Peleburan 4 'Ksatria' Mode di Dewi Fashion Knight

CNN Indonesia
Rabu, 09 Okt 2019 18:41 WIB
Dewi Fashion Knight yang menjadi pamungkas Jakarta Fashion Week 2020 mendatang bakal menggandeng empat desainer senior Indonesia.
Dewi Fashion Knight yang menjadi pamungkas Jakarta Fashion Week 2020 mendatang bakal menggandeng empat desainer senior Indonesia. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dewi Fashion Knight (DFK) selalu jadi ajang paling ditunggu tiap perhelatan Jakarta Fashion Week (JFW). Di JFW 2020, DFK kembali bakal jadi gong penutup dengan mengusung tema 'Borderless'. Kali ini empat desainer bakal 'menjajah' panggung DFK yakni Auguste Soesastro, Mel Ahyar, Jeffry Tan, dan Adrian Gan.

Margaretha Untoro, Editor in Chief Dewi Magazine mengungkapkan tema-tema yang diangkat DFK selalu relevan dengan fenomena sosial. Tema 'Borderless' ingin menggambarkan betapa dunia seolah melebur jadi satu. Sekat, batas runtuh berkat kemajuan teknologi.

"Ini semua sebagian besar karena kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi. Gender sekarang juga lebih fluid, tidak dikotak-kotakkan. Fashion sekarang juga genderless banget," kata Margaretha saat konferensi pers di Plataran Menteng, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keempat desainer sudah cukup lama mewarnai dunia industri fashion Indonesia. Mereka pun punya terjemahan berbeda akan tema 'Borderless'.

Auguste Soesastro, mencoba lebih 'santai'

Desainer Auguste Soesastro kali ini keluar dari zona nyaman kali ini. Menurut dia justru saat dunia jadi 'borderless' alias tanpa batas, maka ada kebebasan untuk mengeksplorasi banyak elemen dan materi yang sebelumnya pernah dia coba. Untuk koleksi yang akan dia pamerkan di DFK, Auguste bakal mengambil inspirasi dari sportswear.

"Saya melihat (gaya) orang berpakaian berubah. Misal buat wanita, ke kantor sudah berbeda, enggak lagi pakai blazer. Orang maunya lebih kasual makanya lebih ke sportswear, yang enggak terlalu serius," kata Auguste dalam kesempatan serupa.

Dia mengakui musti banyak belajar mengenai teknik plus memahami sportswear. Auguste menekankan dirinya mengambil sportswear klasik, bukan ke arah pakaian olahraga layaknya pakaian senam.

Koleksi 'tanpa batas' Jeffry Tan

Dalam benak Jeffry Tan, 'Borderless' lebih pada proses untuk menangkap esens atau inti manusia sekarang. Dia bakal menampilkan koleksi busana wanita dan unisex. Jeffry ingin mempertemukan spiral dan geometris, fluid dan structured, serta pria dan wanita dalam satu kesatuan koleksi.

"Saya bermain di daerah tangan dan bahu. Ada proporsi mengecilkan, meluruskan, jadi koleksi tanpa batas, berkembang sesuai waktu dan mood," kata dia.


Tanpa pakem dan rileks ala Adrian Gan

Termasuk desainer senior, Adrian Gan yang biasa bermain dengan detail nan rumit, kali ini ingin lebih santai. Biasanya dia mengerjakan busana atas pesanan klien dengan segala kemauan mereka, "Sekarang sih apa yang saya suka, yang mau dibuat. Lebih wearable," katanya.

Adrian akan banyak menggunakan kain ulos khas Batak. Koleksi terinspirasi dari cara orang Indonesia berpakaian. Masing-masing daerah pasti punya gaya sendiri saat baru pertama mengenal kain. Awal mulanya, kain hanya sebagai penutup tubuh dengan dililitkan, dilipat. Seiring perkembangan zaman, orang mulai mengenal elemen busana lain seperti celana dan atasan.

Hal-hal dasar ini yang akan dia angkat yakni 'three pieces' alias tiga elemen busana.

"Tiga elemen ini kan bisa padu padan. Saya sendiri bukan datang dari sekolah fashion. Pas mau bikin, yang saya pikirin itu benang merah from head to toe, elaborasi dari atas ke bawah," katanya.

Mel Ahyar dan lapisan citra diri manusia

'Man is least himself when he talks in his own person. Give him a mask, and he will tell you the truth.'

Kutipan dari penulis Oscar Wilde, kata Mel Ahyar, begitu relevan di dunia kekinian. Orang makin tak memiliki batas dengan 'second skin' miliknya. Second skin yang dia maksud adalah citra atau kenampakan diri orang di mata orang lain. Media sosial jadi 'topeng' yang dikenakan orang dan mereka bebas jadi diri mereka. Namun, kata Mel, orang tak sadar apa yang mereka citrakan dan diri sebenarnya malah menjadi blur, nyaris tak ada batas atau perbedaan.

"Pengen ajak teman-teman, sekaligus reminder buat diri sendiri bahwa ini borderless banget, apa yang kita ciptakan ke media sosial memberikan efek ke diri kita. Pencitraan super bagus, kadang bagus buat beberapa orang, atau kadang mereka tidak merasa itu diri mereka," jelas Mel.


Nanti akan ada 16 koleksi yang melawakili 16 karakter. "Koleksi ini menceritakan lapisan kulit yang kita enggak sadar. Semoga menyentuh teman- teman. That's your skin. Who are you, the real you? Km mau kayak gitu?" pungkasnya. (els/chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER