Jakarta, CNN Indonesia -- Festival Kota Lama 2018 yang akan diselenggarakan 20-23 September mendatang akan menghadirkan suasana Semarang tempo dulu yang sangat cocok bagi para pecinta wisata sejarah untuk bernostalgia dengan Kota Semarang.
Semarang merupakan kota yang menjadi pusat perdagangan sejak abad 19-20. Untuk mengamankan warga dan wilayahnya, maka di kawasan itu dibangun benteng Vijhoek yang terdapat jalur untuk mempercepat perhubungan antar ketiga pintu gerbang. Jalan utamanya dinamai Heeren Straat atau sekarang lebih dikenal dengan nama Jl. Letjen Soeprapto.
Kawasan Kota Lama Semarang disebut juga Outstadt dengan luas kawasan sekitar 31 hektare. Dilihat dari kondisi geografi, tampak kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya, sehingga mendapat julukan "Little Netherland".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Festival Kota Lama, pengunjung akan dibawa ke suasana yang benar-benar lawas. Selawas lagu Jangkrik Genggong yang liriknya benar-benar membuat kita terkenang ke masa lali. "Semarang Kaline Banjir ja sumelang ra dipikir".
"Tahun 2015 lalu Kota Lama Semarang masuk dalam list tentatif World Heritage UNESCO, jadi semuanya harus terus disiapkan menjadi destinasi internasional. Adanya festival ini semakin mempopulerkan Kota Lama di Semarang, Jawa Tengah," ujar Plt Deputi Pengembangan Pemasaran 1 Kemenpar Ni Wayan Giri Adnyani di Jakarta.
Salah satu festival terbesar di Semarang itu, akan mengangkat tema "Collaboration in Diversity". Wisatawan bersama masyarakat Semarang diajak bersenang-senang sambil mengangkat Kota yang terkenal dengan sebutan kota Atlas yang multikultural. Di samping itu, Semarang adalah kota tempat merawat kenangan.
"Hal Itu dibuktikan dengan banyaknya bangunan kuno yang masih berdiri dan terawat hingga kini. Contoh lainnya, di Kota Atlas ini wisatawan dapat menemukan penjual jajanan lawas nan legendaris yang sudah bertahan hingga tiga sampai empat generasi. Artinya sudah berlangsung antara 80 hingga 100 tahun," ujar Ni Wayan Giri Adnyani.
Tanggapan Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional II Kementerian Pariwisata Sumarni, juga nyaris sama. Baginya, Festival Kota Lama menjadi sebuah cawan. Acaranya mengarah kangen kenangan, bukan sekedar kangen-kangenan.
Akan ada banyak hal yang bisa membangkitkan kenangan selama festival berlangsung. Tidak hanya untuk yang sudah berumur, namun juga dapat dinikmati untuk remaja milenial hingga anak-anak.
"Festival Kota Lama 2018 akan menjadi ruang persahabatan. Karena, Semarang menjadi
mealting pot seluruh kebudayaan. Mulai dari Tionghoa, Arab, Melayu, hingga Belanda. Ini diharapkan menjadi kegiatan berskala internasional dengan bekerjasama dengan beberapa pihak mancanegara. Untuk mengobati ruang rindu masyarakat pada Semarang tempo dulu," ujarnya.
Sementara itu, Kabid Pemasaran Area I Kementerian Pariwisata Wawan Gunawan menambahkan, festival yang sudah tujuh kali digelar ini akan dilaksanakan pada pukul 16.00 hingga 22.00 WIB setiap harinya, kecuali di hari Minggu yang dimulai lebih awal pukul 12.00 WIB.
Serangkaian acara dapat dinikmati seperti Pameran Kangenan, yang memampang kekhasan Semarang disertai informasi menarik juga beragam atraksi menghibur. Selain itu ada pernak pernik yang meleburkan sejarah dan kebudayaan seperti tari tradisional, fashion show batik semarangan terkini.
Ada juga Pasar Sentiling yang berisi aneka kuliner legendaris seperti jamu jun, lumpia, ganjelrel, dan masih banyak lagi. Kuliner lumpia asal Semarang juga akan tampil. Tidak tanggung-tanggung, akan ada stand Bonlancung, yaitu kampung pembuatan kulit lumpia terbesar yang ada di Indonesia.
Para wisatawan dijamin tidak akan kesepian karena ada penampilan musik jazz dari Nial Djuliarso dan Tohpati yang siap menghibur. Di samping itu pengunjung dapat menjelajah Kota Lama dengan segala romantismenya, serta terdapat penyelenggaraan Temu Pusaka Indonesia yang bekerja sama dengan BPPI dan Pekan Film Semarang bersama dengan Sineroom.
Menteri Pariwisata Arief Yahya ikut bicara soal Festival Kota Lama 2018. Dia mengaku sangat senang lantaran Semarang mulai rajin membuat acara kreatif yang bisa mendatangkan banyak wisatawan.
"Ini bagus sekali. Kota Lama Semarang sudah masuk radar UNESCO karena daerahnya yang berpotensi menjadi Warisan Dunia. Lewat even-even kreatif seperti ini, mata dunia akan terus mengarah pada Semarang," ujar Arief.
(akf/stu)