SUDUT CERITA

'Ngilu' Patah Tulang Haji Naim di Tengah Corona

CNN Indonesia
Rabu, 15 Apr 2020 13:31 WIB
Meski jumlah pasien menurun, tapi praktik Pengobatan Patah Tulang Haji Naim tetap beroperasi atas dasar kemanusiaan.
Meski jumlah pasien menurun, tapi praktik Pengobatan Patah Tulang Haji Naim tetap beroperasi atas dasar kemanusiaan. (CNNIndonesia/ Titi Fajriah)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Takut sih ada, khawatir pasti. Tapi mau bagaimana, ini, kan, juga bantu orang. Untuk kemanusiaan."

Kalimat itu terucap dari Eka Bagus Saputra, anak dari Haji Sanusi sekaligus cucu dari pemilik Pengobatan Patah Tulang Haji Naim di sela-sela waktu kosong saat menunggu kedatangan pasien, Kamis (8/4).

Kedatangan jumlah pasien ke Pengobatan Haji Naim menurun hampir 50 persen sejak pandemi Covid-19 menjejakkan kakinya di Indonesia awal Maret lalu. Namun, pengobatan yang terletak di kawasan Cilandak Barat, Jakarta Selatan, itu masih tetap buka dengan segala penyesuaian dan pembatasan sebagai tindak pencegahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baru seminggu terakhir pihak keluarga memutuskan untuk kembali membuka praktik pengobatan setelah sempat tidak beroperasi sama sekali selama 10 hari. Bukan tanpa alasan, keputusan diambil atas dasar panggilan kemanusiaan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan.

Betapa tidak. Saat praktik ditutup untuk sementara, beberapa pasien masih datang berkunjung untuk meminta bantuan. "Kasihan juga orang yang baru jatuh atau habis kecelakaan kalau enggak ditangani. Enggak tega juga," kata Eka saat berbincang dengan CNNIndonesia.com.

Meski kini kembali beroperasi, Eka menyebut, pihaknya mengutamakan pasien yang sifatnya darurat, seperti pasien akibat kecelakaan. Orang yang baru saja mengalami kecelakaan, kata dia, harus langsung ditangani.

Jika ditunda, proses penyembuhan yang dilakukan kemudian akan terasa menyakitkan dan membutuhkan waktu lebih lama karena posisi tulang yang sudah kadung berbeda.

"Kalau tidak bisa langsung diobati saat itu juga, minimal banget dikompres pakai air dingin atau dikasih painkiller juga tidak apa-apa sehari saja. Besoknya langsung dibawa, diobati," kata Eka.

Selain itu, perbedaan juga berlaku untuk waktu kontrol. Sebelumnya, pasien umumnya akan diminta untuk kontrol kembali setelah lima hari. Namun, khusus untuk saat ini, pasien umumnya disarankan untuk melakukan kontrol pada 10-14 hari setelah diurut.

Ilustrasi. Pandemi Covid-19 membawa banyak perubahan ke klinik Pengobatan Patah Tulang Haji Naim di Cilandak, Jakarta. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Tak hanya itu, jadwal operasional praktik Pengobatan Patah Tulang Haji Naim pun turut berubah. Jika biasanya jam operasional berjalan sejak setelah Subuh hingga pukul 22.00 WIB, kini praktik hanya dibuka pada pukul 06.00-18.00 WIB.

Kebijakan-kebijakan itu tentu tak diambil ujug-ujug. Kebijakan diambil sebagai bentuk penyesuaian terhadap kondisi Jakarta yang menjadi epicentrum penyebaran virus corona di Indonesia.

Sesuai arahan pemerintah, setiap pasien yang datang diminta untuk mencuci tangan dengan menggunakan hand sanitizer yang tersedia di area pintu masuk. Pasien juga dianjurkan untuk menggunakan masker sebagai bagian dari antisipasi penyebaran Covid-19. Penyemprotan disinfektan pun dilakukan pada pagi hari sebelum praktik dibuka dan sore hari setelah jam operasional berakhir.

Meski prosedur yang ketat diberlakukan, rasa khawatir dan takut tetap merongrong. Namun begitu, Eka tetap yakin, selama prosedur dan imbauan pemerintah dilakukan, yang dikhawatirkan tak akan terjadi.

"Bismillah saja. Namanya manusia, pasti takut dan khawatir. Tapi, yang penting prosedur dari awal ketika pasien datang sudah kita jalani," kata Eka.

Perubahan dan Penurunan

Tak ayal, berbagai perubahan itu membuat pasien yang datang menjadi lebih sedikit dari biasanya. Jika normalnya klinik menangani sekitar 200 pasien dalam sehari, kini paling-paling hanya 100 pasien.

Penurunan yang sama juga terjadi pada akhir pekan. Dari sekitar 400-500 pasien per hari menjadi hanya sekitar 200 pasien. "Pengurangannya hampir 50 persen lah," sebut Eka.

Ramai pasien pun terbagi di pagi hari, sedangkan siang hari biasanya sepi dan mulai kembali ramai menjelang tutup.

"Kadang juga sudah tutup masih ada saja yang datang. Kalau tidak dilayani, kasihan. Namanya kemanusiaan, kadang mau enggak mau harus tetap dibantu, kan," ujar pria
33 tahun itu.

Kondisi ini juga mau tak mau berpengaruh pada pendapatan Eka dan 'tukang urut' lain di Pengobatan Haji Naim. Penurunan jumlah pendapatan saat ini disebut Eka mencapai 50 persen dari kondisi normal.

Ilustrasi. Karena virus corona, jumlah pasien yang berdatangan ke praktik Haji Naim pun berkurang. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Beruntung Eka masih memiliki tabungan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Tapi, sebagian besar 'tukang urut' lainnya menjadikan praktek Pengobatan Haji Naim sebagai pemasukan utamanya. "Lumayan besar pengaruhnya [Covid-19]," kata Eka.

Diterapkannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta pun tidak bisa membuat operasional Pengobatan Patah Tulang Haji Naim berhenti total. Namun, pembatasan terhadap pasien dan yang mengantar bakal diatur lebih ketat.

Dalam aturan PSBB, layanan kesehatan diperbolehkan untuk tetap beroperasi. Hal itu lah yang menjadi patokan Pengobatan Patah Tulang Haji Naim untuk terus beroperasi di tengah kepanikan virus corona ini.

"Untuk kemanusiaan saja, bantu orang," pungkas Eka. (ttf/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER