Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak November tahun lalu, aksi kelas pekerja yang identik dengan rompi kuning, selalu terjadi di
Prancis saban akhir pekan.
Aksi yang kali pertama besar terjadi pada 17 November 2018 itu menolak rencana kebijakan Presiden Prancis
Emmanuel Macron. Ribuan hingga puluh ribuan orang--jika digabungkan seluruh Prancis--turun ke jalan di berbagai kota. Walhasil, salah satu yang terganggu adalah akses transportasi.
Pekan ini, sejumlah serikat pekerja dan asosiasi guru di Prancis menyatakan mogok kerja mulai Kamis (5/12). Walhasil, hampir seluruh moda transportasi umum sampai Menara Eiffel berhenti beroperasi sementara waktu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir
Associated Press, aksi mogok massal itu dipicu rencana Presiden Emmanuel Macron untuk mengubah aturan jam kerja untuk pegawai yang bekerja di sektor layanan masyarakat. Para pekerja khawatir perubahan itu akan menambah jam kerja mereka dan memangkas nilai jaminan pensiun.
Akibat aksi tersebut, bukan hanya Menara Eiffel saja yang tutup. Sejumlah tujuan wisata di kota Paris pun melakukan hal serupa. Beberapa di antaranya adalah Museum Louvre, Grand Palais, dan Paris Opera.
Dan, dengan akses transportasi yang terganggu, usaha-usaha seperti pertokoan pun terganggu bisnisnya. Apalagi tingkat hunian hotel di dekat pusat kota yang menjadi titik demonstrasi.
"Kami turun 10 atau 20 persen dalam pemesanan, tapi beberapa hotel ada yang sampai turun 30 persen," ujar salah satu pemilik hotel di kota Lyon, Laurent Duc, seperti dikutip
AFP, Sabtu (7/12).
Duc juga dikenal sebagai ketua serikat hotel nasional di Prancis.
[Gambas:Video CNN]Operator kereta SNCF memberikan peringatan pada akhir pekan ini, kereta yang bisa dijalankan akan sama seperti dua hari lalu, di mana hanya 10-15 persen yang beroperasi.
Metro Paris juga terganggu dengan hanya dua jaringan rute saja yang bisa beroperasi normal hari ini. Sementara itu Eurostar dan Thalys rail services terpaksa menghentikan sementara layanannya.
(afp/kid)