Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi seorang
perempuan berinisial SM yang membawa anjing ke Masjid Al Munawaroh, Sentul, Jawa Barat, ramai diperbincangkan. Laporan teranyar kepolisian menyatakan SM menderita gangguan kejiwaan
skizofrenia paranoid.
Kondisi kesehatan tersebut didapat dari hasil pemeriksaan tim dokter gabungan. Kesimpulan itu diambil salah satunya berdasarkan riwayat penyakit yang pernah dimiliki SM.
"Kami bisa simpulkan penyakit skizofrenia," kata Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Brigjen Musyafak di RS Polri Kramat Jati, Selasa (2/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Skizofrenia paranoid merupakan salah satu gangguan mental paling umum yang menyerang banyak orang. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut sekitar 23 juta orang di dunia menderita penyakit ini. Sementara di Indonesia, prevalensi gangguan jiwa berat ini mencapai sekitar 400 ribu orang.
Skizofrenia adalah penyakit jiwa terberat dan kronis yang merusak proses pikiran manusia. Proses pikiran yang terganggu menimbulkan halusinasi, delusi, pikiran yang tidak jelas, serta tingkah laku atau cara bicara yang tak wajar.
Mengutip situs kesehatan
WebMD, penyakit ini umumnya mulai menyerang pada akhir masa remaja atau usia dewasa muda.
Orang dengan skizofrenia paranoid kerap menyimpan rasa curiga pada orang lain. Hal ini dapat menyulitkan mereka untuk bekerja, menjalankan tugas, hingga menjalin hubungan sosial. Tak jarang sebagian dari mereka menarik diri dari aktivitas luar.
Skizofrenia paranoid adalah penyakit kambuhan yang berlaku seumur hidup. Kendati bersifat seumur hidup, bukan berarti mereka tak bisa diobati. Proses pengobatan yang berhenti akan membuat kekambuhan muncul kembali.
Beberapa gejala akan muncul menandai penyakit ini. Delusi yang hadir pada penderita paranoid akan mencerminkan ketakutan dan kecemasan yang mendalam. Mereka juga akan kehilangan kemampuan untuk membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata.
Meski tak mengancam dalam skala tinggi, orang dengan skizofrenia paranoid dapat merasa terancam dan marah. Mereka juga bisa mengalami halusinasi, seperti mendengar suara-suara yang mengolok-ngoloknya.
Orang dengan gangguan mental harus mendapat terapi perilaku kognitif untuk mengatasi gejala-gejala yang mungkin muncul. Dukungan positif dari keluarga dan orang-orang terdekat juga disebut sangat membantu.
Hingga saat ini, belum diketahui pasti apa yang menyebabkan penyakit ini. Banyak faktor, seperti genetik, cedera otak, trauma, stres, dan lingkungan sosial, yang berkontribusi pada skizofrenia paranoid.
[Gambas:Video CNN] (asr/asr)