Jakarta, CNN Indonesia --
Hari Bumi dirayakan setiap 22 April oleh dunia. Tapi tahun ini, ada yang berbeda dengan peringatan Hari Bumi. Orang tak merayakan dengan berkumpul atau melakukan pelbagai aksi. Pandemi
virus corona mengharuskan setiap orang untuk menjaga jarak aman, membatasi aktivitas hingga melakukan penguncian wilayah (lockdown) demi mengerem laju penyebaran virus penyebab
Covid-19.
Sejak mulai diperingati 50 tahun silam pada 1970, baru kali ini
bumi menghadapi dua krisis sekaligus. Krisis itu adalah pandemi
virus corona (Covid-19) dan perubahan iklim.
"Pada Hari Bumi, 22 April 2020, kita memiliki dua krisis: salah satunya adalah pandemi virus corona COVID-19. Yang lainnya adalah bencana yang perlahan mengancam iklim kita," dikutip dari
situs resmi Hari Bumi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pandemi Covid-19 diharapkan dapat menjadi pengingat bahwa ancaman perubahan iklim sangat nyata. Di periode Covid-19, bumi bisa rehat sejenak dari aktivitas yang memicu perubahan iklim.
"Pandemi virus corona tidak menghentikan kita. Sebaliknya, itu mengingatkan kita tentang apa yang dipertaruhkan dalam perjuangan kita untuk planet ini," tulis situs Earth Day.
Untuk mengatasi dua krisis yang dihadapi bumi, Earth Day mengajak setiap orang untuk merayakan Hari Bumi bersama. Peringatan Hari Bumi bertujuan untuk mengajak setiap orang mencintai bumi dan menyelamatkan bumi.
Karena tak ada perkumpulan atau aksi seperti biasanya, setiap orang dapat ikut serta merayakan Hari Bumi dari rumah. Caranya, bisa dengan membagikan pesan positif dari rumah melalui media digital.
"Selama 24 jam Hari Bumi, peringatan 50 tahun Hari Bumi akan mengisi dunia digital dengan percakapan global, ajakan untuk bertindak, pertunjukan, video pengajaran dan banyak lagi," tulis situs Earth Day.
Setiap orang bisa membagikan pesan dan pengetahuannya melalui media sosial untuk meningkatkan kesadaran pada pentingnya menjaga bumi agar terhindar dari perubahan iklim.
(ptj/nma)
[Gambas:Video CNN]