Vape, Antara Rokok Alternatif dan Tren Gaya Hidup Baru

CNN Indonesia
Sabtu, 05 Okt 2019 20:16 WIB
Alih-alih membantu para perokok berhenti dari kecanduannya, vape justru menjelma tren gaya hidup baru yang digilai berbagai kalangan.
Ilustrasi. Alih-alih membantu para perokok mengurangi kecandugannya, vape justru menjelma gaya hidup baru yang digilai masyarakat. (CNN Indonesia/Artho Viando)
Baru ramai diperbincangkan selama beberapa tahun ke belakang, vape sebenarnya bukan barang baru di Indonesia. Rhomedal mengatakan, vape muncul di Indonesia sekitar akhir tahun 2013. Perangkat yang terbilang besar dan rumit untuk dioperasikan membuat tren tersebut sempat turun dalam beberapa waktu.

Teknologi berkembang. Belakangan, muncul perangkat yang lebih ringkas dan mudah. Karena itu lah, tren vape kembali naik ke permukaan. 

“Sejak ada pod, tren ini makin diterima masyarakat. Orang-orang juga makin eksplorasi jadinya,” kata Rhomedal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengguna vape di Indonesia juga terus merangkak naik. Data Sirkesnas 2016 mencatat sebanyak 2 persen penduduk berusia di atas 15 tahun menggunakan vape. Angka itu meningkat menjadi 2,7 persen pada Riskesdas 2018.

Berdasarkan data APVI, hingga 2018, tercatat sebanyak 1,2 juta pengguna vape di Indonesia. Rhomedal memprediksi, angka ini meningkat dan hampir menyentuh 2 juta pada 2019.

Penduduk berusia 20-40 menjadi target pasar vape di Indonesia. Rhomedai menegaskan, vape tidak menyasar konsumen berusia di bawah 18 tahun.

“Kami dari APVI sendiri selalu mengusir konsumen yang usianya di bawah 18 tahun. Kami tidak menjual pada mereka yang di bawah umur,” tegas Rhomedal.

Mereka yang ingin berhenti merokok juga menjadi target pasar vape. Sejak awal, vape memang hadir untuk membantu para perokok aktif yang ingin lepas dari ketergantungannya terhadap rokok.

Namun, alih-aih sebagai alternatif rokok yang lebih sehat, kian kemari vape justru menjelma sebuah gaya hidup dan kultur anyar di tengah masyarakat. Faktanya, tak semua pengguna vape merupakan mereka yang ingin berhenti merokok.

Savia Wiradi, misalnya. Tak ada alasan penting yang membuatnya menggunakan vape. Bujuk rayu ‘less harmfull’ pada vape membuatnya akrab dengan asap yang mengepul dari corong perangkat elektronik ini.

Vape, Antara Rokok Alternatif dan Gaya Hidup BaruIlustrasi. Beragam ilusi yang dibentuk membuat vape menjadi candu baru gaya hidup orang-orang masa kini. (CNN Indonesia/Artho Viando)

“Pengin merokok sebenarnya, tapi takut. Hehe. Terus nyobain vape yang katanya lebih enggak berbahaya. Eh, keterusan,” kata Savia, kepada CNNIndonesia.com, Jumat (4/10).

Pengamat sosial vokasi Universitas Indonesia, Devie Rachmawati mengatakan bahwa vape tak ubahnya ilusi. Ilusi-ilusi itu lah yang setidaknya menjadikan vape tak ubahnya gaya hidup baru yang membuat candu banyak orang.

Pertama, vape membangun ilusi sebagai rokok alternatif yang tidak mengandung bahaya. Beragam varian rasa yang ditawarkan oleh vape juga turut menimbulkan ilusi. Rasa, kata Devie, menghadirkan imaji semu tentang vape itu sendiri.

"Ya, dengan sendirinya, rasa itu membuat mereka berpikir, ah baik-baik saja kok, sehat-sehat saja," kata Devie, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (4/10). 

Tak cuma itu, vape juga mengambil peran sebagai modal sosial di tengah lingkungan masyarakat. "Vape atau jenis rokok lainnya jadi modal ngobrol atau bahkan berkenalan dengan orang baru," kata Devie.

Tengok saja Savia. Sebagaimana para vaper lainnya, Savia pun getol kongko dari satu lounge ke lounge. Lounge merupakan tempat para vaper berkumpul, bersosialisasi, dan bersama-sama mengepulkan asapnya.

“Senang aja. Kalau main ke toko vape, tuh, banyak ngobrol sama yang ada di sana. Mulai dari bagi-bagi informasi soal vape atau ngobrol soal lainnya,” kata Savia. Berkat vape, jaringan pertemanan Savia pun meluas.

Tren vape di Indonesia ibarat budaya kedai kopi. Di sana ada seseorang yang bertugas layaknya barista selayaknya di kedai kopi. Mereka tak segan-segan berbagi informasi dan pengetahuan kepada pengunjung terkait vape.

Vape itu tak bisa sembarang digunakan. Vape juga butuh edukasi. Di sana lah [toko dan lounge] terjadi pertukaran informasi dan menjalin pertemanan baru,” kata Romedal. (asr/asr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER