Covid-19, Kemenkes Imbau Tak Lupakan Penyakit Zoonotik Lain

CNN Indonesia
Selasa, 19 Mei 2020 10:49 WIB
An Aedes Aegypti mosquito is photographed on human skin in a lab of the International Training and Medical Research Training Center (CIDEIM) on January 25, 2016, in Cali, Colombia. CIDEIM scientists are studying the genetics and biology of Aedes Aegypti mosquito which transmits the Zika, Chikungunya, Dengue and Yellow Fever viruses, to control their reproduction and resistance to insecticides. The Zika virus, a mosquito-borne disease suspected of causing serious birth defects, is expected to spread to all countries in the Americas except Canada and Chile, the World Health Organization said. AFP PHOTO/LUIS ROBAYO / AFP PHOTO / LUIS ROBAYO
Ilustrasi. Penyakit zoonotik masih menjadi pekerjaan rumah di beberapa provinsi deretan teratas angka kasus Covid-19. (AFP PHOTO/LUIS ROBAYO)
Jakarta, CNN Indonesia -- Meski Indonesia tengah menghadapi pandemi Covid-19, Kementerian Kesehatan mengingatkan untuk tidak melupakan penyakit zoonotik yang telah ada sebelumnya.

"Pekerjaan rumah kita, sebaiknya tidak melupakan kasus penyakit lain," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, dalam webinar bersama Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasitik Indonesia (P4I), beberapa waktu lalu.

Dari data yang dipaparkan Nadia, sejumlah penyakit zoonotik masih jadi pekerjaan rumah di beberapa provinsi. Beberapa provinsi itu bahkan menempati deretan atas angka penularan virus corona di Indonesia seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, Nusa Tenggara Barat, Bali, Papua, Sumatera Barat dan Kalimantan Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebut saja kasus leptospirosis yang masih terbilang tinggi di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan bakteri Leptospira interrogans. Bakteri biasanya terdapat pada urine atau darah hewan yang terinfeksi seperti anjing, hewan pengerat, dan kelompok hewan ternak.

Kemudian kasus rabies masih jadi masalah di beberapa wilayah antara lain Bali, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, Aceh dan Riau.

"Untuk antraks, di NTT hampir dua tahun ini mengalami KLB antraks. Harapannya, peningkatan kasus bisa diantisipasi meski kondisi Covid-19," imbuhnya.

Langkah yang perlu dilakukan adalah pengendalian vektor menyesuaikan dengan kondisi pandemi. Nadia menuturkan, pelaksanaan fogging untuk pengendalian nyamuk didahului dengan penyelidikan epidemiologi dan memenuhi syarat yang berlaku. Fogging dilakukan dua siklus dengan jarak 7 hari.

Fogging pun hanya dilakukan di luar rumah dengan radius area pengabutan 200 meter dari rumah. Ini pun dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protokol physical distancing.

"Sementara pengendalian vektor dengue di dalam rumah dengan melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dengan 3M Plus dan penyemprotan dalam rumah [indoor spraying] dengan produk pestisida rumah tangga," jelasnya. (els/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER