Mengenal Remdesivir, Obat yang Diekspor AS untuk Atasi Corona

CNN Indonesia
Senin, 04 Mei 2020 13:16 WIB
suntik serum vaksin
FDA menyetujui penggunaan darurat obat buatan Gilead Sciences, remdesivir untuk pasien virus corona dengan gejala parah. Apa sebenarnya obat ini?(Istockphoto/ Scyther5)
Jakarta, CNN Indonesia -- FDA menyetujui penggunaan darurat obat buatan Gilead Sciences, remdesivir untuk pasien virus corona dengan gejala parah.

FDA mendefinisikan parah sebagai memiliki kadar oksigen darah rendah, membutuhkan terapi oksigen, atau menggunakan ventilator.

Kepala pembuat remdesivir, anti-virus yang ditunjukkan untuk mengurangi waktu pemulihan pada pasien COVID-19, mengatakan pada hari Minggu perusahaan itu telah mengekspor obat dan membuatnya tersedia untuk pasien di Amerika Serikat melalui pemerintah AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CEO Gilead Sciences Daniel O'Day mengatakan perusahaan mendonasikan seluruh pasokan obat yang ada - 1,5 juta botol, cukup untuk mengobati 100.000 hingga 200.000 pasien.

"Kami telah mengekspor untuk uji klinis dan untuk menggunakan ribuan lainnya pengobatan," kata O'Day di CBS "Face the Nation," dikutip dari AFP.

Vaksin Remdesivir merupakan antivirus yang dikembangkan perusahaan bioteknologi yang berbasis di Amerika Serikat, Gilead Sciences. Vaksin dengan kode pengembangan GS-5734 ini masuk kelas analog nukleotida. Antivirus ini disintesis dalam beberapa turunan ribosa.

The US National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) mengatakan, pasien yang menggunakan obat itu memiliki kurun waktu pemulihan yang lebih cepat daripada pasien yang hanya mendapatkan plasebo.

Waktu rata-rata pemulihan untuk pasien dengan remdesivir adalah 11 hari. Sementara pasien yang hanya diobati dengan plasebo membutuhkan waktu pemulihan hingga 15 hari.



Remdesivir adalah antivaksin sebuah prodrug analog nukleotida yang digunakan untuk pengobatan untuk infeksi virus Ebola dan virus marburg pada 2013-2016 lalu. Obat ini juga dinilai aman karena pernah diuji pada pengidap Ebola sebelumnya dan tidak menyebabkan efek buruk.

Dalam pernyataan publik yang dimuat di situs resmi Gilead, obat ini telah menunjukkan aktivitas in vitro dan in vivo pada model hewan terhadap patogen virus MERS dan SARS yang juga merupakan bagian dari virus corona dan secara struktural mirip dengan Covid-19. Remdesivir adalah obat eksperimental yang tidak memiliki keamanan atau kemanjuran untuk pengobatan kondisi apa pun.

Gilead telah memulai dua studi klinis Fase 3 untuk mengevaluasi keamanan dan kemanjuran remdesivir pada orang dewasa yang didiagnosis dengan COVID-19 setelah dilakukan rapid test. 


Studi yang dilakukan acak dan multinasional, ini mulai membuka pasien pada Maret 2020 dan akan mendaftarkan total sekitar 1.000 pasien pada fase awal penelitian, di negara-negara dengan prevalensi COVID-19 yang tinggi.

Obat ini diberikan secara intravena alias suntikan. Obat ini termasuk obat keras yang bekerja dengan cara mengganggu proses penggandaan (replikasi) inti virus.

(chs/chs)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER