkan tim penelusur gua dari Indonesia jarang yang berkegiatan di sana," kata Fathan saat ditemui
CNNIndonesia.com di kampus UI Salemba, Jakarta, Senin (23/7).
"Sementara itu ketika kami melihat melalui citra satelit, ada beberapa titik yang kemungkinan itu adalah gua besar karena dalam satu guanya berdiameter sekitar 5 km. Dan itu tampak membentuk black hole."
Dari sana, ia melanjutkan, aktivitas pariwisata minat khusus yang bisa dikembangkan adalah susur gua. Menurutnya selain gua besar, kawasan karst di sana juga memiliki sungai bawah tanah.
Sementara itu Sungai Wariori di Kabupaten Pegunungan Arfak, menjanjikan aktivitas arung jeram.
"Walaupun dari Manokwari membutuhkan waktu tempuh 4 jam dengan mobil double gardan, namun keindahan alamnya sangatlah memesona," ujarnya
Untuk mengetahui seberapa besar potensi wisata minat di Sungai Wariori, tim EBC akan melakukan first descent atau upaya mengarungi sungai yang belum pernah diarungi oleh siapapun sebelumnya di Wariori.
Kemudian site jump paralayang yang juga berada di Kabupaten Pegunungan Arfak, dikenal memiliki pemandangan yang menakjubkan karena melintasi dua danau yakni Anggi Giji dan Anggi Gida.
Kedua danau tersebut berasal dari legenda setempat yang mengatakan bahwa Danau Anggi Giji ditinggali oleh naga jantan, sedangkan Danau Anggi Gida ditinggali oleh naga betina.
Melangkah menuju GeoparkSementara itu Dosen Jurusan Pariwisata Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, Diaz Pranita, mengatakan salah satu tantangan untuk mengembangkan wisata minat khsusus di Provinsi Papua Barat adalah sarana dan prasarana.
Namun daerah-daerah terpencil di Indonesia sebenarnya perlu pariwisata untuk membangun, dengan syarat keterlibatan dari berbagai pihak seperti pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Diaz menuturkan saat ini ia beserta tim sedang mencari peluang untuk mengembangkan lokasi ekspedisi menjadi Geopark.
Menurutnya konsep geopark lebih terintegrasi dan berhati-hati dalam pembangunan. Karena pada dasarnya geopark itu memelihara tapi sejahtera.
Kemudian, ia melanjutkan, pakem internasional untuk pengembangan geopark juga sudah ada. Sehingga siapapun yang nanti terlibat dalam pembangunannya akan memiliki dampak internasional.
"Saat ini kami baru memetakan tentnag kondisi di sana, kemudian seberapa kuat daya tariknya, tantangannya, dan mencari dukungan dari para pihak jika memang ingin dibangun (Geopark)," ujar Diaz, saat dihubungi
CNNIndonesia.com lewat telepon, Selasa (24/7).
"Kalaupun daerah itu punya potensi sebagai geopark, pembangunannya pun tidak bisa serta merta. Perlu waktu yang tidak sebentar. Tapi paling tidak kita sudah melihat ke arah yang jelas."
Ia mencontohkan, Kawasan Raja Ampat memerlukan waktu 10 tahun untuk menyiapkan masyarakatnya. Sedangkan untuk menjadi Geopark nasional, memerlukan waktu sekitar tiga sampai lima tahun.
Menurutnya pariwisata tanpa dukungan masyarakat, tidak akan jadi apa-apa.
"Dalam konsep pariwisata berkelanjutan, masyarkat harus terlibat jangan jadi penonton. Karena kalau tidak terlibat, pariwisata tidak akan berlangsung lama. Misalnya masyarakat Bali tidak terlibat dalam pariwisatanya, ujung-ujungnya malah akan menjadi masalah sosial," ujarnya.
"Sebenarnya yang dicari masyarakat itu lebih ke arah kebutuhan (Abraham) Maslow. Apabila sudah menghasilkan uang, maka mereka akan makin sayang terhadap daerahnya."
(agr)