Jakarta, CNN Indonesia -- Ada yang bilang
rumah tangga tak akan selamanya 'adem ayem'. Pertengkaran bisa dipastikan jadi warna tersendiri. Maklum, mencocokkan isi dua kepala bukan sekadar dengan mantra 'abrakadabra'.
Usai puas meluapkan isi kepala plus emosi, kadang ada rasa canggung. Ada pula yang merasa gengsi untuk mengajak ngobrol duluan. Lalu apa yang musti dilakukan?
1. Tenangkan diri
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konflik tak akan menemui solusi jika Anda belum tenang. Elizabeth Clair de Lune, relationship coach, berkata ini kalau belum tenang dan memaksakan diri maka persoalan tak akan tuntas secara efektif.
Jalan-jalan barangkali jadi opsi baik. Jika Anda menginginkan aktivitas yang lebih berat, coba olahraga sekaligus latihan napas perut.
2. RefleksiDiam dan perhatikan apa yang Anda rasakan. Tak perlu menolak atau mencoba mengubah. Apa Anda merasa marah atau takut? Apakah Anda benar-benar kecewa atau merasa tidak aman? Biarkan tubuh merasakan emosi ini dan benar-benar mengakuinya.
3. Tulis yang dilontarkanKonflik tak jarang memunculkan perkataan yang kurang menyenangkan terhadap pasangan. Sadari dan coba tulis. Sedikit demi sedikit ini membuat Anda sadar kalau pertengkaran terjadi antara dua orang. Dari catatan, Anda bisa tahu bagaimana memulai percakapan yang lebih produktif dengan si dia.
4. Jujur"Apa Anda siap untuk bicara atau masih perlu waktu?" ungkap Christie Tcharkhoutian, terapis pernikahan dan keluarga dikutip dari
Cosmopolitan.Anda sebaiknya jujur dengan pasangan. Bisa saja saat Anda sudah tenang pasangan belum tenang, begitu pula sebaliknya. Penting untuk kembali bicara tatap muka tanpa ada tekanan. Beri pasangan waktu jika dia belum siap.
5. Pernyataan berbasis 'Aku'Saat siap untuk bicara dengan pasangan utamakan penggunaan rumus 'I-statement'. Lune memberikan contoh 'Aku merasa..' atau 'Aku pikir..'. Penggunaan rumus ini menghindari siap menuduh tetapi sekaligus Anda bertanggung jawab akan apa yang Anda rasakan. Fokusnya adalah pada perasaan Anda.
6. DengarkanSaat pasangan bicara, dengarkan dan coba cerna sehingga menghantarkan Anda pada solusi. Terima apa yang dirasakan pasangan tanpa mengecilkan pemikiran si dia. Biarkan pasangan tahu bahwa Anda ingin jadi pendengar.
7. Humor penutupUsai konflik, Anda perlu menenangkan diri bersama pasangan. Sebagai penutup, tak ada salahnya melempar candaan sehingga bisa mengurai senyum berdua.
"Ini bisa berarti menggunakan humor, kehangatan, atau apresiasi bahkan saat bertengkar," kata Gabrielle Usatynski, konselor profesional.
(els/chs)