Percobaan: Berburu Masker N95 yang 'Langka' Gara-gara Corona

CNN Indonesia
Rabu, 05 Feb 2020 10:53 WIB
Selain harganya meroket 8 kali lipat, masker N95 juga tak gampang ditemukan. Kini, tak semua toko punya stok.
Ilustrasi: Masker N95 bukan hanya mahal, tak semua toko obat atau alat kesehatan punya stok. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Masker... Masker..," lengkingan seorang perempuan yang lebih mirip penjaja makanan memecah ramai Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur. Ia mondar-mandir membelah pengunjung yang bahunya saling berimpit berdiri di antara celah antar toko.

Pasar ini tampak ramai, mungkin saja lebih ramai dari biasanya. Entah saya tak cukup sering datang ke sini, kalau ada perlunya saja. Tapi mungkin saja lebih ramai, apalagi dengan ancaman virus corona di Wuhan, China. 

Sebagian orang seperti biasa, mencari obat-obatan di pasar ini. Sebagian lainnya seperti saya: mencari masker. Pengunjung sebelum saya telah tampak memborong 20 kotak masker bedah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saya menunggu giliran dilayani. Tak lama waktu saya tiba.

"Ada masker N95?" tanya saya sambil menelusuri tumpukan kardus di belakang sang penjaga toko.

"N95 habis, Kak. Nggak ada lagi kami. Coba di situ tu," kata dia seraya mengarahkan ujung dagunya ke toko seberang.


"Tapi harganya di atas satu juga lebih(Rp1 juta)," ia menambahkan.

Saya menelan ludah. Duit di kantong saya paling banyak Rp300 ribu. Karena memang biasanya masker N95 dijual pada kisaran harga sebesar itu. Sebelum menjejak pasar, saya terlebih dulu berburu masker dengan 'berselancar' di sejumlah toko online.

Harga masker jenis ini memang naik ugal-ugalan, sampai Rp2 juta per kotak. Sementara harga satuan masker N95 berkisar Rp75 ribu hingga Rp100 ribu.

Saya berharap dengan langsung mendatangi pasar akan beroleh harga yang lebih 'bersahabat'. Mengingat, beberapa plang toko di area pasar melabeli diri "Apotek Rakyat."

Pasar pramuka dikenal sebagai pusat grosir obat, alat kesehatan serta alat kedokteran lain di Jakarta.

Percobaan: Berburu Masker N95Pengumuman di salah satu toko di Pasar Pramuka tentang ketersediaan masker. (Foto: CNN Indonesia/Khaira Ummah Junaedi Putri)

Tapi barangkali harga pelindung mulut dan hidung ini memang sedang melonjak. Semula per kotak berisi 20 buah itu dipatok Rp200 ribu. Namun dua pekan belakangan--setelah wabah virus corona menjangkiti pelbagai negara--animo terhadap barang ini ibarat jualan bakso di musim hujan. Laris manis tanjung kimpul.

Sekalipun harganya meroket gila-gilaan.

"Ini tinggal 10 box ya. Yang lain sudah habis. Ini juga baru datang siang tadi," pria di depan saya menjelaskan tanpa diminta.

Ia tahu saya sedang mencari masker N95. Harga satu kotak di toko ini Rp1,4 juta.

"Nggak bisa kurang?" saya menawar.

"Paling kalau ambil banyak, kami kasih Rp1,35 ribu," jawab dia sambil melayani pembeli lain.

Uang saya sudah barang tentu tak cukup. Saya pun membalas tawaran itu dengan mengucap terima kasih dan mengatakan akan mencari pilihan lain dulu.


Deretan toko yang saya lalui tampak menawarkan pelbagai masker bedah aneka warna. Masker yang umum digunakan orang untuk menangkal udara buruk Jakarta, ada yang memiliki dua lapisan, ada pula yang tiga lapisan.

Tapi kotak putih bertulis 3M dan 8210--wadah dari masker jenis N95--jarang nampang di meja toko. Hanya ada beberapa toko yang memajangnya. Rata-rata memang karena persediaan sudah ludes atau, ada yang memang enggan menjualnya.

Seperti pemilik toko yang satu ini.

