SUDUT CERITA

Di Pulau Dewata Tanpa Pantai dan Kongko

CNN Indonesia
Sabtu, 11 Apr 2020 12:30 WIB
Rasanya enggan berdiam di rumah saja saat berada di Bali. Tapi kini pandemi corona memaksa semua orang untuk membatasi perjalanannya.
Pecalang memberhentikan turis yang ingin berkunjung ke antai Batu Belig di Badung, Bali. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)
Jakarta, CNN Indonesia -- Matahari mulai naik di atas kepala. Langit terlihat cerah membiru. Namun tak juga terlihat keramaian di sekitar Pantai Kuta.

Pemandangan mobil sewa, bus rombongan, sampai motor yang mengangkut papan surfing seakan lenyap dari parkiran.

Payung-payung penyewaan papan selancar atau warung es kelapa di sekitarnya ikut tidak ada.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Antrean panjang di kedai kopi Revolver Espresso atau restoran Sisterfields yang berada di Seminyak - kawasan ramai turis kedua di Bali setelah Kuta, nihil.

Suasana sepi itu tak hanya terjadi saat pagi hari. Menjelang matahari terbenam, ruas-ruas jalan menuju beach club seperti Finns, Tropicola, atau La Brisa, kini juga tak lagi macet menjelang matahari terbenam.

Pariwisata di Pulau Dewata sepertinya ikut "meriang" akibat tertular pandemi virus corona COVID-19.

Gaza (30) baru beberapa bulan pindah dari Jakarta ke Bali demi mencari suasana baru. Ia bermukim di kawasan Kerobokan bersama pasangannya.

Durasi perjalanan dari rumahnya ke Seminyak hanya sekitar lima menit dengan berkendara sepeda motor. Namun kini durasinya lebih singkat lagi, lantaran tak lagi ada kemacetan di tiap persimpangan jalan.

Bukan hanya jalanan yang nampak lebih sepi. Gaza juga merasa jarang melihat gerombolan turis yang biasanya tak ada habisnya dari pagi sampai pagi lagi.

"Mungkin karena rumah gue deket banget sama kawasan turis, jadi kerasa banget sepinya Bali setelah corona... Banyak dari turis yang udah pulang sejak kemarin," katanya saat diwawancara CNNIndonesia.com pada Jumat (10/4).

Kepulangan turis, dikatakan Gaza, bisa jadi selain karena panik juga karena banyak tempat wisata yang ditutup. Beberapa tempat makan atau toko mungkin masih buka, namun tidak demikian dengan beach club dan pantai yang telah ditutup.

Untuk sekadar berolahraga di pantai saja, orang-orang bisa saja langsung dihampiri oleh pecalang (petugas keamanan adat Bali) yang langsung meminta mereka bubar demi menghindari keramaian.

Karena bekerja sebagai pekerja lepas di suatu perusahaan di London, Inggris, Gaza lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.

Tapi pandemi corona kini membuatnya semakin sering berada di rumah, karena dirinya merasa khawatir tertular jika masih tetap nekat kongko di luar.

Kegiatan olahraga di pantai atau kongko sore bersama teman-temannya terpaksa harus ia lupakan sejenak.

"Kebetulan pasangan gue dokter, jadi gue cukup paham sama bahayanya virus itu," ujarnya.

Pecalang memeriksa pengguna jalan di Tabanan, Bali. (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

Di tengah sepinya Bali dan tidak leluasanya berkegiatan di luar rumah, tapi Gaza masih bersyukur bahwa pemerintah daerahnya menerapkan aturan ketat demi mencegah meluasnya penyebaran virus corona.

Saat ini semakin banyak kawasan di Bali yang sekarang membangun gerbang disinfektan untuk orang yang keluar dan masuk, baik sedang jalan kaki atau naik kendaraan.

"Menurut gue usaha seperti itu lumayan bikin tenang orang-orang," katanya.

Sempat viral di media sosial bahwa seorang turis mancanegara malah memilih tinggal di vila mewahnya di Bali selama pandemi corona.

Bersama teman-temannya, ia mengaku senang bisa "menikmati lockdown" di vila yang awalnya berharga US$1.500 per hari dan kini didiskon menjadi US$1.500 per bulan itu.

Gaza membenarkan tren banting harga tempat penginapan di Bali yang terjadi sekarang.

"Bahkan ada hotel yang nawarin harga Rp3 juta per bulan, lebih murah dari kosan gue haha..." ujarnya.

"Mungkin sama tujuannya kayak restoran yang tetep buka, biar tetep ada duit yang masuk," lanjutnya.

Penyemprotan disinfektan di pantai-pantai Bali. (AP/Firdia Lisnawati)

Dari data per 10 April 2020, sebanyak 75 orang di Bali positif terinfeksi corona, dengan dua di antaranya meninggal dunia dan 19 dinyatakan sembuh.

Wilayah transmisi lokal virus corona di Bali juga meluas ke tiga wilayah, yakni Kota Denpasar, Kabupaten Jembrana, dan Kabupaten Badung.

Tiga wilayah ini sekaligus menambah jumlah wilayah transmisi lokal COVID-19 di Indonesia dari sebelumnya 28 wilayah kini menjadi 31 wilayah.

Transmisi lokal merujuk pada penularan antara orang per orang yang terjadi di suatu wilayah.

Hingga saat ini tidak ada yang tahu pasti kapan pandemi corona bakal pergi. Namun satu hal yang pasti, ada banyak pelaku wisata di Bali yang merugi.

Bisa menikmati pantai setiap hari menjadi salah satu alasan Gaza untuk pindah dari Jakarta ke Bali.

Ia berharap, pandemi virus corona cepat berlalu dan dirinya bisa kembali menikmati gulungan ombak di Pulau Dewata tanpa perlu was-was disemprot disinfektan atau diberhentikan pecalang.

[Gambas:Video CNN]

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER