Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua Warga Negara Indonesia (WNI) yang
positif terinfeksi virus corona atau
Covid-19. Pengungkapan di Istana Negara pada Senin (2/3) itu tak pelak memicu rasa cemas dan takut. Sebagian orang berbondong memborong
masker hingga
hand sanitizer.
Kepanikan ditunjukkan dengan menipis bahkan langkanya stok barang-barang tersebut di pasaran. Seorang konsultan psikologi, Michael Sinclair mengatakan situasi tersebut dapat dipahami.
"Harus ada perhatian secara khusus. Pikiran kita berevolusi dari yang semula tinggal di gua tanpa rasa cemas lantas beralih punya kekhawatiran akan malapetaka. Tapi ini membuat otak dan tubuh kita belajar," terang dia kepada
The Independent.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehingga dengan begitu, laku manusia akan berangsur menyesuaikan dan memiliki ketrampilan baru. Psikoterapis Silva Neves, setuju soal itu tapi ia sekaligus mengingatkan. "Panik juga [bisa] menular."
Jika kecemasan akan gangguan kesehatan itu muncul dan mulai mengganggu aktivitas atau bahkan pekerjaan Anda, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
1. Kontrol pikiranKonsultan psikologi Michael Sinclair menyarankan untuk tidak bergantung pada pemikiran sendiri. Kadang orang terkecoh dengan pikiran tanpa mengindahkan fakta.
"Coba untuk melakukan ini, misalnya, daripada bilang 'Saya bakal sakit', katakan 'Saya punya pikiran bahwa saya akan sakit' untuk menekankan ini pikiran yang mengatakan pada Anda bukan kenyataan," jelas Sinclair mengutip dari
Independent.
2. Jangan abaikan gejala stresMeski dalam kondisi sehat, orang bisa saja mensugestikan diri sehingga merasa tidak sehat. Napas pendek dan jantung berdebar sebenarnya jadi tanda Anda mengalami panik dan cemas.
"Tetapi saat ini terjadi, daripada mencoba untuk mengabaikan perasaan tersebut, yang mana tidak membantu, buat ruang buat mereka, deskripsikan seolah Anda mengalaminya," kata Sinclair.
Neves menambahkan, saat momen panik, sebaiknya Anda mencoba untuk duduk dan ambil napas sembari menghitung hingga 10 hitungan dan lepaskan.
 Foto: Istockphoto/Janine Lamontagne memakai hand sanitizer bisa membantu mengurangi risiko corona |
3. Tulis kecemasanKecemasan bisa Anda ekspresikan lewat tulisan. Elizabeth Turp dari British Association for Counselling and Psychotherapy (BACP) menyarankan untuk menuliskan apapun itu di jurnal atau buku catatan.
"Biarkan diri Anda merasa khawatir, letakkan kekhawatiran dengan menuliskan pada buku, dan jauhkan. Sekali Anda menuliskannya, biarkan," jelas dia.
4. Batasi 'konsumsi' mediaSaat merasa tidak mampu mengontrol rasa cemas, Anda tidak harus selalu terhubung dengan media massa ataupun media sosial. Batasi diri dari aliran informasi. Tapi kemudian tentukan, kapan waktu Anda akan memperbarui informasi.
Neves tidak serta merta meminta Anda untuk memutuskan diri dari berita soal virus corona. Akan tetapi, membatasi diri dari aliran informasi. Langkah ini ditempuh guna mengurangi atau memberi jarak waktu juga frekuensi Anda memikirkan isu ini.
5. Ambil tindakanSegala anjuran dari otoritas kesehatan, dalam hal ini Kementerian Kesehatan sebaiknya dipraktikkan. Mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan hand sanitizer, juga praktik hidup sehat dan memberikan tubuh asupan makanan bergizi.
6. Tetap terhubungRasa cemas dan stres bisa membuat orang mengurung diri, enggan bertemu orang lain karena ketakutan akan virus corona. Padahal, Anda perlu menjaga relasi dan interaksi untuk mengendalikan rasa cemas. Karena itu tetaplah berkomunikasi dengan orang lain.
Koneksi atau relasi dengan teman dan keluarga akan membantu Anda merasa terdukung dan dikelilingi energi positif.
7. Hindari spekulasiSelama sepekan atau tujuh hari 24 jam, informasi terus mengalir baik dari media massa maupun media sosial. Bahkan tak ketinggalan grup-grup Whatsapp yang turut menyumbang banjir informasi. Di tengah arus tersebut, penyebaran hoaks juga kabar spekulatif rawan terjadi.
Karena itu berhati-hatilah. Sebaiknya hindari spekulasi dan hoaks dengan mengandalkan sumber informasi yang bisa dipercaya.
"Ingat, kita tidak bisa menghentikan penyebaran virus, hanya komunitas ilmuwan yang bisa. Tapi kita bisa membantu satu sama lain dengan menghentikan penyebaran kepanikan," jelas Neves.
[Gambas:Video CNN] (els/nma)