SURAT DARI RANTAU

Ramadhan 'Online' Pasca Lockdown di China

Adhita Sri Prabakusuma | CNN Indonesia
Minggu, 10 Mei 2020 17:23 WIB
High angle panorama of Kunming skyline, capital of Yunnan Province in China
Pemandangan Kunming, ibukota provinsi Yunan di China. (Istockphoto/Getty Images/GoodLifeStudio)
Kunming, CNN Indonesia -- Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri China, pepatah itu sepertinya mirip dengan motivasi saya untuk datang dan mempelajari kemajuan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di Negara Panda saat ini. 

Selain sains, ekonomi, dan politiknya, saya juga sangat tertarik untuk mempelajari bahasa Mandarin, bahasa yang sekarang tidak kalah pentingnya dengan bahasa Inggris untuk urusan berbisnis.

Saat ini saya sedang menyelesaikan pendidikan doktoral bidang sumber daya pangan dan nutrisi di Yunnan Agricultural University yang berada di kota Kunming, Provinsi Yunnan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keberadaan saya di China selama pandemi virus corona membuat keluarga dan kerabat di Indonesia tentu saja khawatir. Sebisa mungkin saya terus mengabari mereka, bahkan setelah lockdown telah dicabut sekarang.

Saya rasa penduduk China sangat disiplin dengan aturan lockdown. Pertokoan, perkantoran, sekolah, ditutup dan tidak ada yang masih keluyuran di jalan kecuali untuk ke supermarket atau ke rumah sakit.

Area publik dijaga aparat kepolisian yang dibekali smart glasses atau petugas pembawa infrared thermometer gun untuk mendeteksi orang yang bersuhu tubuh lebih dari 37 derajat Celcius.

Di semua tempat dipasang stiker QR Code yang harus dipindai dengan smartphone. Teknologi ini digunakan untuk melacak pergerakan dan interaksi antar orang jika ditemukan adanya pasien positif Covid-19.

Informasi ini direkam oleh big data dan satelit negara. Kerahasiaan datanya juga dilindungi oleh cyber security.

Data kesehatan semua orang dievaluasi melalui aplikasi Jiankangbao. Hasilnya adalah status kesehatan yang berupa kode warna hijau, kuning, atau merah.

Orang dengan status kode warna hijau boleh keluar ke area publik dan kode warna selain itu harus mengisolasi diri di dalam rumah.

Kemungkinan besar, China akan kembali benar-benar normal pada akhir bulan Mei ini.

Walau angka kematian akibat virus corona menurun, namun pemerintah China masih terus mengantisipasi gelombang kedua lonjakan kasus dari luar negeri, seperti di Yunnan yang berbatasan langsung dengan negara-negara di Asia Tenggara, seperti Myanmar, Laos, dan Vietnam.

Para mahasiswa hingga hari ini masih tetap belajar dari rumah secara daring.

Yang sangat terasa adalah penyaluran beasiswa pendidikan menjadi yang sangat terhambat. Sebagai contoh, beasiswa bulan Februari dan Maret, baru diberikan pada bulan April.

Lalu, bagi mahasiswa yang memilih pulang ke negaranya masing-masing tidak diberikan beasiswanya hingga kembali ke China lagi. Mereka belum diizinkan kembali ke China dalam waktu yang belum ditentukan.

Hal ini disebabkan karena sedang banyaknya kasus di luar China yang dikhawatirkan menambah kasus impor.

Ramadhan 'Online'

Ini merupakan Ramadhan saya yang ke-tiga di China. Masjid belum dibuka sejak tanggal 30 Januari 2020, yang menyebabkan umat Muslim di sini belum bisa beribadah bersama.

Tradisi Ramadhan di China tak jauh berbeda dengan di Indonesia. Ada kegiatan pembagian sembako untuk kaum dhuafa seperti yang dilakukan remaja masjid di kota Zhaotong dan yang dilakukan Asosiasi Muslim China di kota Kunming.

Sebelum penutupan masjid juga ada kegiatan dapur umum untuk berbuka puasa bersama. Tidak ketinggalan kajian agama dan mengaji Al-Qur'an bersama.

Suku Hui, penduduk China yang mayoritas memeluk Islam, tersebar di seluruh provinsi, termasuk di Kunming. Di Kunming, tercatat ada lebih dari 1.000 mahasiswa Muslim Hui.

PPI Kunming bersama Muslim suku HuiPPI Kunming bersama anggota Suku Hui. (Dok. Adhita Sri Prabakusuma)

Oleh karena itu, tidak sulit menemukan tempat makan halal dengan label qīngzhēn (清真) di China, terutama di sekitar kampus. Di dalam kampus juga disediakan kantin halal.

Setiap Ramadhan dan Lebaran, Suku Hui menyuguhkan makanan khas berupa Youxiang atau Youbing.

Kue tradisional ini bercita rasa manis legit, lezat, terbuat dari tepung gandum, beraroma harum, bertekstur lembut, dan penuh dengan cairan gula atau madu pada permukaannya.

Youxiang mempunyai berbagai varian rasa, yaitu biasa, manis, dan isi daging yang disebut sebagai Xiangqi atau Xiangxiangguo.

Saat Ramadhan atau Lebaran, kue ini selalu ada di meja makan setiap rumah.

Shollat Juma't di masjid ShunchengSalat Jumat di Masjid Shuncheng. (Dok. Adhita Sri Prabakusuma)

Toleransi beragama di China cukup tinggi. Di awal Ramadhan 1441 H ini contohnya, Profesor Shi Dongqi dari Yunnan Agricultural University, meski bukan Muslim, tetapi beliau mengirimkan makanan buka puasa dan sahur untuk mahasiswa Muslim dari Indonesia.

Saat ini kegiatan Ramadhan anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Kunming dilakukan secara online. Ada juga kegiatan pesantren online yang dilakukan oleh PPI Dunia. Sesinya diisi dengan diskusi ilmiah dan agama sampai salawat bersama dengan mengundang penyanyi religi dari Indonesia.

Grand Mosque of Shadian - Gejiu ,Yunnan, China. The Largest Mosque in East AsiaMasjid Agung Shadian. (Istockphoto/Getty Images/UlyssePixel)

Sebelum pandemi virus corona, pelajar Indonesia di sini banyak yang melakukan wisata religi mandiri ke beberapa masjid di akhir pekan, salah satunya ke Masjid Agung Shadian.

Masjid ini berada di kota Geiju, Yunnan, sekitar 2 jam perjalanan dari Kunming, dan menjadi yang terbesar se-Asia Timur dengan daya tampung 10 ribu jamaah.

Di sana adzan dapat dikumandangkan dengan lantang seperti di Indonesia.

Dalam sejarahnya, dari masjid tersebut terlahir seorang penerjemah Al-Qur'an ke bahasa Mandarin termasyhur di daratan China, yaitu Ma Jian (1906-1978).

Ada 10 masjid di sekitar Masjid Agung Shadian, dan berdiri pula pesantren sebagai pusat pembelajaran para penghafal Al-Qur'an.

-

Surat dari Rantau adalah rubrik terbaru di CNNIndonesia.com. Rubrik ini berupa "curahan hati" dari WNI yang sedang menetap di luar negeri. Bisa mengenai kisah keseharian, pengalaman wisata, sampai pandangan atas isu sosial yang sedang terjadi di negara yang ditinggali. Tulisan yang dikirim minimal 1.000 kata dan dilengkapi minimal tiga foto berkualitas baik yang berhubungan dengan cerita. Jika Anda ingin mengirimkan cerita, sila hubungi [email protected]

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER