Gedung Sate, Saksi Bisu Perlawanan Priangan Mengusir Belanda

CNN Indonesia
Minggu, 15 Mar 2020 11:00 WIB
Gedung Sate menjadi saksi bisu persatuan para pemuda dan pemudi Jawa Barat untuk mengusir penjajah dari Indonesia.
Gedung Sate di Bandung, Jawa Barat. (CNN Indonesia/Melani Putri)
Bandung, CNN Indonesia -- Setelah diresmikan pada September 1924, Gouvernement Bedrijven disebut sebagai Gedung Sate oleh masyarakat Bandung. Selain mempersingkat pengejaan, nama tersebut disematkan karena gedung ini memiliki hiasan mirip tusuk sate di atas atapnya.

Oleh penjajah Belanda, Gedung Sate dijadikan kantor Pekerjaan Umum dan Perairan.

Tusuk sate di atas gedung bukannya sekadar hiasan. Edukator Museum Gedung Sate, Winda Putri, menjelaskan tusuk sate itu sebenarnya berfungsi sebagai penangkal petir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tujuannya supaya aman dari petir jika hujan deras," katanya kepada CNNIndonesia.com saat ditemui pada akhir pekan kemarin.

Tujuan pendirian Gedung Sate awalnya sebagai kantor pemerintah Hindia Belanda di Priangan. Kawasan Priangan sendiri mencakup Cianjur, Bandung (Dayeuh Kolot), Sumedang, Limbangan (Garut), Sukapura (Tasikmalaya).

"Awalnya pusat pemerintahan Hindia Belanda di Jawa Barat itu ada di Cianjur, kemudian dipindah ke Bandung, makanya dibangun Gedung Sate. Dulu wilayah pusat pemerintahan mencakup Dayeuh Kolot, namun kemudian dipindah ke Alun-alun Bandung," ujar Winda.

Di bagian dalam Gedung Sate, tepatnya di menara puncak, terdapat sirene yang biasa digunakan sebagai pertanda serangan musuh.

Sirene itu digunakan jika muncul tanda-tanda pemberontakan dari musuh, baik perlawanan dari kaum pribumi, maupun perlawanan dari negara lain yang ingin menguasai Gedung Sate.

Gedung Sate, Saksi Bisu Perlawanan Priangan Mengusir Belanda*Sirene di Gedung Sate. (CNN Indonesia/Melani Putri

Ada cerita pilu mengenai perlawanan pribumi saat mengusir Belanda pada 3 Desember 1945 di Gedung Sate, Bandung. Insiden ini berawal usai proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno. Kala itu, masih banyak pemerintah kolonial Belanda yang menempati Gedung Sate.

Tercatat 21 orang pemuda melawan para penjajah dalam perang yang berlangsung selama kurang lebih empat jam itu. Pemerintah Belanda kala itu yang telah mengetahui akan adanya perlawanan, langsung "menyewa" tentara Inggris untuk melawan pribumi.

Sebanyak tujuh orang pemuda dinyatakan hilang dalam pertempuran tersebut. Mereka diketahui bernama Didi Hardianto Kamarga, Mochtaruddin, Soehodo, Rio Soesilo, Soebengat, Ranoe, dan Soejono.

Pencarian tujuh orang pemuda yang hilang itu masih berlanjut hingga 1952. Di bulan Agustus saat pemerintah berencana merenovasi bagian taman Gedung Sate, ditemukan tiga jenazah pemuda di bawah batu besar yang ada di belakang Gedung Sate.

Tiga jenazah tersebut diketahui adalah Didi, Soehodo dan Mochtaruddin. Batu besar yang menutupi jenazah tiga orang tersebut kini menjadi prasasti di depan pintu masuk Gedung Sate.

"Untuk mengingat perjuangan ke-21 pemuda yang mengusir Belanda itulah, tanggal 3 Desember kita peringati sebagai Hari Bakti Pekerjaan Umum," kata Winda.

Gedung Sate, Saksi Bisu Perlawanan Priangan Mengusir Belanda*Prasasti di Gedung Sate. (CNN Indonesia/Melani Putri)

Winda juga menjelaskan, ada beberapa ruang rahasia yang pernah digunakan sebagai tempat bersembunyi oleh Pemerintah Hindia-Belanda di Gedung Sate. Ruang rahasia tersebut berada dekat dengan menara puncak.

Untuk sampai di menara puncak, perlu menaiki 64 anak tangga dari lantai dua. Semakin ke atas, koridor menuju menara semakin sempit dan hanya bisa dilalui satu orang.

Ada dua ruang rahasia yang biasa digunakan, pertama ruangan kecil yang berada di undakan tangga, namun ruangan itu sekarang digunakan sebagai gudang penyimpanan.

Setelah menaiki 64 anak tangga, ada satu ruang rahasia lainnya berada tepat di pintu sebelum memasuki menara. Ruangan itu juga kini digunakan sebagai gudang penyimpanan.

Kini Gedung Sate membuka pintunya sebagai objek wisata sejarah. Pengunjung bisa menaiki menara puncak pada hari Sabtu pukul 15.00-16.00 WIB, dan hari Minggu pukul 09.00-16.00 WIB dengan kuota 70 orang perhari.

Untuk menaiki menara perlu membeli tiket seharga Rp5.000, sudah termasuk tur museum Gedung Sate.

[Gambas:Video CNN]

Gedung Sate, Saksi Bisu Perlawanan Priangan Mengusir BelandaInfografis Gedung Sate. (CNNIndonesia/Basith Subastian)
(mel/ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER