Jakarta, CNN Indonesia -- Selagi menanti buah hati dan menyiapkan mental menjadi
orang tua, tak dipungkiri rasa cemas dan
stres sering kali menghantui, baik oleh
ibu maupun ayah.
Menjawab persoalan tersebut, banyak calon orang tua yang menjadikan
babymoon--alias bulan madu sebelum lahiran anak, sebagai ajang pelepas stres sekaligus mempererat hubungan.
Istilah
babymoon pertama kali diperkenalkan oleh seorang penulis buku kehamilan asal Inggris, Sheila Kitzinger.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Istilah tersebut dipakai untuk mendeskripsikan liburan romantis bersama pasangan yang umum dilakukan sebelum sang ibu melahirkan.
Meski sudah umum dilakukan banyak pasangan, tak jarang terlontar pertanyaan mengenai faktor keselamatan kandungan selama ibu hamil melakukan
babymoon.
"Sebenarnya
babymoon sah-sah saja dilakukan, bahkan bagus untuk melepas stres dan mempererat hubungan calon ibu dan ayah. Yang penting harus dengan pertimbangan dan perhatian khusus sebelum melakukan wisata," ujar Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya, Dr. Benny Johan Marpaung, Sp. OG saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon pada Kamis (1/11).
Dr. Benny mengatakan bahwa ibu hamil boleh melakukan perjalanan wisata sejak usia kandungan di semester ke-dua atau di antara 16 sampai 24 minggu.
"Kalau masih terlalu kecil, masih ada risiko keguguran karena belum cukup kuat. Kalau sudah terlalu besar, ada risiko terjadi kontraksi," katanya dokter yang juga praktik di RSIA Asih.
Selain perhitungan pribadi, pertimbangan dari dokter kandungan juga penting untuk didengarkan, terutama mengenai medan destinasi wisata yang dituju dan kondisi kandungan sebelum berangkat.
"Jangan sampai ke tempat-tempat yang sedang diserang virus atau wabah penyakit. Lihat juga kebersihan di wilayah setempat dan penginapan," tuturnya.
Jarak destinasi dan lama waktu tempuh untuk mencapai destinasi wisata juga penting untuk diperhitungkan.
Ketika berada di posisi duduk terlalu lama, misalnya dalam penerbangan jarak jauh atau perjalanan darat di tengah kemacetan, wanita yang sedang hamil rentan mengalami pembengkakan dan keram.
Maka dalam perjalanan apapun ibu hamil dianjurkan melakukan peregangan sederhana setiap kurang lebih 90 menit.
Informasi-informasi penting seperti letak rumah sakit terdekat atau kontak dokter kandungan di daerah setempat juga harus disiapkan datang ke lokasi
babymoon.
Menu makanan dan minuman selama berwisata juga tak boleh luput dari ingatan.
Makanan mentah, hidangan yang terlalu pedas dan tak terjamin kebersihannya menjadi pantangan yang jelas tak boleh dicicipi oleh ibu hamil.
"Kalau sedang hamil, lambung gampang terkena masalah. Bisa kembung, mual, asam lambung. Maka itu harus hati-hati. Tidak boleh terlalu kenyang juga," tuturnya.
Bagi yang gemar wisata bahari, sebaiknya menunda kegiatan tersebut selama masing mengandung.
Dikatakan Dr. Benny, kegiatan wisata yang mengguncang badan terlalu hebat serta berisiko seperti berkuda, selancar, snorkeling atau diving sebaiknya tidak dilakukan dulu oleh ibu hamil.
"Kalau berenang di kolam renang boleh, tapi kalau di laut tidak dianjurkan. Risiko kelelahan lalu terbawa arus dan tenggelam bisa membahayakan ibu dan janin yang dikandung," ujar Dr. Benny.
(ard/fey/ard)