"Masker ada?" saya bertanya karena tak menjumpai wujud kotak bertulis N95.

"Ada, masker ini. Yang N95 harganya mahal banget, di atas satu juta, saya nggak berani jual."

Penjelasan itu diikuti cerita sang pemilik toko tentang kenaikan masker jenis lain. Untuk masker bedah, jika biasanya dibandrol Rp22 ribu per kotak, kini ia mematok Rp75 ribu.

Percobaan: Berburu Masker N95Ilustrasi: Penjual masker medis di tengah wabah virus corona. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)

Ada lebih 15 toko dari total puluhan toko di Pasar Pramuka yang saya kunjungi. Sebagian besar kehabisan masker N95, hanya sekitar lima toko yang masih punya stok. Tapi itu juga mesti ditebus dengan nominal lebih dari Rp1 juta.

Merasa masih penasaran, saya menelusuri area dalam Pasar Pramuka. Ada satu toko dengan banyak tumpukan kardus bergambar masker. Merknya beragam, jenisnya pun.

"Kalau yang N95, Jackson merknya. Ini Rp1,2 juta. Ada yang jual dengan harga lebih mahal, bahkan. Harga pasaran. Kalau aku masih jual harga grosir," kata dia setengah membujuk.

"Kalau [masker N95] 8210 sekitar 1,7 juta," ia melanjutkan.

"Nggak bisa kurang lagi?" kata saya.

"Kalau di bawah Rp1 juta, ini yang tidak ada merk. Tapi ini sama persis barangnya," ia menunjukkan sebuah kardus berkelir putih.

Saya menggeleng dan tetap meminta yang biasa dijual dengan label N95.

"Kak, aku terus terang, kakak boleh cek harganya berapa," kata dia lagi meyakinkan.


"Butuh berapa?" tanya dia kemudian.

"Satu doang sih."

"Maunya harga berapa?" kata sang penjual lagi.

"Bujetnya Rp200-300 ribu," saya berterus terang.

"Kalau segitu paling dapat yang biasa itu. Kalau yang begini nggak dapat," balas dia lagi berusaha memberi solusi.

Ia pun mengakui menerima banyak keluhan soal melonjaknya harga masker. Tapi boleh bikin, harga dari penyedia pun menurut dia ikut naik.

"Betul [harga biasanya nggak segitu]. Tapi karena kondisi di dalam ini kan lagi begini. Terus supplier juga naikin," terang sang penjual lagi.

Saya cuma bisa manggut-manggut. Bagaimanapun, kenyataannya duit yang saya punya tak cukup buat membeli masker N95 di tengah kewaspadaan dan wabah corona ini.

Berburu masker di JakartaFoto: CNN Indonesia/Safir Makki
Berburu masker di Jakarta


Tak puas dengan yang ada di Pasar Pramuka, saya juga mencoba mencari masker ke beberapa apotek di kawasan Jakarta Selatan. Namun pada kenyataannya, masker N95 memang 'langka.' Jangan salah, bukan langka karena habis diborong orang ataupun dibawa ke China, tapi masker ini memang tak dijual di semua apotek. Beda dengan masker biasa yang rata-rata mudah didapatkan di mana saja. 

Dari sekitar 10 apotek dan toko obat lain di area yang berbeda-beda, hanya ada sekitar 2 apotek yang menjual masker N95, yang lainnya hanya menjual masker ojek saja. Itu pun dengan 'harga baru.' Selain itu, masker N95 ini di dua apotek tersebut pun sudah habis total. 

Tapi sebenarnya, menurut para ahli, tak perlu harus pusing karena masker biasa juga sebenarnya cukup untuk menahan droplet atau air liur yang dikhawatirkan bisa menularkan penyakit, termasuk virus corona.

Ahli-ahli kesehatan termasuk dari Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Mohammad Faqih, mengungkapkan bahwa pencegahan yang mungkin dilakukan kini adalah menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Yang paling efektif tutur Daeng, adalah membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir. Sabun yang dipakai pun harus mengandung antiseptik.

[Gambas:Video CNN]

Menjelajah Apotek dan Toko Obat

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER